RAKHESHA 45

405 32 2
                                    

Rahma menghampiri Kesha yang saat ini sedang berada di O'Noire. Rahma sebenernya bingung, kenapa kakaknya meminta dirinya untuk menemui di kantor lamanya bukan di mansion saja.

Ceklek!

"Kak?" Rahma menyembulkan kepalanya dari balik pintu ruangan Kesha. Kesha menoleh dan menyuruhnya masuk.

Rahma berjalan masuk kedalam dan menutup kembali pintu ruangan itu.

"Kenapa kakak nyuruh aku kesini?" Kesha tersenyum.

"Sini deh"

Kesha menepuk bagian sofa yang kosong. Rahma duduk disana, lalu Kesha menyodorkan sesuatu kearah Rahma melalui Ipad-nya dan mata Rahma sukses membulat sempurna. Dia menatap Kesha dan Kesha tersenyum lebar.

"Kakak mau tunangan sama Zilan? Kapan?" Tanya Rahma antusias.

"Nanti tunggu Zilan lulus sekolah dulu" kata Kesha.

"Bentar lagi dong, terus mau tunangan dimana?" Kesha nampak berpikir sejenak.

"Keknya di Amerika aja deh, secara kan keluarga banyak disana" Rahma mengangguk-anggukan kepala saja.

"Zilan belum tau soal ini?" Kesha menggeleng.

"Nanti aja kasih surprise pas dia udah terbang ke Amerika" kata Kesha.

"Terus mau langsung nikah?" Kesha menggeleng lagi.

"Enggak lah, nanti tunggu dia lulus kuliah dulu" Kesha tersenyum lebar sembari memandang keatas langit-langit ruangannya.

"Jangan bilang nanti pas nikah kakak yang ngelamar?" Kesha terkekeh.

"Mungkin, kalo Zilan yang lamar kakak gak yakin haha" Rahma tertawa.

"Dunia terbalik emang, dimana-mana yang ngelamar pihak cowo kak. Tapi gapapa si kalo buat Zilan itu fine fine aja haha"

"Anything for my baby, Ma" Rahma menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kamu cocok jadi sugar mommy kak, Zilan jadi sugar baby nya haha" Kesha mengangguk.

"Ah ngomongin Zilan, aku jadi kangen deh" Rahma berdecih.

"Cih! Bucin" Kesha tertawa.

"Cari pacar makanya biar bisa bucin-bucinan" Rahma melengoskan wajahnya.

"Oiya bukannya kamu Deket sama Kris ya? Kok gak gebet dia aja?" Rahma sontak melototkan matanya.

"Gebet apanya dia aja gak confess ke aku soal perasaannya gimana sama aku kok, malu kalo aku dulu yang harus bilang" cicit Rahma di akhir kalimatnya.

"Aku sama Zilan aja yang confess duluan aku tuh" Kesha mengatakan itu dengan bangganya.

"Itu kan kakak bukan aku" cibir Rahma. Kesha terkekeh.

"Nanti kakak bantu oke" Rahma hanya berdehem aja.

Kesha melirik arloji di tangannya, sudah pukul 10 pagi. Dia buru-buru menjemput Zilan disekolahnya bersama dengan Rahma. Kesha turun kebawah menggunakan lift. Di koridor kantor semua orang masih menunduk hormat saat berpapasan dengannya walaupun dia sudah tidak menjabat lagi sebagai direktur disana.

15 menit Kesha sampai di sekolah Zilan, dia turun dari mobilnya bersamaan dengan Rahma yang juga turun dari mobilnya dan mereka berdua masuk kedalam sekolah. Didalam sana terlihat jika Zilan, Kris dan Darren sedang duduk santai di bangku taman sekolah mereka.

Darren yang pertama kali menyadari kedatangan Kesha dan Rahma pun langsung menyenggol bahu Kris. Mereka berdua berencana untuk mengerjai Zilan. Kris yang menangkap kode dari Darren pun mengangguk. Sebenernya mereka juga sudah memberi tahu Kesha dan Rahma jika ingin mengerjai Zilan dan ternyata Kesha setuju-setuju saja untuk mengikuti permainan mereka.

"Kak Kesha!!" Pekik Kris dan langsung berlari kecil menghampiri Kesha. Zilan yang kaget pun menoleh kebelakang, karna Zilan posisi duduknya membelakangi gerbang sekolah.

"Hehe kak Kesha" Kris memegang lengan Kesha sembari mengedipkan sebelah matanya untuk memberi sinyal. Kesha yang paham pun langsung tersenyum dan menepuk pelan kepala Kris.

Zilan yang melihat itu langsung berlari menghampiri Kesha.

"Ihhh!! Lepas gak tangan Lo dari tangan kak Kesha!" Zilan berusaha menyingkirkan tangan Kris yang bergelayut manja di lengan Kesha.

"Apaansih? Gua ada urusan sama kak Kesha ya" Kris terus menghalau tangan Zilan yang berusaha menyingkirkan tangannya dari lengan Kesha.

"Ihh!! Gak boleh! Kak Kesha punya gua! Lepas gak?!!" Kesha hampir saja tertawa ngakak jika tidak ingat mereka masih mengerjai Zilan.

"Zilan udah stop, aku ada urusan sama Kris. Kamu pulang sama Rahma ya, dia bawa mobil" Zilan menatap marah kearah Kesha.

"Gak mau! Zilan mau sama kakak aja! Lepasin tangan kak Kesha Kris!" Zilan masih saja berusaha melepaskan tangan Kris dari lengan Kesha dengan brutal. Rahma memegangi Zilan.

"Lepasin kak Kesha gak?!!" Kris menggeleng. Zilan hendak maju untuk menonjok Kris, kesabarannya sudah habis. Dia tidak suka jika miliknya dipegang oleh orang lain bahkan sahabatnya sendiri.

"Zilan!" Tanpa sadar Kesha meninggikan suaranya kearah Zilan. Zilan menatap Kesha dengan wajahnya yang sudah memerah menahan amarah.

"Apa?! Kakak mau belain dia hah?! Kakak jahat tau gak!!" Zilan memukuli bahu Kesha. Kesha memegangi kedua tangan Zilan, dia memandang ke arah Zilan.

"Zilan" panggil Kesha dengan suara lembutnya.

"Hiksss.. jahat.. hikss" Kesha yang sadar jika Zilan mulai menangis pun langsung memeluknya. Zilan menyembunyikan wajahnya di dada Kesha.

Perbedaan tinggi dan postur tubuh mereka benar-benar membuat Zilan seperti anak kecil yang menangis di dekapan ibunya.

"Maaf aku gak bermaksud bikin kamu nangis baby" Kesha mengusap lembut punggung Zilan. Zilan semakin terisak dipelukan Kesha, dia meremas kuat blazer milik Kesha.

"Jangan kayak gini lagi hiksss.. Zilan gak suka hikss.. Zilan takut hikss..." Kesha mengangguk, dia menciumi pucuk kepala Zilan sembari menggumamkan kata maaf di telinga Zilan.

Rahma memukul lengan Kris.

"Aduh! Kok dipukul si kak?!" Rahma menatap datar Kris.

"Tuh liat, akal-akalan kamu jadinya kek gini kan" Kris hanya mengeluarkan cengirannya.

"Diluar Nurul ini mah endingnya" celetuk Darren.

"Ayo pulang" Kesha mengajak Zilan untuk pulang.

"M-mau gendong" Kesha mendongakan kepala Zilan. Bisa dilihat jika wajah Zilan benar-benar kacau. Hidungnya yang memerah dan matanya yang sembab. Kesha mengangguk dan mencium kening Zilan. Hendak mencium bibir tapi dirinya keburu ingat jika mereka sedang berada dikawasan sekolah.

"Ayo aku gendong" Kesha langsung menggendong Zilan didepan seperti koala. Berat badan Zilan itu ringan dibanding dengan Kesha, apalagi tinggi badan mereka juga mempengaruhi. Tak ayal jika Kesha bisa dengan mudah menggendong Zilan tanpa beban.

Sampai di mobil Zilan benar-benar tidak mau turun dari gendongan Kesha. Kesha tidak masalah, jarang-jarang Zilan bersikap sangat manja kepada dirinya bukan.

RAKHESHA (BOOK 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang