Setiap sesuatu yang memiliki awal, pasti memiliki akhir. Begitu pula dengan cerita ini, beserta seluruh tokoh di dalamnya.
Zayn Malik memiliki akhir yang bahagia bersama istrinya, Katya, di rumah mereka yang sederhana di sebuah desa bernama Juf, di kaki pengunungan Alpen.
Hari-hari Zayn dan Katya dihabiskan dengan mengurus peternakan dan ladang mereka yang kian lama kian membesar, sampai mereka sudah tidak mampu mengurus peternakan dan ladang itu dan pada akhirnya, menyewa seorang penduduk lokal untuk membantu mereka.
Katya meninggal di usia 70 tahun karena sakit. Ia dimakamkan dengan tenang tak jauh dari peternakan mereka. Zayn meninggal satu tahun kemudian, di usia 72 tahun, karena dilanda rasa sedih dan kehilangan yang berlarut-larut. Ia dimakamkan tepat di sebalah makam Katya.
Damon juga memiliki akhir yang bahagia bersama istrinya, Annabeth. Mereka menikah, dan dikaruniai 3 orang anak—satu anak laki-laki dan dua anak perempuan kembar. Damon menyayangi Annabeth dan keluarga kecilnya. Walaupun rasanya berbeda dengan menyayangi Alaska.
Tapi, Damon tidak menyesal. Karena, barangkali, sebagian orang hanya diciptakan untuk ada di dalam hidup kita, bukan di hati kita. Seperti Damon yang hanya diciptakan untuk menghiasi hidup Alaska yang spektakuler, tanpa punya kesempatan untuk menghiasi hatinya.
Damon meninggal di usia yang cukup muda—47 tahun, karena ditembak oleh seseorang dari kartel narkoba asal Meksiko yang dulu pernah dijebloskan ke penjara olehnya. Dan sampai akhir hayatnya, dia tidak pernah tahu bahwa dia menikahi saudara kembar dari perempuan yang selalu memiliki tempat di hatinya.
Yang terakhir adalah Alaska.
Alaska Malik menikah dengan seseorang yang ia tidak pernah duga sebelumnya—Theodore Jordan.
Pertemuan pertama mereka di Paris ternyata membawa mereka pada pertemuan berikutnya dan pertemuan berikutnya. Theo adalah orang yang paling mengerti tentang rasanya kehilangan Kyle. Ditambah lagi, dia juga terpukul atas meninggalnya Kyle, sama seperti Alaska.
Mereka menikah dua tahun setelah pertemuan mereka di Paris, dan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama atas nama Kyle—Achilles.
Theodore Jordan meninggal di usia 45. Dia meninggal dalam pekerjaannya, karena tertembak tepat di jantungnya. Alaska sangat terpukul karena kehilangan suaminya, tapi ia tetap berhasil membesarkan Achilles seorang diri.
Alaska meninggal di usia 68 tahun.
Saat itu ia sedang sakit, dan ia sedang duduk di sofa di dekat perapian. Achilles berada di dekatnya, sembari memegang tangannya dan mengucapkan kalimat yang hanya terdengar samar-samar.
Di pangkuan Alaska ada sebuah kotak sepatu yang sudah lusuh. Itu adalah box of lost thing yang ia buat ketika Kyle meninggal. Kini, dalam box itu, bukan cuma terdapat foto Kyle. Ada foto ayah ibunya, ada foto suaminya, bahkan ada foto Damon—sahabatnya.
Alaska sedang menatap benda-benda yang terdapat di dalam situ ketika tiba-tiba, Alaska melihat seseorang membuka pintu rumahnya. Awalnya Alaska kira itu adalah tamu, tapi ternyata, itu adalah Kyle.
Kyle miliknya. Kyle-nya.
Kyle masih terlihat seperti yang Alaska ingat terakhir kali. Rambut hitam pendek ala tentara, postur tubuh yang tinggi tegap, mata biru yang indah. Alaska melihat Kyle tersenyum kepadanya. Benar-benar kepadanya.
"Hai," katanya. "Aku pulang."
Lalu Alaska merasa dia bukanlah seorang nenek-nenek usia 68 tahun, melainkan seorang remaja usia 18 tahun lagi. Ia juga tiba-tiba tidak merasa sakit lagi. Ia bahkan mampu untuk bangkit dari sofa tempatnya duduk, dan berjalan untuk menghampiri Kyle.
"Kau pulang," gumam Alaska.
"Aku pulang. Aku sudah janji."
Alaska mendongak untuk menatap Kyle, kemudian perlahan-lahan tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Kyle, lalu menyandarkan kepalanya di dada Kyle. Alaska mendengar degupan jantung Kyle, lebih hidup daripada apapun yang pernah Alaska dengar sebelumnya.
"Aku merindukanmu," Alaska mendengar Kyle berkata.
Ketika Kyle berkata begitu, Alaska baru sadar kalau ia juga sangat merindukan Kyle. Alaska sangat merindukan Kyle sampai-sampai rasanya ia ingin menangis tiap kali ia tersadar bahwa ia merindukan Kyle, tapi Kyle tidak akan ada untuk membalas rindunya.
Tapi Kyle ada di sini sekarang. Sangat dekat, sangat nyata, sangat hidup, dan dia mengatakan bahwa dia merindukan Alaska. Walaupun itu sangat tidak masuk akal, yang penting, Kyle ada. Yang penting, Alaska bisa bertemu dengan Kyle lagi, seperti yang Alaska selalu inginkan.
"Aku ingin berada dekat denganmu terus, tapi aku tidak bisa," Alaska mendengar Kyle berkata lagi. "Dan sekarang aku bisa, asal kau mau ikut denganku. Bagaimana? Kau mau, kan?"
Alaska melepas pelukannya untuk menatap Kyle. "Ke mana?"
"Apakah itu penting?"
Alaska menggeleng. "Tidak."
Kyle tersenyum. Ia lalu menyodorkan tangannya kepada Alaska, dan Alaska menggandengnya. Sentuhanya terasa hangat dan nyata, mengingatkan Alaska pada hal-hal yang telah hilang bersama Kyle.
Kyle lalu mengajaknya keluar dari tempat itu, menuju entahlah ke mana, hanya mereka yang tahu. Di sana Alaska bertemu dengan ayah dan ibunya, paman dan bibinya, Damon, bahkan Theo. Walaupun Alaska tidak tahu itu di mana, yang jelas, di tempat itu Alaska merasa bahagia.
Alaska merasa bahagia karena semua yang telah hilang, kini telah ditemukannya kembali.
***
TAMAT DEEEEH!
Hehehe gimana menurut kalian trilogy ini? Comment sepanjang-panjangnya coba! Jelasin kesan dan pesan selama kalian baca (atau nunggu) cerita ini. Author mau tau :))
Habis ini ada cast interview nih. Jadi ini bukan akhirnya banget :))
Oh iya, author mau adain bonus part kalo kalian mau, tapi ga banyak-banyak. Kalian boleh request mau bonus part apa asal:
1) Alurnya ga melenceng dari yang sebenernya. (misal: kalian mau bonus part Alaska nikah sama Damon. Nggak bisa, karena Alaska nggak nikah sama Damon.)
2) Harus jelas! (misal: kalian mau Alaska sama Damon. Di bagian apa gitu dijelasin juga. Misalnya mau Alaska sama Damon pas di nikahan Alaska.)
Nah satu lagi nih!
Author udah buat satu cerita lagi, tentang anaknya si Alaska yang cowok. Tapi ceritanya agak lain dari. Genrenya misteri (bukan horor, tapi detektif) dan teenlit gitu, jadi ceritanya masih anak sekolahan gitu. Ini hubungannya sama trilogy ini tuh dikit banget, jadi kalo kalian minta bagian Alaska atau Damon bakalan nggak ada. Hehehehe maaf ya! Tapi kalau nggak baca juga gapapa.
Hmm mungkin segitu dulu. Sampai ketemu di Cast Interview! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...