Damon diajak oleh si wanita pirang dua ke sebuah tempat di belakang pub. Tempat itu memiliki pencahayaan yang minim. Walaupun lorong-lorongnya sempit dan pengap, kamar yang tersedia lumayan juga.
Di kamar itu terdapat banyak alat kontrasepsi berserakan di atas karpet berwarna beludru merah. Tempat tidurnya dilapisi selimut beludru warna merah juga. Terdapat sebuah tiang di satu sudut, kamar mandi, dan entah apa lagi.
Begitu mereka masuk, Damon mengunci pintu di belakangnya.
"Oke. Jadi, apa yang kau ingin aku lakukan?"
Damon melihat si wanita pirang mulai melucuti bajunya. Dalam hati Damon mulai menyesal kenapa ia harus memilih untuk datang kesini. Kenapa tidak Kyle saja yang mengerjakan pekerjaan kotor seperti ini.
Mata Damon menelaah seluruh ruangan sekali lagi. Ia menemukan sebuah borgol di atas meja nakas, kemudian matanya menangkap sebuah pintu di dinding bagian kanan. Pintu kamar mandi.
Tiba-tiba saja Damon dapat ide.
"Kamar mandi," gumamnya.
Si wanita pirang tersenyum menggoda, kemudian berjalan masuk ke kamar mandi. Sebelum mengikutinya, Damon mengambil borgol lalu memasukannya ke saku celana belakang jinsnya.
Kamar mandinya ternyata cukup luas. Ada bathtub, counter dengan wastafel, tempat handuk, dan yang lainnya. Damon jadi bertanya-tanya apa sebenarnya tujuan kamar mandi ini dibuat adalah untuk mandi dan buang air, atau yang lain.
"Kau sepertinya gugup." Si wanita pirang mendekat ke arah Damon. Ia memegang bagian depan kaus Damon lalu menariknya. "Ini yang pertama?"
Sudut bibir Damon terangkat. "Ya," gumamnya. Ia mendorong perlahan wanita itu sampai beberapa langkah di belakang, kemudian ketika tangan wanita itu memegang pipa di belakangnya, Damon mengeluarkan borgol. Setelah selesai, ia mundur. "Kalau ini yang pertama."
"Hey!"
"Aku kesini hanya ingin mencari tahu sesuatu," kata Damon. Si wanita masih berusaha melepaskan diri dari borgolnya. "Aku hanya ingin informasi mengenai Hito."
Wanita itu tertawa. "Mau apa kau mencarinya? Memangnya, kau tahu siapa dia?"
"Karena aku tidak tahu siapa dia, aku bertanya."
"Lepaskan aku!"
"Tidak, sebelum kau memberitahuku sesuatu."
Wanita pirang itu menatap Damon dengan tatapan tidak percaya. "Kau bakal mati," katanya. "Dia bakal memburumu, memburu semua orang yang kenal dekat denganmu. Jadi kuperingatkan, sebelum kau menyesal, kau lebih baik mundur."
"Dia sudah memburuku, dan orang-orang terdekatku." Damon berhenti. "Aku harus menghentikannya."
Wanita itu tertawa. "Menghentikan dengan cara apa? Membunuhnya?" Ia menggeleng-geleng. "Kalaupun kau membunuhnya, masalahnya tidak akan berakhir semudah itu."
Damon menyandarkan punggungnya ke tembok. Ia berpikir keras. Kalau seandainya ia membiarkan dirinya diburu sekarang, apakah itu akan menyelesaikan semuanya? Ia tidak tahu dengan cara apa Hito berniat untuk membalas dendam.
Yang Damon tidak mengerti adalah, permasalahannya dengan Hito bisa dibilang sangat simple. Kalah dalam pertandingan di Fightzone itu bukan perkara besar. Berapa banyak orang yang sudah mengalahkan Hito? Berapa banyak yang sudah diburunya?
"Karena itu," Damon akhirnya bersuara. Suaranya pasti terdengar memohon dan frutasi. "Aku ingin meminta bantuanmu. Beritahu saja semua yang kau ketahui dengannya. Habis itu aku akan menyelesaikan semuanya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...