10 | Dumb, mute and stupid

468 25 0
                                    

Happy reading✓
Tandai typo
_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Seorang pria dewasa tengah memangku wanita cantik di pahanya. Decakan mulut terdengar erotis dari bibir mereka yang saling menyatu.

"Daddy, kita mulai?" ajak wanita itu mengusap sensual rahangnya yang berjanggut.

"Yes, sweety." Pria itu kembali memangut bibirnya.

Brak

Decakan mulut mereka berhenti seketika. Tampak pria muda datang dengan raut wajah masam. Wanita setengah telanjang itu sontak membenarkan kembali pakaiannya. Ia turun dari pangkuan lelaki itu.

"Ella, tunggulah di luar. Hanya sebentar." Pria itu tersenyum mengedipkan sebelah matanya.

"Jangan lama, Daddy Jorel. I love you!" Wanita itu mengecup pipinya lalu berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Sudut matanya melirik kecil pada pria yang tadi mendobrak pintu. Jalannya berlenggok dengan senyum memikat. Selintas pria itu tersenyum miring membalasnya. Bicth!

Setelah pintu tertutup, barulah Jorel menghampiri putranya.

"Ada kabar apa?"

"Dax menetap di Amsterdam."

"Seriously? Apa yang membuatnya pindah ke sana?" tanya Jorel menyesap cerutunya.

Pria itu menyisir rambutnya ke belakang. "Entahlah. Namun kabar buruknya, si tua bangka itu turun kembali ke perusahaan pusat. Pergerakanku di batasi. Sial!"

"Wiliam, maksudmu?"

"Siapa lagi! Cih, apa kau jadi bodoh karena bermain jalang siang dan malam?" Pria itu berdecih pelan.

"Melden sialan! Lebih baik kau pikirkan tugasmu sebagai manager perusahaan sebelum digeser oleh orang kepercayaan Wiliam. Kau tidak tahu seberapa selektifnya tua bangka itu dalam menilai kinerja seseorang."

"Hah, merepotkan! Harusnya tua bangka itu dulu yang di lenyapkan!"

Jorel termenung. Sontak ia mengingat beberapa pekan ke belakang. "Kau ingat tragedi saat opening D'Gloirius Hotel, Amsterdam?" Pikiran Melden sontak melalang buana.

Flashback on

Alunan musik jazz menggema di ballroom hotel. Para tamu saling bersulang. Meneguk wine di tangan mereka.

"Campurkan ini pada minumannya, baby. Bercintalah dengannya lalu bawa flashdisk itu padaku. Aku menunggumu, sayang." Jorel menyuruh wanita itu pergi dan melaksanakan tugasnya.

Tak lama Jorel dan Melden saling melempar senyum. Menatap targetnya jalan sempoyongan dengan kepanasan. Mereka hanya tinggal menunggu tugas jalangnya selesai.

"Tuan, aku─ aku kehilangan jejaknya." Seketika Jorel murka. Tangannya mengetat memegang segelas wine.

Wanita itu menunduk ketakutan. "Kenapa bisa?" tanya Melden frustasi.

"Dia menarik gadis lain dan saat ku kejar, mereka sudah masuk kamar entah kemana," jelasnya.

"Bodoh! Jalang tidak berguna!"

Flashback off

"Sampai saat ini pergerakan Dax tidak bisa kita tebak. Terakhir kali, dia mengancam mempunyai bukti!" Melden memijat pangkal hidungnya pening.

"Bukti yang mana?"

"Entahlah!"

Jorel menghisap cerutunya. "Jika tentang skandalku yang sering bermain jalang, itu masih bisa atasi! Mungkin hanya citra ku yang akan buruk di depan publik. Namun, jika menyangkut bukti yang lainnya. Aku yakin semua akan selesai!"

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang