RAKHESHA B2 -17

177 23 0
                                    

"Zilan ngerasa jahat sama kakak, selama ini kakak selalu perhatian sama Zilan selalu mastiin Zilan baik-baik aja tapi Zilan gak pernah kasih feedback apa-apa ke kakak hikss.."

"Zilan bad, Zilan bad! Zilan gak becus jagain kakak, Zilan selalu minta dimanja sama kakak tapi Zilan lupa kalo Zilan juga harus memperlakukan kakak sama kek yang apa kakak lakuin ke Zilan hiksss.."

Kesha tersenyum, dia membelai lembut pipi chubby Zilan.

"Kamu gak perlu ngelakuin itu, kamu gak perlu kasih feedback apa-apa ke aku. Aku gak butuh semua itu Lan, yang aku mau cuman satu" Zilan menatap Kesha penuh tanya.

"Kamu setia sama aku dan jangan pernah khianati aku, itu udah lebih dari cukup sayang" Kesha mencium kedua tangan Zilan.

"Aku udah sering bilang kan sama kamu? Mau bagaimana sifat dan sikap kamu ke aku, aku gak pernah permasalahin itu. Aku suka semua yang ada di diri kamu, jadi jangan dengerin omongan orang-orang yang gak baik atau jelek-jelek"

Kesha tahu pasti Zilan mengetahui dia sakit itu dari Arsen. Sebenarnya tadi Kesha hendak mengangkat telepon dari Zilan, tapi saat dia melirik ke arah nakas disamping bed pasien dia melihat Arsen mengambil ponselnya dan mengangkat telepon dari Zilan.

"Kakak" panggil Zilan. Kesha hanya menjawab dengan dehemannya saja.

"Sikap kakak yang kayak gini yang selalu buat Zilan insecure dan minder tiap hari kak" Kesha mengangkat sebelah alisnya, dia duduk disamping Zilan.

"Kakak yang gak pernah permasalahin apapun dalam diri Zilan, kakak yang selalu berusaha ada buat Zilan dan selalu mastiin Zilan baik-baik saja tiap harinya, kakak yang selalu perhatian sama Zilan dan selalu ada di garda terdepan buat Zilan kalo ada masalah. Zilan selalu takut kak, Zilan takut kalo kakak tiba-tiba suatu saat pergi ninggalin Zilan dengan suatu alasan"

"Zilan udah terlalu nyaman sama kakak. Setiap hari Zilan selalu mikir takut kalo kakak suka sama cowo lain gimana, kalo kakak bosen sama Zilan gimana, kalo kakak lebih milih sama orang yang lebih dewasa dari Zilan gimana" Kesha semakin menggenggam erat kedua tangan Zilan.

"Hidup Zilan udah sepenuhnya bergantung sama kakak, Zilan gak pernah bisa bayangin hidup Zilan tanpa kakak gimana" Kesha menarik Zilan kedalam pelukannya. Zilan mempererat pelukannya.

"Gak usah mikir aneh-aneh, aku selamanya buat kamu kok. Aku gak pernah mikir buat jalin hubungan sama orang lain selain kamu, aku juga udah terlalu nyaman sama kamu dan aku bakal jaga hubungan ini sama nanti maut memisahkan kita" Zilan mendusel di pelukan Kesha.

"Kayaknya ini bayaran dari Tuhan buat kamu karna kamu berhasil lewatin semua ujian di hidup kamu dulu sebelum ketemu aku" Zilan terkekeh.

"Iya juga ya, Zilan inget dulu Zilan beberapa kali gagal dalam percintaan sampe akhirnya ketemu sama kakak yang ngetreat Zilan sampe  kakak sakit" Kesha tersenyum tipis dan mengangguk.

🍃🍃🍃🍃

Kesha mengerjapkan matanya, dia melirik jam di nakasnya yang sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dia melihat ke samping ranjangnya, tidak ada Zilan disana. Kesha bangun dan memutuskan untuk turun kebawah, perutnya lapar ngomong-ngomong.

Namun saat hendak berjalan menuju dapur dia samar-samar mendengar keributan disana. Ternyata disana ada Zilan dan bibi Ruth selaku kepala maid di mansion Kesha sedang memasak sesuatu. Kesha memutuskan untuk bersandar di tembok mengamati kegiatan mereka berdua.

"Bibi ini bener gak masaknya kayak gini?" Wanita paruh baya yang sedang bersama Zilan itu melongok kedalam panci yang berisi masakan.

"Aduh tuan kok daun bawangnya dimasukin semua? Nona gak terlalu suka sama daun bawang tuan" Zilan mengeluarkan ekspresi sedihnya.

"Terus gimana? Nanti kalo dibuang mubazir dong"

"Sini biar bibi aja yang masak, tuan duduk aja disana" Zilan menggeleng.

"Zilan mau buat makan malam buat kak Kesha Bi, kasian kak Kesha sakit gara-gara Zilan gak perhatian" Zilan mengigit bibir bawahnya. Wanita yang dipanggil bibi itu langsung tersenyum lembut.

"Nona dari dulu memang seperti itu, jika sudah bekerja pasti lupa buat makan" Zilan menoleh kearah Bibi.

"Tetep aja kan harusnya Zilan perhatiin jam makan kak Kesha" Bibi terkekeh.

"Aduuh! Aduhh ishh panass!" Zilan mengibaskan jari-jarinya yang tersenggol panci panas.

"Aduh Bi perih shhh" saat Bibi Ruth hendak menolong dia mengurungkan niatnya karna melihat Kesha hendak menghampiri Zilan.

"Bawa sini tangannya"

Kesha mengambil tangan Zilan yang terkena panci panas. Dia membawa tangan Zilan kebawah kucuran air untuk meredakan rasa panas di jarinya. Zilan meringis kesakitan. Kesha mengambil sebuah kotak p3k di dalam lemari dapur. Kesha mengelap jari Zilan terlebih dulu agar kering dan setelah itu mengoleskan krim obat di jari Zilan yang sedikit melepuh itu.

"Udah kamu duduk aja disana, biar aku yang masak" Zilan mengangguk pasrah.

Kesha mengambil alih dapur, dia mengambil beberapa bahan masakan dibantu oleh bibi Ruth. Zilan merutuki dirinya sendiri, niat ingin menyenangkan Kesha dengan masakannya malah berakhir Kesha yang memasak untuknya.

Kesha melirik kearah Zilan yang mencebikkan bibirnya, dia tahu pasti Zilan sedang kecewa dengan dirinya sendiri karna gagal memasak untuk dirinya.

"Sejak kapan dia ada di dapur Bi?" Bibi Ruth nampak berpikir sejenak.

"Sepertinya sejak sore nona, saya juga kurang tahu karena saya daritadi berada di kebun" Kesha mengangguk-anggukan badannya.

Kesha memilih untuk memasak chicken katsu sebagai menu utama makan malam hari ini, ditambah mashed potatoes dan sup jagung creamy. Kesha melirik kearah Zilan yang duduk anteng di meja makan sembari bermain ponsel.

Jam 8 malam makan malam sudah siap. Bibi Ruth membantu menyajikan semua masakan Kesha diatas meja makan.

"Ayo makan" Zilan mengangguk. Mereka berdua makan dengan tenang dan khidmat.

Setelah selesai makan Kesha pergi ke ruang kerjanya. Dia harus menyelesaikan beberapa kerjaan dari Hawkwatch. Stevan memutuskan untuk menyuruh Kesha bekerja dari Indonesia saja karna keadaan di Amerika sedang kacau-kacaunya. Biarkan pekerjaan di lapangan di lakukan oleh Kenny dan Zayn.

Tok tok tok

"Masuk" Zilan melongok kan kepalanya kedalam ruangan. Kesha tersenyum saat mendapati jika Zilan yang mengetuk ruangannya.

Zilan berjalan menghampiri Kesha, "Kakak ngapain jam segini malah disini?"

"Ada beberapa kerjaan yang harus aku selesaikan sayang" Zilan menatap Kesha kesal.

"Kakak kan masih sakit, ayo tidur lagi" Kesha mengangguk.

"Iya nanti habis ini tidur kok" Zilan menghentakkan kakinya kesal.

"Gak mau nanti, kakak harus tidur sekarang pokoknya" Kesha terkekeh.

"Iya iya, kamu ke kamar dulu sana" Zilan menggeleng.

"Gak mau, nanti kalo Zilan ke kamar dulu kakak pasti gak jadi keluar dari sini" Kesha terkekeh. Dia mematikan komputernya.

"Tau aja, ayo tidur" Kesha berjalan kearah Zilan dan merengkuh pinggang ramping Zilan.

"Ya tau lah, kebiasaan kakak kan gitu" cibir Zilan. Kesha tertawa, dia mencubit gemas hidung mancung Zilan.

"Uluhhh cowo siapa si ini hmmm.. gemes banget" Zilan terkekeh.

"Cowonya Rakhesha Aquino" Zilan mencium singkat pipi Kesha.

"Aih.. udah berani ya cium-cium dulu, cium sini dong" Kesha menunjuk kearah bibirnya. Muka Zilan langsung memerah seperti kepiting rebus. Dia menyembunyikan wajahnya di dada Kesha.

"Ihh kakak, Zilan malu lhooo" rengek Zilan di pelukan Kesha. Kesha tertawa.

"Tadi aja berani kok sekarang malu, aduhh" Zilan mencubit gemas pinggang Kesha. Mereka berdua tertawa bersama.

Tatapan mereka tanpa sengaja bertemu, Kesha tersenyum lembut. Dia mengusap lembut pipi Zilan menggunakan ibu jarinya. Sepersekian detik kemudian, bibir mereka sudah bersatu. Kesha melumat pelan bibir Zilan. Zilan memejamkan matanya dan menikmati ciuman yang diberikan oleh Kesha.

RAKHESHA (BOOK 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang