18 | Will never

436 28 0
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Matahari sudah menampakkan diri. Namun, sang pemilik ruangan masih belum menyibakkan tirai jendelanya. Kathleen melenguh. Perlahan kelopak mata perempuan itu terbuka. Sorot matanya tampak kosong. Tak lama setitik air mata jatuh di pipinya. Ia masih ada di penthouse milik Dax. Berarti kemarin bukan mimpi belaka. Dirinya dihajar habis-habisan di atas ranjang oleh pria itu.

Setelah memakai pakaian Dax, Kathleen keluar. Matanya mengembun, mengingat ia kalah oleh keberingasan pria itu tadi malam. Terlalu melamun, Kathleen menabrak bahu seseorang tanpa sengaja.

"Maaf, Sir! Aku tak sengaja." Kathleen menunduk. Mengetahui siapa yang ia tabrak. Lalu bergegas kembali melangkah, meski nyeri menyerang di antara pahanya.

Pria menatapnya tajam. Namun, sedetik kemudian ia tersenyum culas. Bola matanya mengikuti punggung kecil itu hingga hilang masuk ke dalam bus. Ia mengenali pakaian wanita itu.

"I got you," lirihnya menyeringai kecil.

***

Kathleen memeluk Thalia erat-erat. Perempuan itu menumpahkan semua dendam, kekecewaan dan ketakutan dalam dirinya. Semalam, ia merasakan seberapa kasar pria itu menghujamnya berkali-kali hingga menjelang pagi.

"Kau kenapa? Semalam kau tak pulang, kau tidur dimana? Dan kenapa kau menangis seperti ini? Siapa yang menyakitimu?" Thalia melayangkan pertanyaan bertubi-tubi pada Kathleen.

Dirinya khawatir, ponsel Kathleen sulit dihubungi sejak kemarin malam. Dan kini perempuan ini datang tanpa menggunakan lulur lalu menangis di pelukannya. Setelah lumayan reda, Kathleen melerai pelukan Thalia. Matanya sembab dengan tangan yang gemetar di genggaman Thalia.

Thalia menyipit, ia menyibak rambut dan kerah Kathleen. Nampak gigitan dan kissmark berwarna merah pekat juga bekas cekikan yang kentara. Entah seberapa kuat pria itu menghisapnya. Thalia menyugar rambutnya tak percaya. Ia baru sadar, pakaian Kathleen adalah kemeja pria.

"Oh, My God! Siapa yang membuat ini? Siapa yang menidurimu, Kath?" Thalia berteriak saking marahnya. Kathleen malah menangis kembali. Air matanya sulit di hentikan.

"Jawab aku dulu! Siapa pria bajingan yang berani menidurimu?"

"Dax," lirih Kathleen hampir tak terdengar.

"Siapa?!" Thalia menggeram marah. Dia belum pernah melihat Kathleen sehancur ini. Bahkan saat perempuan itu jadi gelandangan dan hidup melarat, dia masih bisa tersenyum dan menikmati hidup.

"Dax Blagden Rodriguez, hiks ... dia meniduriku lagi," lirihnya.

Mata Thalia tergelak. Rahangnya mengeras sambil mengepalkan tangan. "Bos mu? Pria bajingan itu! Apa karena dia meminta flashdisk?"

Kathleen mengangguk. Ia menunduk, menangis sesenggukan. Kehormatannya hilang, harga diri yang dijunjung tinggi di runtuhkan dalam semalam. Pria itu menidurinya sambil terus mengingatkan dirinya jalang. Menanamkan pikiran bahwa Kathleen hanya wanita yang suka menjajakan tubuhnya pada siapapun pria untuk mendapat uang.

Thalia membawa Kathleen ke dalam pelukannya. Mengusap punggungnya yang bergetar hebat karena tangisan. Thalia menahan diri agar tidak ikut menangis. Hatinya sakit melihat Kathleen terpuruk seperti ini. Thalia menggenggam tangannya erat-erat. Tampak dingin dan bergetar hebat.

Tak lama dengkuran halus terdengar di pundak Thalia. Perempuan itu membaringkan kepala Kathleen di atas bantal di karpet tipis. Ia beranjak mengambil wajah air hangat dan lap.

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang