RAKHESHA B2 - 5

262 24 5
                                    

Ponsel Kesha berdering, ada nama Kenny tertera di layar pemanggil. Kesha menekan tombol hijau.

"Halo, ada apa Ken?"

"Nona, anda harus segera kembali. Ada sedikit masalah disini"

"Oke, aku akan pesan penerbangan 1 jam lagi"

"Baik nona, hati-hati dijalan"

"Ya"

Kesha menutup teleponnya, Zilan memandang ke arah Kesha.

"Kakak mau pergi ke Amerika?" Kesha mengangguk.

"Barusan Kenny bilang katanya ada masalah disana" Zilan nampak diam sejenak.

"Kapan kakak mau pergi?"

"Nanti 1 jam lagi, aku udah pesen tiketnya" Zilan memeluk Kesha.

"Jangan lama-lama, nanti Zilan kangen" lirih Zilan. Kesha tersenyum dan mengecup kepala Zilan.

"Iya, nanti kalo udah selesai aku langsung pulang" Zilan mengangguk. Dia menduselkan wajahnya di dada Kesha. Kesha mengelus lembut punggung Zilan.

🍃🍃🍃🍃

Z

ilan pergi ke kampus dengan muka masamnya. Raven memandang heran kearah Zilan.

"Kenapa dah muka Lo? Suram amat" Zilan tidak menanggapi, dia merebahkan kepalanya diatas meja dikelasnya.

Seseorang mendekat kearah Zilan.

"Zilan" panggil orang itu. Zilan menoleh malas.

"Kenapa?"

"Ada yang mau gua omongin sama Lo" Zilan mengerutkan keningnya.

"Ngomong aja Dev"

"Jadi gini, tim basket kampus kita kekurangan orang buat tanding Minggu depa. Lo mau gak gabung sama tim kita?" Devan memandang Zilan dengan tatapan memohon.

"Kenapa harus gua?"

"Soalnya Lo tinggi, tim kita butuh orang yang tinggi" Zilan menghela nafasunya.

"Yang lain kan banyak yang lebih tinggi dari gua, lagian gua gak bisa main basket njir"

"Gapapa, masih ada waktu seminggu kok buat latihan" Devan masih berusaha membujuk rayu Zilan.

"Seminggu doang emang cukup? Nanti yang ada gua beban buat tim kita gimana? Gak ah" Devan menghela nafasnya.

"Ayo lah Lan, pliss tolongin tim kita"

Zilan nampak menimang-nimang sebentar. Dia takut akan mempermalukan tim kampusnya tapi melihat usaha Devan yang berusaha menyakinkannya akhirnya Zilan pun mengangguk setuju. Devan mengeluarkan senyum lebarnya.

"Yes, thanks ya. Nanti sore latihan oke, di lapangan indoor" Zilan mengangguk. Devan pergi darisana.

Raven menatap Zilan, Zilan yang merasa Raven menatapnya intens pun menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?" Raven memandang Zilan dengan raut wajah tak terbaca.

"Lo yakin mau ikut basket? Gua ngerasa ada yang ganjil sama permintaan Devan tadi" Zilan menghendikkan bahunya.

RAKHESHA (BOOK 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang