RAKHESHA 30

919 60 16
                                    

Setelah berbicara dengan Darren dan Kris, Rahma menemui Kesha di kamarnya.

"Kak" panggil Rahma. Kesha mengkode Rahma untuk masuk kedalam kamar. Rahma pun berjalan masuk kedalam.

"Zilan tidur ya?" Tanya Rahma. Kesha mengangguk.

"Capek dia habis nangis tadi" kata Kesha. Rahma hanya mengangguk saja.

"Daddy telpon kak, ada yang mau diomongin sama kakak katanya" kata Rahma. Kesha yang paham pun langsung pergi keruang kerjanya. Dia menitipkan Zilan kepada Rahma sementara.

Kesha menghampiri meja kerjanya, Stevan sudah stand by untuk melakukan video call.

"Ada apa Dad?" Tanya Kesha.

"Sayang, gimana? Kamu udah bicarain hal itu sama Zilan?" Tanya Stevan. Kesha menggeleng.

"Dia masih trauma Dad, aku gak mungkin ngomongin hal itu sekarang" jelas Kesha. Stevan terlihat menghela nafasnya.

"Tuan Lucent sudah menanyakan keputusan itu berkali-kali kepada daddy" kata Stevan.

"Aku akan coba ngomong kalo situasinya udah kondusif Dad, untuk sekarang gak bisa" Kesha mencoba memberi pengertian kepada Stevan. Stevan mengangguk.

"Yaudah kalo gitu, cepet kasih tau keputusan mu ya. Daddy pergi dulu, ada urusan di Las Vegas" Kesha mengangguk dan menutup video call nya.

Dia menghela nafasnya dan menyenderkan punggungnya ke belakang kursi. Dia bingung sekali, dia tidak mungkin bisa menolak untuk menjadi ketua mafia ini karna ini sudah garis takdirnya. Stevan sudah berumur, jadi mau tidak mau harus ada keturunannya yang menggantikan posisi dari Stevan. Kesha juga tidak mungkin melimpahkan posisinya kepada Alen ataupun Rahma karna ini bukan dunia mereka.

Disisi lain dia juga tidak yakin dengan Zilan, apakah dia mau ditinggal terus-terusan oleh Kesha. Jika sebelumnya dia tidak pernah bertemu dengan Zilan mungkin ini tidak akan menjadi hal rumit untuknya.

Kesha kembali ke kamarnya. Dia mendekati Zilan yang sedang tertidur pulas dan mengelus surainya dengan lembut.

"Gimana kak? Apa kata Daddy?" Tanya Rahma.

"Daddy minta biar aku cepet ambil keputusan Ma, argghhh ini membuat ku bingung" keluh Kesha. Rahma memandang kasihan kepada Kesha.

Rahma tau pasti kakaknya memikirkan keadaan Zilan kedepannya. Pasti berat untuk memilih hal semacam ini.

"Pikirkan itu baik-baik kak, pokoknya jangan sampe bikin Zilan berpikiran yang engga-engga" kata Rahma. Dia pun berpamitan untuk pulang kepada Kesha.

Sore harinya Zilan bangun tidurnya, dia tidak mendapati Kesha berada disampingnya. Zilan mencoba keluar kamar dan pergi mencari Kesha. Dia sudah mencari ke penjuru mansion namun tidak ada, akhirnya Zilan memutuskan untuk pergi keruang kerja Kesha.

Saat berada didepan ruang kerja milik Kesha, samar-samar Zilan mendengar percakapan Kesha dengan beberapa asistennya.

"Kemungkinan aku akan berhenti menjadi direktur O'Noire Group, setelah masa pelantikan ku menjadi ketua selesai aku mungkin akan mengundurkan diri dari perusahaan ini. Apa kalian masih ingin ikut bersamaku?" Tanya Kesha kepada bodyguard kepercayaannya.

"Apa anda akan menetap di Amerika nona?" Tanya Kenny. Kesha mengangguk.

"Kemungkinan iya, karna aku harus mengatur organisasi Hawkwatch disana" jawab Kesha.

"Jika kami masih ingin menjadi orang anda, apakah pekerjaan kami nona?" Tanya Ramos.

"Kemungkinan kalian akan dilatih untuk menjadi bodyguard Hawkwatch, namun gak buat Zayn dan Kenny" kata Kesha. Mereka saling pandang.

"Zayn akan kembali ke posisi semula menjadi asisten Daddyku sedangkan Kenny dia masih tetap menjadi tangan kanan ku dan untuk Lauren, aku memberimu pensiunan dini" jelas Kesha. Lauren terkejut.

"Aku tidak mau membahayakan seorang laki-laki yang baru saja memiliki seorang bayi, kamu bisa membuka usaha di Jerman tenang saja" imbuh Kesha. Lauren membungkuk berterima kasih kepada Kesha.

"Lalu bagaimana dengan tuan muda Zilan nona? Jika anda sudah dilantik menjadi ketua mafia, bukankah itu juga sangat membahayakan nyawa tuan muda Zilan?" Tanya Kenny.

"Itu yang sedang aku pikirkan saat ini" kata Kesha.

Tanpa disadari diluar ruangan kerja Kesha, Zilan meneteskan air matanya. Zilan sebenernya terkejut dengan apa yang dia dengar tadi, tapi lebih terkejut lagi jika dirinya kemungkinan akan ditinggalkan oleh Kesha. Saat hendak berbalik pergi tanpa sengaja kakinya tersandung pintu yang sedikit terbuka itu. Kesha melirik ke arah pintu dan segera menghampiri kesana.

"Zilan" panggil Kesha. Zilan hendak pergi begitu saja namun lengannya dicekal oleh Kesha.

"Kamu kenapa?" Tanya Kesha. Zilan menggeleng, dia tidak berani menatap Kesha.

Air matanya terus mengalir. Didalam pikirannya terus terngiang kata-kata jika Kesha akan pergi dari hadapannya.

"Hei, lihat aku. Kamu gapapa kan?" Tanya Kesha lagi. Dia memegang pipi Zilan dan mengangkat wajah Zilan dengan pelan.

Bisa dilihat jika mata Zilan sudah sembab akan air mata.

"Hikss.. k-kakak mau pergi ya? Kakak mau tinggalin Zilan sendiri ya hikss.." kata Zilan sambil sesenggukan. Kesha pun memeluk Zilan.

Dipelukan Kesha, Zilan semakin menangis kencang.

"Hiksss.. jangan pergi.. jangan tinggalin Zilan sendiri hikss... Zilan gak mau jauh dari kakak huwaaa" Kesha menciumi kepala Zilan.

"Aku gak kemana-mana Zilan" kata Kesha. Zilan menggeleng. Dia melepas pelukannya.

"Kakak bohong hikss... Zilan denger semuanya kak.. Zilan denger kakak mau ke Amerika kan? Kakak mau berhenti jadi direktur kan? Kakak mau dilantik jadi ketua mafia kan? Hiksss.. kakak jahat.." Kesha menghela nafasnya. Dia menangkup kedua pipi Zilan dan menghapus air mata yang masih mengalir disana.

"Iya maaf aku gak bilang sama kamu soal ini, tapi aku gak akan pernah tinggalin kamu sendiri sayang. Percaya sama aku ya" kata Kesha. Zilan masih menangis sesenggukan. Zilan kembali memeluk erat Kesha.

"Jangan tinggalin Zilan sendirian kak hikss.. Zilan udah gak punya siapa-siapa hikss... Cuman kakak yang Zilan punya didunia ini" kata Zilan. Kesha mengangguk.

"Aku janji aku gak bakal ninggalin kamu kok, aku bakal bawa kamu kemanapun aku pergi ya" kata Kesha.

"Janji ya kak" Kesha mengangguk.

RAKHESHA (BOOK 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang