Katya berjalan menyusuri Columbia Road yang terdapat banyak sekali toko bunga. Rencananya, ia akan membelikan bunga untuk Cassie karena Cassie sedang sakit dan sedang dirawat di rumah sakit.
Hari itu hari Sabtu siang. Cuaca London cukup cerah untuk ukuran musim semi. Itu sebabnya Katya hanya memakai dress selutut berwarna pink pucat, flat shoes, topi musim panas, dan sunglasses. Cukup terlihat muda, mengingat usianya tidak begitu muda.
Katya berhenti di sebuah toko bunga yang terlihat lebih menarik dari toko bunga lainnya. Toko itu tidak terlalu besar, paling-paling lebar depannya hanya 3 sampai 4 meter. Toko itu dicat putih pucat, dan hampir semua barang-barang serta keranjangnya berwarna senada.
Di depan toko itu, terparkir sebuah truk Chevrolet berwarna oranye.
Saat Katya hendak masuk, ia bertemu seorang pria muda yang paling-paling usianya tidak sampai 20. Rambutnya hitam sehitam malam. Ia cukup tinggi untuk ukuran pria seusianya. Dan anehnya, wajahnya familiar.
"Selamat siang, Ma'am," katanya dengan seulas senyum kecil. "Ada yang bisa kubantu?"
Katya melirik tanda pengenal di dada kanan si pria.
Disana tertulis, Kyle.
"Aku ingin beli yang ini," Katya menunjuk sebuket bunga—entah bunga apa saja, ia tidak begitu paham soal bunga. "Berapa?"
"Oh, itu 9 pound."
Katya mengangguk sembari mengeluarkan dompet dari tasnya. Ia menyodorkan uang pecahan 10 pound kepada Kyle.
"Ada pesan atau begini saja?"
"Tulis saja 'Semoga cepat sembuh.'"
Kyle mengangguk. Ia masuk ke dalam, kemudian kembali lagi kira-kira 3 menit kemudian dengan bunga yang Katya pilih tadi.
"Kau terlihat familiar," gumam Katya.
Kyle tersenyum. Ketika ia tersenyum seperti itu, ia terasa sangat familiar.
"Kau juga terlihat familiar, Ma'am."
"Apakah kita pernah bertemu?"
Kyle mengangkat bahunya. "Aku tidak yakin."
Katya menatap Kyle dengan kepala dimiringkan, membuat si pria tersenyum tipis. Jika diperhatikan dari dekat, Katya bisa tahu bahwa Kyle paling-paling seusia Alaska.
"Kau bekerja disini?"
Kyle mengangguk. "Ya, Ma'am."
"Tidak sekolah?"
"Hari ini Sabtu, Ma'am."
Katya tertawa. "Aku tahu," gumamnya. "Oke, kurasa aku akan pergi sekarang. Terima kasih untuk bunganya."
Katya tersenyum sebelum pergi.
Walaupun ia sudah keluar dari Columbia Road, perasaan ganjil itu tidak meninggalkannya. Bahkan terus mengikutinya, sampai sepanjang hari itu.
***
Alaska praktis menghabiskan malam minggunya bersama Damon dan Alceo dengan bermain Battlefield sampai tamat.
Walau matanya jadi perih karena terlalu lama menatap ke arah televisi, Alaska setidaknya lega Damon tidak menghabiskan malam minggunya di tempat seram alias fight club itu. Memikirkannya saja sudah membuat Alaska merinding.
Alaska kembali ke rumahnya sekitar pukul 10 malam.
Yang Alaska tidak tahu adalah, Damon tetap pergi ke fight club setelah Alaska dan Alceo pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...