50 | Second fact

202 11 1
                                    

Happy reading✓
Tandai typo

_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠__⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_

Tidak semua orang di dunia ini baik. Terkadang di kondisi tercekik, orang baik sekalipun dapat melakukan kejahatan demi dirinya sendiri.

Tak ada salahnya jika setiap manusia menyimpan ruang untuk waspada saat menerima kebaikan seseorang. Kita tidak tahu, mungkin saja seseorang itu menyimpan motif tersembunyi atas tindakannya.

Perasaan curiga.

Perasaan ini yang kini mencekik Kathleen. Ia merasa laju pernapasannya meningkat. Ototnya tegang hingga adrenalin miliknya terpacu kuat. Gemetar tangan memeluk perutnya sendiri. Cemas, sungguh perasaan perempuan itu tak karuan. Melihat tulisan yang termaktub jelas di dinding. Dinding penthouse Dax, calon suaminya.

"Axenze?" lirihnya putus asa.

"Axenze?" lirihnya putus asa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A─apa Dax? Apa ... apa d─dia?" Terbata-bata Kathleen mengucap dengan gemetar.

Perempuan itu tertawa hambar. Menenangkan diri sambil menghalau bendungan di pelupuk matanya agar tidak tumpah.

Menaruh curiga benar-benar membahayakan seseorang. Terlebih pula perasaan itu berlebihan, curiga mampu meruntuhkan hubungan bertahun-tahun hancur dalam semalam. Sehebat itu kah?

Gelengan kepala Kathleen lakukan. Perempuan itu mengusap matanya segera. Mencoba fokus mencari kebenaran dibanding menuruti emosinya sesaat.

Mengingat jika penthouse ini sudah terlacak oleh musuh Dax. Bisa saja jika ini hanya sebuah umpan. Semacam jebakan agar pelaku menimpakan segala kesalahan pada Dax.

Ingat, dunia ini keras. Banyak permainan kotor dan licik di dalamnya. Jika orang mempercayai kebenaran dari satu sudut pandang, tanpa mempertimbangkan sudut pandang lainnya. Sungguh orang tersebut patut berkumpul dengan kaum gampang ditindas dan mudah dibodohi. Dan Kathleen jelas bukan perempuan bodoh di atas.

Hanya ada dua pilihan, Dax di jebak atau Dax terlibat? Kebenaran masih semu, dan Kathleen harus mencari tahu.

"Selain menjebak Dax, apa tujuan peneror sinting itu menulis tulisan ini di dinding?"

Perempuan itu meraba-raba dinding tersebut. Mencari sesuatu yang dapat di temukan. Mungkin saja ada semacam tombol, tulisan kecil tersembunyi atau sandi yang harus di pecahkan seperti sebelumnya.

Geraman keluar rendah dari bibir Kathleen. Ia memijat kepala pening. Tidak ada petunjuk yang dapat di temukan. Kathleen yakin seratus persen, tidak mungkin seseorang menulis kalimat ini hanya sekedar hiasan dinding? Ayolah, itu justru lebih mencurigakan.

Melirik ia pada cermin full body di sampingnya. Memantulkan bayangan dirinya yang berantakan, penat. Di tinju pelan cermin tersebut, meluapkan kekesalan.

Abstract Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang