RAKHESHA B2 - 8

292 26 9
                                    

Hari ini adalah hari pertandingan basket antar kota. Kampus Zilan mengirim tim basket mereka untuk menjadi line up di pertandingan basket kali ini. Zilan gugup setengah mati. Dia mematut dirinya didepan cermin. Zilan sudah menggunakan Jersey basket, dia agak ragu sebenarnya. Entah kenapa perasaannya agak tidak enak hari ini.

Zilan pun memakai Hoodie nya dan keluar kamar untuk turun ke meja makan. Disana ternyata ada Rahma yang sedang sarapan bersama dengan Kris. Zilan memicingkan matanya, akhir-akhir ini Kris hampir tiap hari selalu datang ke mansionnya.

"Wuiihh yang mau tanding basket uhuyy, semangat bro" Kris tersenyum lebar. Zilan duduk di kursi meja makan.

"Lo keknya akhir-akhir ini sering mampir kesini, gak dikasih makan Lo dirumah?" Kris memandang datar Zilan.

"Bangsat lo ya, sahabat laknat Lo" Zilan tertawa sembari mengolesi roti tawar dengan selai coklat.

"Kak, kalian udah pacaran?" Kris tersedak minumannya. Dia melotot kearah Zilan.

"Belum, temen mu ini cupu banget gak bisa nembak cewe" Rahma berujar santai, sedangkan Kris wajahnya sudah memerah malu.

"Dih, sama kak Kevin aja kak dia juga lebih ganteng dari si Kris mana lebih laki" Kris sudah berdiri dari duduknya, harga dirinya sedikit tersentil ngomong-ngomong.

"Heh! Ngomong apa Lo barusan hah?! Berani Lo ya ngatain gua, liat aja nanti kak Kesha Lo bakal gua ambil!" Zilan melototkan matanya.

"Awas Lo berani goda kak Kesha kek waktu itu!" Ancam Zilan. Kris menjulurkan lidahnya.

"Bodoamat wlee" Zilan melempar Kris dengan roti tawar didepannya.

"Udah woy jangan berantem" lerai Rahma.

"Tau tuh" Zilan menatap tajam Kris. Setelah itu kembali memakan roti tawarnya dengan kesal.

"Lan, kamu tanding nanti jam berapa? Aku usahain liat deh"

"Jam 10 kayaknya" Rahma mengangguk.

"Oke nanti kakak ke GOR Arwana jam 10 an" Zilan mengangguk.

"Aku ikut ya kak" Kris berkata manja di depan Rahma dan itu membuat Zilan ingin muntah.

"Aku berangkat dulu kak" Rahma mengangguk.

"Hati-hati ya" Zilan mengangguk. Zilan keluar mansion menggunakan motor sportnya, dia menuju kampus terlebih dahulu sebelum ke GOR.

Dikampus Devan dan anak-anak basket lainnya berkumpul di parkiran kampus. Devan melihat Zilan yang datang menggunakan motor sportnya. Dia mendekati Zilan saat Zilan sudah memarkirkan motornya.

"Lo kok gak bawa mobil Lan?" Zilan sedikit menaikkan sebelah alisnya.

"Gak, mobilnya mau dipake" Devan hanya ber-oh ria. Itu alasan Zilan saja, dia sadar jika Devan ingin memanfaatkanya.

Setelah mendapatkan briefing bersama coach Adam, mereka pun pergi bersama ke GOR. Disana sudah ramai para peserta yang akan bertanding, Zilan sedikit gugup melihat para peserta itu.

Pertandingan itu diawali dengan upacara para pemain dari setiap perwakilan kampus. Setelah itu baru pertandingan dimulai. Kampus Zilan mendapatkan pertandingan nanti saat pukul setengah 10 pagi.

Zilan mendapat pesan dari Raven.

Raven

Gua di tribun nih bareng sama Karina. Katanya dia mau liat Lo tanding.

Zilan sedikit kaget saat Raven mengatakan datang bersama Karina. Dia mengedarkan pandangannya ke arah tribun, dapat dilihat jika Raven melambaikan tangannya dari atas sana. Zilan tersenyum.

Tanpa Zilan sadari, Kesha juga sudah duduk diatas tribun paling depan sendirian menggunakan masker. Zilan tidak mengetahui itu, Kesha sengaja ingin memberi kejutan kepada Zilan.

Pertandingan kampus Zilan dimulai. Universitas Zilan melawan Universitas Gunadarma. Zilan dimainkan saat quarter 3 dimulai. Karna emang dasarnya Zilan tidak punya skill bermain basket dia tidak terlalu bagus di lapangan. Coach Adam memijit pangkal hidungnya melihat permainan Zilan.

"Lan! Fokus! Jangan sampai bolanya di steal lawan!"

Devan yang sudah terengah lelah pun sangat kesal dengan kemampuan Zilan di lapangan. Beruntung permainan dimenangkan kampus Zilan dengan mencetak three point yang dilakukan oleh Devan di menit terakhir.

Zilan yang sedang berdiri sambil meminum minumannya tiba-tiba didorong oleh Devan.

"Lo bisa gak sih main yang bener hah?! Gila Lo ya! Gak ada kontribusinya sama sekali Lo di pertandingan tadi!" Zilan menatap kesal Devan.

"Gua dari awal kan udah bilang gua gak ada bakat maen basket! Tapi Lo maksa!" Zilan berteriak kesal dihadapan Devan.

"Tapi seenggaknya cetak poin satu kek apa kek! Ini Lo gak ada sama sekali, goblok banget! Bawa bola aja lepas terus, untung Reza bisa ngimbangin permainan Lo yang sampah itu!" Zilan semakin meradang saat Devan mengatainya seperti itu. Bahkan beberapa penonton menatap kearah mereka. Zilan agak malu sebenarnya.

"Lo kalo tolol ya tolol aja tapi jangan sampe dibawa ke lapangan!" Zilan mendorong bahu Devan.

"Itu salah Lo! Siapa yang maksa-maksa gua suruh masuk tim hah?!! Gua dari awal kan udah nolak! Gua sadar gua gak ada bakat di basket sama sekali!" Devan berdecih. Anak-anak basket lainnya tidak ada yang berniat melerai pertengkaran mereka. Zilan semakin merasa disudutkan.

Raven dan Karina sudah turun kebawah untuk membantu Zilan.

"Udah Lan, gak usah diladenin" Raven menarik tangan Zilan untuk pergi darisana.

"Heh bangsat! Segoblok-gobloknya orang, setolol-tololnya orang kalo belajar pasti bisa! Seminggu ini kita ngajarin Lo, Lo kemana aja? Gak ada peningkatan sama sekali! Yang ada malah malu-maluin tau gak!"

"Lo juga harusnya tau Dev, dia gak ada bakat sama sekali tapi Lo maksa dia. Lo sengaja mau permaluin dia hah?" Devan menatap tajam Karina.

"Lo diem! Gua gak ngomong sama Lo!" Devan kembali menatap Zilan.

"Lo mending keluar dari tim kita, gak guna Lo!"

"Lo lebih gak guna karna bisanya manfaatin orang doang! Cih!" Devan meradang saat dikatain Zilan seperti itu. Dia mengcengkram Jersey Zilan. Saat dia hendak memukul Zilan, suara seseorang menginterupsi mereka. Devan melepas cengkramannya dari Jersey Zilan.

"Berhenti!" Semua menoleh ke arah sumber suara itu. Orang itu mendekat kearah mereka.

"Apa yang kalian lakuin?!" Devan menatap pongah orang itu.

"Siapa Lo? Sok-sokan banget gayanya" orang itu menurunkan maskernya. Zilan terkejut saat mengetahui jika dia adalah Kesha. Coach Adam juga terkejut saat mengetahui orang itu adalah Kesha, salah satu donatur terbesar di kampusnya.

"Nona Kesha, apa yang anda lakukan disini?" Semua anak-anak basket terkejut mendengar pertanyaan dari coach Adam. Tapi mereka lebih terkejut dengan panggilan 'nona' dari coach Adam.

"Saya sedang melihat pertandingan ini, tapi apa ini kenapa anak didik anda bertengkar di lapangan seperti ini?" Coach Adam tersenyum kikuk.

"Ini hanya masalah sepele nona" Kesha menaikkan sebelah alisnya.

"Sepele? Dengan menjelek-jelekan tunangan saya?" Coach Adam mengerutkan keningnya.

"Siapa maksud anda?" Kesha berdiri disamping Zilan dan merangkul bahunya.

"Dia Zilan, tunangan saya" semua orang disana terkejut mendengar penuturan Kesha kecuali Raven yang sudah mengetahuinya sejak awal.

RAKHESHA (BOOK 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang