Part 41

1.5K 197 68
                                    

                  

Hari itu adalah hari ketiga setelah Kyle kembali dari Catterick, dan Kyle sudah dipanggil ke pangkalan untuk membicarakan tentang misi selanjutnya. Yang berbicara dengannya sekarang adalah Kapten Smith, seorang perwira yang nantinya akan memimpin Kompi mereka.

"Kita akan berangkat ke Kenya 3 bulan lagi, jadi persiapkan diri kalian masing-masing," kata Kapten Smith. Suaranya lantang. "Aku adalah pemimpin Kompi ini. Kompi ini terdiri atas 10 regu. Kalian bisa lihat pembagiannya nanti. Selama 3 bulan ini, kita akan berlatih seperti biasa."

Lalu Kapten Smith meninggalkan Aula besar.

Kyle pergi sebentar untuk mengecek namanya. Ternyata, ia berada di regu 4, bersama James, Brian, Dave, Neil, Adam, dan Jackson. Regunya dipimpin oleh seorang Sersan yang bernama Jordan. Dari semua orang di regunya, Kyle nyaris tidak mengenal siapa-sapa.

"Oke, aku Sersan Jordan," kata sebuah suara dari belakang Kyle. "Untuk kalian yang namanya ada di regu 4, silahkan berkumpul bersamaku."

Si pemilik suara-Sersan Jordan-memiliki gaya yang bisa dibilang, bukan tentara banget. Rambutnya berwarna pirang pasir, dibiarkan tumbuh agak panjang. Tubuhnya tinggi tegap, pakaiannya seperti pakaian tentara. Hanya saja, rahangnya tidak rapi, serta matanya memerah.

Sesuai perintahnya, Kyle dan beberapa orang lain-yang Kyle asumsikan sebagai James, Brian, Dave, Neil, Adam, dan Jackson-langsung mengerubungi Jordan.

"Aku yang akan memimpin regu kalian," katanya lagi. Ia menatap Kyle, kemudian menatap teman-teman di sebalah kanan kiri Kyle. "Kalian terlihat tangguh. Karena itulah, tolong, jangan ada yang mati. Karena, aku dipesankan untuk membawa kalian semua pulang hidup-hidup."

Kyle mengerutkan keningnya, antara bingung dan kesal.

"Dan, ya, kita akan berlatih, sama dengan regu-regu lainnya. Latihannya setiap hari Senin sampai Jumat, jam tujuh sampai dua belas siang. Tolong tepat datang, agar kalian tidak menjadi dead weight dalam reguku di medan nanti."

Setelah memberi pidato singkat yang menyebalkan, Sersan Jordan mengibaskan tangannya, lalu pergi.

"Tadi cukup aneh," kata seseorang sembari terkekeh. Dari nametag di bajunya, Kyle bisa tahu orang itu bernama Neil.

"Tentu saja. Dia, kan, yang paling tidak disukai," seseorang menimpali. Adam.

"Kata siapa?" tanya seseorang. Brian.

"Gosip beredar," sahut seseorang. James. "Sersan Jordan itu orang yang paling membangkang dan tidak bisa mematuhi aturan. Sepertinya sedikit lagi, dia akan dikeluarkan."

Neil mengerjapkan matanya. "Dan dia adalah pemimpin regu kita?"

James tertawa hambar. "Sepertinya aku akan mulai menulis surat untuk keluargaku," katanya. "Karena rasanya, aku tidak akan kembali. Kusarankan kalian melakukan hal yang serupa."

***

Zayn baru saja pulang dari Stamford Bridge ketika telpon rumahnya berdering.

Hari itu sangat melelahkan. Ia menelan kekalahannya yang ketiga di musim itu, dan mulai banyak sekali hujatan-hujatan yang datang kepadanya. Kalau ia tidak segera memperbaiki strategi serta mensosialisasikannya kepada anak-anak asuhannya, mungkin minggu depan ia akan mengalami kekalahan lagi.

Kekalahan itu murni salah Zayn. Zayn sama sekali tidak menyalahkan anak asuhannya, walaupun beberapa di antara mereka memang ada yang bermain kurang optimal. Tetap saja, otak dari permainan adalah Zayn. Anak-anak asuhannya hanya pion. Kalau mereka kalah, pion tidak ambil bagian dalam kesalahan itu.

For Them, We Were.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang