7 | People's life

507 31 0
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Apa ini karma karena sikap congkaknya dulu?

Kathleen bersujud tepat di depan sebuah figura. Air matanya berjatuhan, merenungi semua kesalahan yang pernah ia lakukan. Sumpah, jika tidak ingat harta karun dan uang triliunan di butik Zaleen Company, Kathleen sudah menyerah dan memilih mati gantung diri di jembatan.

"Hey-hey, kau kenapa, sialan?" pekik Thalia melotot tak percaya.

"Huaa ... aku berdosa besar pada nenekmu. Aku harus meminta maaf. Dimana dia?" Kathleen menoleh pada Thalia sembari menarik ingusnya kuat-kuat.

"Kau kenapa? Sok kenal sekali dengan nenekku. Beliau sudah tenang di alam baka."

Bibir Kathleen semakin melengkung. Ia mengusap air matanya lalu bergegas pergi keluar. "Ayo antar aku ke pemakaman! Aku akan menggali kuburnya dan meminta maaf."

Tak

Pukulan kecil di layangkan oleh Thalia. Perempuan itu tampak frustasi. Dia saja sebagai cucunya tidak pernah sekacau Kathleen.

"Kau kenapa, Kath? Lalu meminta maaf atas dasar apa, sialan? Sumpah, sikapmu ini persis orang depresi," ucap Thalia menyugar rambutnya terlampau emosi.

"Aku pernah menghardiknya di jalan. DAN KARENA ITU, AKU ADA DI DUNIA INI, JERK! Aku ingin pulang... huaa. Aku rindu tampil modis, aku rindu aroma uang triliunan yang tersimpan di blackcard milikku. Ah, aku ingin kembali kaya. KAU MENGERTI, TIDAK?"

"Gila," gumam Thalia.

Perempuan itu menatap horor Kathleen yang mencak-mencak seperti kuda terlepas. "Kau butuh psikiater, Kath. Aku tak sanggup melihat kondisimu," lanjutnya.

"SIALAN! AKU TIDAK GILA─ hey ... buku itu?" Sudut mata Kathleen menangkap sebuah buku tebal dengan sampul coklat. Tangannya gemetar saat meraih buku itu.

"Ini ... ini ... ini buku di taksi itu. T─thalia dari mana kau menemukan buku ini?" Perempuan itu menoleh dengan cepat. Perasaannya gusar tak menentu.

Thalia sontak menghela nafas panjang. "Itu milik nenekku."

Bibir Kathleen gemetar tak percaya. Ia menunduk, lalu memberanikan diri, membuka sebuah halaman di sana.

Seketika perempuan itu langsung menjatuhkan bukunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seketika perempuan itu langsung menjatuhkan bukunya. "I─itu namaku. Kenapa ada namaku lagi?"

"Itu kosong, Kath." Thalia mengerut dahi. Disana hanya ada kertas tua yang kosong.

Perempuan itu menggeleng keras. Menatap nyalang dengan muka masam. "Gunakan kornea matamu! Di sini jelas-jelas tercantum namaku. Bagaimana ini? Apa maksudnya?" Bibirnya kembali gemetar dengan suara isak tangis kecil.

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang