Part 30

1.6K 226 60
                                    

Damon berakhir duduk di restoran Italia di dekat kampus bersama salah satu seniornya sehabis masa orientasi selesai pada hari pertama masuk kuliah. Seniornya ini bernama Lacey. Lacey mengajak Damon makan siang, dan berhubung Damon tidak punya teman makan siang, ia setuju.

"Jadi, kau sudah tinggal di London seumur hidupmu?"

Damon menggeleng. "Aku di Amerika sampai umurku 6 tahun, lalu pindah ke sini bersama ibuku. Aku pindah kewarganegaraan dua tahun lalu."

"Ibumu orang Inggris?"

Damon mengangguk.

"Dan ayahmu?"

Damon masih menegang ketika siapapun menyebut-nyebut tentang ayahnya. Walaupun ia biasa saja dengan kenyataan bahwa ayahnya sudah meninggal, topik ini masih tetap membuat rumit emosinya.

"Brazil," jawab Damon pada akhirnya.

"Pantas."

"Pantas apa?"

"Kau punya wajah seperti orang Brazil kebanyakan."

Damon tidak menganggap itu sebagai pujian, jadi ia hanya tersenyum kecil.

Pintu restoran terdorong terbuka, dan Damon melihat seorang perempuan berjalan masuk. Damon mengenali perempuan itu—seseorang dari kelasnya. Kalau tidak salah, namanya Annabeth. Annabeth duduk di kursi tak jauh dari tempat Damon duduk.

Damon mendapati dirinya tidak bisa mengalihkan pandangan.

Lacey memang cantik. Rambutnya cokelat, matanya cokelat, dan ia juga tinggi, walaupun Damon masih lebih tinggi. Tapi, Annabeth berbeda. Damon tidak menganggap Annabeth cantik, tapi Annabeth sangat menarik.

"Damon," panggil Lacey. Lacey melirik Annabeth sekilas, sebelum kembali menatap Damon lagi. "Aku harus pergi."

"Oh?"

"Sampai ketemu besok," Lacey tersenyum singkat, sebelum beranjak pergi.

Setelah Lacey pergi, Damon menimbang-nimbang apakah ia harus menghampiri Annabeth atau tidak, sampai akhirnya ia memutuskan tidak ada salahnya kalau ia bertanya apakah ia boleh duduk di meja Annabeth atau tidak.

Damon baru saja berdiri, tetapi ponselnya yang berbunyi tanda panggilan masuk membuatnya duduk kembali.

"Damon, kau sudah pulang?"

Itu Alaska.

"Belum. Aku sedang makan siang. Kenapa?"

"Aku butuh tumpangan pulang," kata Alaska. Damon hampir-hampir bisa merasakan Alaska menyeringai di sebrang sana. "Aku tahu kau bawa mobil."

Damon jadi ikut tersenyum. "Tentu saja. Aku ke tempatmu sekarang?"

"Aku di lobby."

"Oke. Sampai nanti."

Setelah Alaska mematikan sambungan, Damon menatap Annabeth sembari menghela napas. Tidak apa-apa, begitu kata dirinya sendiri. Damon bakal menghabiskan kira-kira 4 tahun ini dengan bertemu Annabeth setiap hari. Atau mungkin, hanya bertemu sekilas di koridor.

Damon mengambil kunci mobil dan dompetnya, lalu berjalan keluar.

***

"Jadi, ada cewek yang sudah kau taksir sejauh ini?"

Alaska menatap Damon sembari tersenyum menggoda. Itu adalah hari pertama mereka kuliah, dan Alaska ingin sekali merayakan kebersamaan mereka dari sekolah dasar sampai kuliah dengan makan es krim di kedai es krim Belgia paling enak di penjuru London.

For Them, We Were.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang