RAKHESHA 40

470 27 6
                                    

Zilan menggeliat dalam tidurnya, dia meraba kasur disampingnya namun kasurnya terasa dingin. Dia langsung bangun dengan wajah panik.

"Kak Kesha!" Teriak Zilan. Namun tak ada jawaban dari Kesha sama sekali. Zilan langsung turun dari ranjangnya dan pergi keluar kamar.

"Kak Kesha!" Teriaknya lagi. Dia mulai panik, dia takut Kesha pergi. Zilan takut jika tadi itu hanya mimpi. Saat dia hendak berteriak lagi dia melihat punggung seseorang yang sangat dia cintai sedang berkutat dengan peralatan dapur.

Zilan langsung mempercepat langkahnya dan langsung memeluk Kesha dari belakang. Kesha terkejut dengan kedatangan Zilan yang tiba-tiba.

"Eh.. zilan" panggil Kesha. Zilan semakin mengeratkan pelukannya. Dapat dirasakan jika punggung Kesha basah saat ini.

Kesha melepaskan tangan Zilan dan berbalik menghadap Zilan.

"Kenapa nangis hmm?" Tanya Kesha dengan lembut sembari mengusap air mata Zilan yang jatuh kepipinya.

"Hikss.. Zilan pikir kakak pergi lagi, tadi Zilan udah panik nyariin kakak karna daritadi Zilan panggilin kakak gak nyaut" lirih Zilan. Kesha tersenyum.

"Maaf ya, aku di dapur aku gak denger suara kamu darisini" kata Kesha. Dia pun menarik Zilan kedalam pelukannya.

"Udah gak usah nangis, aku disini kok gak kemana-mana" bujuk Kesha. Zilan mengangguk didalam pelukan Kesha.

"Ayo makan, kamu cuci muka dulu sana. Udah ngerasa mendingan?" Tanya Kesha. Zilan menganggukkan kepalanya lucu.

"Yaudah sana cuci muka, aku tunggu disini" kata Kesha. Zilan pun pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukanya.

Setelah kembali dari kamar mandi, Zilan melihat jika Rahma sudah duduk di meja makan bersama denga Kesha.

"Sini duduk" pinta Kesha. Zilan pun mengambil tempat duduk disebelah Kesha.

"Udah mendingan Lan?" Tanya Rahma. Zilan hanya menganggukkan kepalanya.

"Syukurlah kalo gitu" kata Rahma. Mereka memakan sarapan mereka dengan tenang.

"Oiya, besok kamu udah masuk sekolah lagi kan? Buat nyusul ujian kamu yang ketunda kemaren" kata Rahma sembari memasukkan sepotong sosis kedalam mulutnya. Zilan mengangguk, dia kemudian menatap Kesha.

Kesha yang paham pun langsung tersenyum kearah Zilan.

"Besok aku anter, aku temenin sampe ujian mu selesai" Zilan tersenyum lebar, dia senang jika Kesha akan mengantar dan menemaninya untuk ujian susulan besok. Itu artinya Kesha tidak akan kembali ke Amerika.

"Tuh gak usah nangis lagi, bikin panik tau gak" Zilan langsung mencebikkan bibirnya mendengar penuturan Rahma. Kesha hanya terkekeh melihat kelakuan adiknya yang suka jahil kepada Zilan.

Zilan sedang bersantai dikamar Kesha sembari bermain dengan ponselnya, ada beberapa pesan dari grup kelas dan juga kedua sahabatnya. Dia terkekeh pelan saat membaca pesan dari Kris yang mengomel karna penjaga ujiannya sangat ketat.

Kesha masuk kekamarnya dan melihat Zilan yang terkekeh sembari bermain ponselnya.

"Lagi apa? Seneng banget kayaknya" Zilan menoleh saat Kesha berjalan mendekatinya.

"Gapapa cuman lagi baca pesan dari Kris aja, lucu banget ngomel2 karna petugas ujiannya sangat ketat" Kesha tersenyum. Dia meletakkan telapak tangannya diatas kening Zilan.

"Udah turun demamnya" kata Kesha. Dia melihat ponselnya karna ada beberapa email masuk. Pasti dari daddy-nya.

Zilan menggigit samar bibir bawahnya. Kesha yang sadar sedang ditatap Zilan pun langsung menatap kearah Zilan.

"Ada apa?" Zilan menggeleng samar. Kesha meletakkan ponselnya, dia lebih mendekat kearah Zilan.

"Coba bilang ada apa hm?" Tanya Kesha dengan suara yang begitu lembut.

"Kakak gak pergi ke Amerika lagi kan?" Tanya Zilan ragu-ragu. Kesha nampak diam sebentar. Dia mengulum bibirnya.

"Lan, kamu harus tau posisi aku sekarang. Aku udah bukan direktur perusahaan lagi, aku udah jadi ketua Hawkwatch dan aku punya tanggung jawab disana" Kesha berusaha menjelaskan dengan pelan kepada Zilan. Zilan melengkungkan bibirnya kebawah.

"Jadi kakak bakal ninggalin Zilan sendirian lagi disini?" Kesha menggeleng.

"Selesaikan ujian mu, setelah itu ikut aku ke Amerika. Kamu bakal aku daftarin kuliah disana"

Zilan menundukkan kepalanya, "Kak, tapi Zilan bodoh" lirihnya.

Kesha menarik dagu Zilan agar menatapnya. Bisa dilihat jika mata Zilan sudah berkaca-kaca.

"Mau kamu bodoh atau pintar aku gak peduli, yang penting aku sayang kamu" Zilan langsung memeluk erat Kesha.

Dia menduselkan wajahnya ke ceruk leher Kesha.

"Kak, makasih banyak. Zilan bener-bener gak tau harus ngomong gimana lagi tapi Zilan bersyukur Zilan punya kakak yang gak pernah ngeluh sama semua sifat dan sikap Zilan" Kesha tersenyum sembari mengusap lembut punggung Zilan.

Zilan melepaskan pelukannya, dia memegang tangan Kesha.

"Kak, maaf kalo selama ini Zilan cuman ngebebanin kakak doang. Zilan tau dan Zilan sadar kalo selama ini Zilan gak ada apa-apanya kalo dibandingin sama kakak, tapi kakak selalu Nerima Zilan apa adanya hikss.." air mata Zilan mengalir di pipinya.

"Kadang Zilan selalu ngerasa insecure sama kakak, kakak selalu dibanggain banyak orang sedangkan Zilan gak ada yang bisa dibanggain dari diri Zilan" Zilan menghela nafasnya.

"Zilan selalu ketakutan kak, Zilan takut suatu saat kakak bosen sama Zilan, Zilan takut suatu saat kakak nemuin cowo yang lebih baik dari Zilan, Zilan gak siap bahkan gak pernah siap buat semua itu" Kesha masih senantiasa memandangi Zilan.

"Mungkin kakak udah sering denger Zilan bilang kayak gini, tapi Zilan mohon jangan pernah bosen sama Zilan ya kak. Zilan tau Zilan gak kayak cowo diluar sana yang bisa bahagiain pasangannya, yang bisa kasih effort lebih"

"Emang kamu tau mereka bahagia apa engga?" Tanya Kesha, Zilan menggeleng.

"Kak, tapi Zilan ngerasa Zilan belum bisa bahagiain kakak. Zilan kadang suka iri sama orang lain, kok bisa ya cowo mereka ngetreat cewenya kayak gitu kasih bunga, dinner romantis dan hal lainnya yang bikin pasangannya bahagia"

"Tapi Zilan gak bisa kayak gitu, bahkan Zilan gak tau gimana caranya biar jadi cowo yang romantis"

Zilan melengkungkan bibirnya kebawah sembari menatap Kesha dengan tatapan sedih. Dia benar-benar merasa menjadi pasangan yang buruk untuk sosok seperti Kesha.

"Kamu mau tau gimana caranya bahagiain aku?" Tanya Kesha. Zilan mengangguk.

"Cukup jadi dirimu sendiri, aku jamin aku gak akan berpaling dari kamu" Kesha mencium kedua punggung tangan Zilan. Zilan menatap Kesha.

"Kebahagiaan seseorang wanita berbeda-beda sayang, ada yang kebahagiaanya dengan cara dikasih bunga setiap hari atau dinner romantis setiap malam. Tapi bagi aku, cukup dengan kamu menjadi diri kamu sendiri aku udah bahagia Lan" Kesha tersenyum lembut.

"Aku suka kamu yang manja sama aku, yang kekanak-kanakan seperti ini, yang takut kalo aku pergi, yang posesif sama aku, yang bergantung sama aku, I like that so much baby"

"Don't afraid if I Will leave you alone, because you still the only one for me and the only one I want in my whole life" Kesha mendekat ke wajah Zilan, matanya terfokus ke bibir tipis berwarna merah muda yang sedikit pucat karna efek demam.

Detik berikutnya Kesha mencium Zilan, Zilan memejamkan matanya dan membalas ciuman Kesha. Satu tangan Kesha memegang belakang leher Zilan dan satu tangannya memegang pundak Zilan. Semakin lama ciuman itu menjadi semakin menuntut. Zilan meremas kecil pinggang Kesha. Kesha yang tau jika Zilan mulai kekurangan oksigen pun menyudahi ciuman mereka. Zilan terengah pelan. Kesha mengusapkan ibu jarinya dibibir Zilan yang basah karna ciuman tadi.

"Kamu milik ku dan itu sudah lebih dari cukup bikin aku bahagia" Kesha kembali mengecup singkat bibir Zilan.

Muka Zilan sudah memerah seperti kepiting rebus. Dia gampang salting jika didekat Kesha. Kesha menarik Zilan kedalam pelukannya. Dia mengelus sayang surai Zilan. Zilan semakin menduselkan wajahnya ke ceruk leher Kesha untuk mencari kenyamanan disana.

RAKHESHA (BOOK 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang