Part 5

2.2K 265 21
                                    

"Terima kasih atas tumpangannya."

Kyle mengangguk, masih menatap figur Alaska yang kini tengah berdiri di dekat jendela mobilnya. Alaska terlihat sedikit tersipu, entah karena apa. Menurut Kyle, Alaska tampak lucu ketika seperti itu. Tapi lebih lucu lagi ketika ia bersikap menyebalkan seperti biasa.

"Oke."

Alaska mengangguk. Ia berbalik, tetapi Kyle memanggilnya sehingga ia kembali menatap Kyle.

"Kau bilang kau sering bergulat dengan pr kimia?"

Alaska mengerutkan dahinya, tidak mengerti kemana arah dan tujuan pertanyaan Kyle. "Ya," katanya kemudian. "Memangnya kenapa?"

"Apa kau pintar kimia?"

"Apa?"

"Aku bertanya, apa kau pintar dalam pelajaran kimia? Apakah kau menyukainya"

Alaska terdiam beberapa saat sebelum mengangkat bahu. "Kalau aku pintar dalam pelajaran itu, aku takkan mengerjakan pr-nya dengan susah payah," gerutunya. "Dan, kalau aku tidak menyukainya, aku tidak akan susah payah mengerjakan pr itu. Karena aku tidak akan mengerjakannya."

"Astaga, kau ini berbelit-belit," Kyle tertawa. "Jadi, kau pintar kimia atau tidak?"

"Tidak."

"Dan kau menyukainya?"

"Lumayan."

"Nah, bagus. Aku benci kimia dan aku juga tidak bisa mengerjakan kimia. Jadi, kutunggu kau di British Library, besok, jam 10 pagi. Jangan lupa bawa buku kimia-mu, karena aku akan bertanya banyak."

Alaska tampak tidak setuju, tetapi Kyle langsung menyeringai sambil melambai, lalu menjalankan truknya. Ia tidak langsung pulang karena tentu saja ia takkan bisa tidur. Ia langsung menuju ke PunchFit, untuk mencari sedikit uang lagi.

Kyle bersiul sepanjang perjalanan. Sepertinya, ia harus meminjam buku kimia dari Brad atau Steve, karena ia sendiri tidak mengambil pelajaran kimia.

***

"Alaska! Kau baik-baik saja?"

Alaska baru saja keluar dari kamar mandi di dalam kamarnya, lalu sedikit kaget ketika menemukan Damon sudah duduk di atas kasurnya. Damon sekarang berdiri, wajahnya terlihat cemas ketika menatap Alaska.

"Yah, seperti yang kau lihat," Alaska mengabaikannya.

"Kau pulang bersama siapa?"

"Memangnya itu urusanmu?"

Damon mengacak-acak rambutnya yang pada dasarnya sudah acak-acakan. "Dengar, Alaska. Aku minta maaf. Kemarin malam aku mengantar Lily pulang, dan ketika aku kembali, kau sudah tidak ada. Aku mencari-cari di sepenjuru rumah dan kau tidak ada."

"Siapa itu Lily?"

"Alaska...."

"Damon, dengar," Alaska berkacak pinggang. "Kalau kau tahu kau akan melupakan keberadaanku selama pesta itu berlangsung, kau sebaiknya tidak usah mengajakku. Karena apa? Karena aku hanya akan jadi bebanmu sementara kau sedang bersama gadis-gadis itu."

Damon menggeleng. "Kau tidak jadi bebanku."

"Aku tidak jadi bebanmu?" Alaska tertawa. "Jangan membual, Damon. Kita berdua sama-sama tahu, oke? Jadi, lain kali, biarkanlah aku datang sendiri. Atau, kau tidak perlu mengajakku. Lagipula, aku tidak menyukai tempat-tempat seperti itu. Kau tahu itu dengan baik."

"Maafkan aku," gumam Damon. "Sungguh."

Alaska mengibaskan tangannya. "Pulanglah, Damon. Aku mau pergi."

For Them, We Were.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang