Zilan mengerjapkan mata saat cahaya matahari menyinari kearahnya. Dia bangun dari tidurnya, kepalanya terasa pening sekali. Dia menundukkan kepalanya dan tersadar jika dirinya saat ini sudah berada di dalam kamarnya. Zilan menatap panik ke sekelilingnya, dia hendak turun dari ranjang namun dia mendapati Kesha yang duduk di sofa single dan menatap tajam ke arahnya.
Perasaan Zilan sudah campur aduk tidak karuan. Segala kemungkinan-kemungkinan buruk sudah tersusun di otaknya. Zilan menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap Kesha.
"Ngapain kamu semalem?" Tanya Kesha dengan nada dinginnya. Zilan ingin menangis saja rasanya, dia mengigit bibir bawahnya. Zilan memaki-maki dirinya didalam hati. Zilan hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Kalo ada orang tanya itu dijawab!" Zilan berjengit kaget saat mendengar bentakan dari Kesha.
"M-maaf..." Zilan ingin menceburkan dirinya saja ke lautan, sungguh dia takut jika dihadapkan dengan sosok Kesha yang sedang marah seperti ini.
"Maaf? Kenapa minta maaf? Kamu ngelakuin kesalahan apa sampe minta maaf hah?" Tubuh Zilan sudah bergetar ketakutan. Air matanya tanpa sadar sudah mengalir membasahi pipinya.
Kesha mendengar isakan tangis dari Zilan, jauh di lubuk hatinya dia ingin memeluk Zilan dan menenangkannya tapi rasanya tidak adil. Alasan Kesha selalu melarang Zilan pergi ke bar karena Kesha tahu resiko orang-orang yang mabuk di bar pasti berakhir di hotel untuk tidur dengan orang lain. Kesha tidak ingin itu terjadi kepada Zilan.
"Aku bilang apa semalem sama kamu? Gak usah pergi ke bar kan! Tapi apa? Kamu malah pergi kesana dan mabuk disana!"
"Kamu sadar gak kalo pas kamu duduk disana ada cewe yang duduk di pangkuan kamu?! Sadar gak?!! Enggak kan?!" Zilan terkejut saat Kesha mengatakan ada seseorang yang duduk di pangkuannya.
"Kalo aku gak pergi kesana, aku yakin kamu bakal tidur sama cewe itu" Zilan mengangkat kepalanya dan menatap Kesha dengan mata yang sudah dipenuhi air mata, tatapan Kesha masih dingin kepadanya.
Zilan bangkit dari duduknya dan pergi ke arah Kesha, dia tiba-tiba duduk bersimpuh di hadapan Kesha dan memeluk kaki Kesha. Kesha terkejut dengan tindakan Zilan tapi dia mencoba mengontrol ekspresi wajahnya.
"Maaf hikss.. Zilan minta maaf.. Zilan salah udah gak nurut sama kakak hikss.." Zilan menangis sesenggukan disana.
Kesha melepas pelukan Zilan dikakinya, dia berdiri dan menatap Zilan dengan tatapan kecewa. Dia menghela nafasnya.
"Terserah kamu Lan, aku gak tahu harus bersikap gimana lagi sama kamu" Kesha berjalan pergi meninggalkan Zilan. Zilan berdiri dan berlari untuk memeluk Kesha dari belakang.
"Hiksss.. maaf, Zilan minta maaf.. Zilan salah, Zilan gak nurut sama kakak hikss.." Zilan semakin menangis sesenggukan di punggung Kesha. Kesha sadar, dia merasakan baju belakangnya basah.
Kesha menghela nafasnya berat, "Aku mau pergi dulu, aku gak mau kelepasan emosi di depan kamu" Zilan menggeleng brutal di punggung Kesha. Dia semakin memeluk erat Kesha.
"Gak! Zilan gak mau! Kakak pasti mau pergi jauhin Zilan kan? Kakak pasti mau diemin Zilan kan hiksss.. Zilan gak mau" Kesha menyentak paksa tangan Zilan, pelukan itu terlepas. Kesha menatap kearah Zilan yang sudah kacau, dia menatap dalam dia laki-laki yang berstatus sebagai tunangannya ini.
"Kita ngobrol lagi nanti" Kesha pergi meninggalkan Zilan di dalam kamar. Zilan jatuh terduduk, dia menangis kencang. Dia merutuki dirinya yang sudah membuat Kesha marah kepadanya.
🍃🍃🍃🍃
Setelah kejadian Zilan mabuk di bar, Kesha benar-benar mendiamkan Zilan selama beberapa hari. Keadaan Zilan kacau, matanya sembab dan samar-samar ada warna hitam di bawah kantung matanya. Sungguh siapapun yang melihat Zilan pasti mereka sudah mengira jika Zilan sedang putus cinta.
Zilan bahkan sudah 3 hari tidak masuk kedalam kampus. Setelah bertengkar dengan Kesha tempo hari, Zilan terserang demam tapi Kesha sama sekali tidak memperdulikannya. Rasanya sakit sekali, dia melihat Kesha berkeliaran didalam mansion tapi dia tidak bisa berbicara dengan Kesha sama sekali. Kesha selalu menghindarinya, hati Zilan berdenyut sakit saat melihat perilaku Kesha yang seperti ini kepadanya.
Hari ini Zilan memutuskan untuk pergi ke kampus, dia akan menemui Raven yang sudah membuatnya bertengkar dengan Kesha. Zilan memandang dirinya didepan kaca. Wajahnya pucat, terlihat sangat tidak ada semangat dalam hidupnya.
Zilan mengendarai motornya dan pergi menuju kampus. Setelah sampai disana, dia langsung mencari keberadaan Raven. Zilan menemukan Raven yang sedang tertawa lebar dengan beberapa teman satu jurusannya di taman gedung A.
Raven yang melihat kedatangan Zilan pun mengkode teman-temannya untuk pergi darisana.
"Lan" tiba-tiba Raven sudah tersungkur di atas tanah. Zilan menatap nyalang kearah Raven.
"Brengsek Lo anjing! Gara-gara Lo gua berantem sama kak Kesha tau gak!!" Raven terkejut mendengar penuturan Zilan. Dia berusaha berdiri walaupun sudut bibirnya terasa nyeri.
"Lan, sumpah gua minta maaf gua gak tahu kalo ternyata kak Kesha Dateng ke bar itu dan liat Lo mabok" mata Zilan kembali berkaca-kaca.
"Gara-gara Lo yang maksa gua pergi kesana kak Kesha jadi marah banget! Dia ngediemin gua beberapa hari ini! Sakit tau gak Ven!!"
Zilan berjongkok di depan Raven dan meletakkan kepalanya diatas lutut, air matanya kembali mengalir. Zilan masih sangat sensitif jika mengingat kejadian tersebut. Raven yang melihat itu seketika membelalak panik.
"Lan?! Anjir nangis anak orang" Raven mendekat kearah Zilan dan mengelus punggung Zilan.
"G-gua minta maaf Lan, gua gak bermaksud bikin Lo berantem sama tunangan Lo sumpah. Nanti gua bantu jelasin deh kak Kesha ya, jangan nangis ya" Namun Raven justru mendengar suara tangisan Zilan yang semakin sesenggukan.
"Hiksss.. percuma, kak Kesha udah marah banget sama gua" Raven menatap Zilan dengan tatapan bersalah. Dia tidak tahu jika akhirnya akan seperti ini.
"Gua gak bisa Ven kalo di diemin kak Kesha kek gini, kak Kesha bahkan ngehindarin gua di rumah. Dia bener-bener gak mau ngomong sama gua walaupun itu cuman sepatah kata, gua harus gimana Ven? Sakit banget dada gua Ven sumpah" Raven ikut berjongkok di samping Zilan, dia terus mengelus-elus lembut punggung Zilan.
"Nanti gua bantuin ngomong ke kak Kesha soal di bar itu ya, jangan nangis anjir nanti dikira orang-orang gua ngapa-ngapain Lo lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKHESHA (BOOK 1 & 2)
Ficção AdolescenteSeorang wanita muda pebisnis sukses untuk sebuah perusahaan real estat di Indonesia, Rakhesha Aquino atau kerap disapa Kesha. Dia cantik, menawan, pintar dan lulusan Oxford bertemu dengan seorang siswa SMA yang nakal, arogan namun sialnya memiliki...