Part 45

1.4K 208 43
                                    

Malam itu Kyle bertengkar dengan Alaska.

Tidak, bukan karena Kyle menolak untuk pulang ke rumah orang tuanya di City of London untuk makan malam. Bukan juga karena Kyle melakukan sesuatu yang membahayakan. Bukan karena Alaska tahu bahwa diam-diam, Kyle masih membenci ayahnya.

Tapi karena tempat tidur.

Jadi, Alaska sedang tidur di tempat tidur Kyle. Saat itu sudah jam 10 malam, dan tiba-tiba saja Kyle merasa mengantuk. Kyle jarang sekali mengantuk, jadi ia tidak mau melewatkan kesempatannya untuk tidur dengan nyenyak. Karena itulah, Kyle tidak mau tidur di sofa.

Kyle tahu di kasurnya sedang ada Alaska. Alaska tidur selalu seperti bayi. Sepertinya, sirine ambulans juga tidak bisa membangunkan Alaska. Jadi, alih-alih memindahkan Alaska ke sofa atau membangunkannya, Kyle langsung saja tidur di samping Alaska. Toh, tempat tidurnya juga luas.

Tiba-tiba, kira-kira dua jam kemudian, Kyle merasakan sesuatu menghantam dadanya dengan keras dan menyebabkan matanya terbuka karena dadanya dilanda gelombang rasa sakit. Barulah Kyle sadar bahwa itu siku Alaska, mengenainya tepat di tempat tulangnya yang patah.

"Aw," Kyle mengerang. Ia menjauhkan Alaska darinya, kemudian memegang dadanya dengan sebelah tangannya. Rasa nyerinya langsung menyerangnya seperti sekawanan burung gagak. Sepertinya, ia butuh es batu lagi.

Selanjutnya, tanpa diduga-duga, Alaska terbangun. Ia mengucek matanya, kemudian menyingkirkan rambut-rambut dari wajahnya. Setelah itu barulah ia menyadari bahwa Kyle ada di sana, dan ia langsung marah-marah.

"Kyle!" pekiknya. "Apa yang kau lakukan?"

Kyle meringis karena nyeri. "Tidur di ranjangku," katanya. "Memangnya apa menurutmu?"

"Aku tahu, smartass," Alaska memutar bola matanya. "Tapi memangnya kau tidak lihat aku sedang tidur di sini?"

"Tentu saja aku lihat," Kyle menyahut.

"Lalu?"

"Lalu apa? Aku sedang ingin tidur di sini," sahut Kyle. "Kulihat tempat di sebelahmu kosong, jadi aku tidur. Di mana letak kesalahanku?"

Alaska mengerutkan dahinya. "Kau bertanya tentang letak kesalahan-oke," Alaska menarik napas. "Aku sedang tidur, lalu tiba-tiba kau datang dan tidur di sampingku. Itu adalah letak kesalahanmu. Kau tidak seharusnya tidur di sampingku. Karena kau bisa menyuruhku pindah, atau membangunkanku."

Kyle tertawa sarkatis. "Menyuruhmu pindah," ulangnya. "Bagaimana, tepatnya, aku harus menyuruhmu pindah? Menyeretmu? Memangnya, kau semudah itu untuk dibangunkan?"

Untuk sesaat, Alaska terlihat seperti kehilangan kata-kata. Tapi, bukan Alaska namanya kalau tidak bisa memikirkan sesuatu yang pintar untuk diucapkan.

"Coba lihat sekarang," katanya. "Aku jadi tidak sengaja menyikumu. Bagaimana kalau patah tulangmu tambah parah? Bagaimana kalau kau jadi mengalami kebocoran paru-paru seperti yang mereka takutkan? Kau memang tidak peduli pada dirimu sendiri atau bagaimana, sih, Kyle?"

Kyle ingin sekali tertawa karena Alaska memarahinya karena Alaska khawatir kepadanya, tetapi ia terlalu menikmati pertengkaran mereka, jadi ia menahan diri.

Kyle berdehem. "Oke, jadi sekarang kau menyalahkanku karena aku mencoba tidur di ranjangku sendiri, dan karena kau menyikutku secara tidak sengaja?"

Alaska mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian mengambil napas dalam-dalam. "Oke," katanya sembari mengangguk-angguk. Kyle awalnya mengira Alaska bakal marah-marah, tapi ternyata tidak. "Keluar dari ranjangku."

For Them, We Were.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang