Setelah mendapat berkas-berkas yang milik Ethan Nakamura, Alaska dan Damon kembali ke hotel mereka, dan menggunakan sisa siang itu dengan mencari-cari dokumen yang sekiranya penting.
Kebanyakan isinya hanyalah surat-surat, proposal-proposal, dan sertifikat-sertifikat. Alaska dan Damon sama-sama mencari selama 2 jam, tapi mereka tidak menemukan apa-apa. Tidak ada yang mengatakan bahwa Kyle bukan kakaknya Alaska.
Alaska menyandarkan punggungnya ke kasur di belakangnya. "Tidak apa apa-apa," gumamnya. "Sepertinya sia-sia kita pergi ke Manchester."
Damon tampak sedang memegang sebuah box kaleng di tangannya ketika Alaska menatapnya. "Menurutmu, ini apa?" tanyanya.
Alaska mengambil box itu, kemudian mendengar sesuatu membentur dinding-dinding box, menyebabkan bunyi nyaring ketika ia menggoyang-goyangkan box. Box itu memiliki pengait, dan ada gemboknya. Tapi, tidak ada kuncinya.
"Tidak tahu," Alaska menggeleng. "Kau bisa membukanya?"
"Kalau aku punya gergaji atau paku dan palu atau tang, kurasa aku bisa membukanya."
Alaska hendak mengatakan sesuatu yang sarkastik, tapi Damon keburu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar sebelum Alaska sempat bertanya Damon hendak apa. 10 menit kemudian, Damon kembali dengan paku, palu, dan tang di tangannya.
"Mereka tidak punya gergaji," katanya. "Tapi ini bisa juga."
Lalu Damon mulai mencoba untuk membuka kotak kaleng itu. Selagi Damon sibuk bekerja, Alaska memutuskan untuk bertanya.
"Jadi, lencana itu. Itu milikmu?"
Damon menggeleng. "Ayahku."
"Oh," Alaska mengangguk-angguk. "Kau selalu membawanya ke mana-mana?"
Sekarang Damon mengangguk. "Sejak dia memberikannya kepadaku—ralat, sejak seorang rekannya berkata bahwa dia ingin aku memiliki lencananya, aku selalu membawanya ke mana-mana. Awalnya memang tidak berguna. Tapi lihat sekarang. Ternyata berguna juga."
Saat Damon menyelesaikan kalimatnya, ia juga menyelesaikan pekerjaannya. Kotak dari kaleng itu sekarang sudah memiliki lubang yang cukup besar bagi apapun yang ada di dalamnya untuk keluar. Alaska lalu menyentuh permukaan lubang yang tajam, bermaksud mengambil apapun yang ada di dalamnya, tapi tangan Damon menahannya.
Damon lalu memperbesar lubang dengan tang, dan mengeluarkan benda di dalamnya. Ternyata sebuah flashdisk.
"Flashdisk," gumam Damon. "Kira-kira, apa, ya, isinya."
Alaska menggeleng-geleng. "Kau bawa laptop?"
Damon menggeleng.
"Kalau begitu, kita cari perpustakaan terdekat."
***
Kyle mendengarkan saran Sersan Jordan dan mulai berinteraksi dengan orang-orang.
Ia jadi lebih sering memulai percakapan, jadi lebih sering bertanya, tetapi tetap tidak menceritakan kalau tidak ditanya. Setidaknya kalau Kyle bukan pencerita yang baik, dia bisa menjadi pendengar yang baik.
Hari itu lagi-lagi Sersan Jordan memberinya kesempatan untuk menelpon. Kali ini diperpanjang 10 menit, karena katanya Kapten Smith sedang ada rapat dengan kapten-kapten lainnya. Ketika Kyle tanya kenapa Sersan Jordan melakukan itu untuknya, ia malah tersenyum.
"Kau tahu benar aku sudah tidak punya siapa-siapa untuk ditelpon," katanya ringan. "Aku senang kalau kau mengontak orang-orang yang kau tinggalkan di rumah. Jadi, gunakan kebaikanku ini sebaik-baiknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...