"Kau yakin kau baik-baik saja?"
Alaska menghela napas panjang. "Untuk yang kesejuta kalinya, dad, aku baik-baik saja. Sudah kubilang Kyle datang menolongku lalu aku menelpon polisi dan semuanya selesai. Lalu Damon mengantarku pulang. Aku baik-baik saja."
Bahkan ketika ayahnya baru sampai di rumah sepulangnya dari Jerman, ayahnya langsung mengajukan rentetan pertanyaan, yang semuanya berupa, "apa kau baik-baik saja?" kepada Alaska. Dan Alaska sudah bosan mendengarnya.
Kalau dipikir-pikir, ayahnya memang pantas khawatir. Alaska baru sadar kalau kejadian kemarin memang benar-benar seram dan berbahaya. Seandainya Kyle tidak datang menolongnya dengan tepat waktu, Alaska tidak tahu apa yang akan terjadi kepadanya.
Dan Alaska bahkan belum berterima kasih. Ia masih sedikit kesal pada Kyle walaupun ia tahu, tidak ada gunanya sama sekali merasa kesal pada cowok itu.
"Dad ingin bertemu Kyle."
Alaska menoleh dengan cepat. "Apa?"
"Ya, bertemu dengan Kyle," katanya lagi. "Mungkin, makan malam bersama atau semacamnya? Undang dia kemari. Kita bisa mengobrol, dan juga berterima kasih."
Alaska menatap ibunya, meminta pertolongan. Tapi ibunya hanya mengangkat bahu sembari meminta maaf lewat senyumnya.
"Kyle tidak bakal setuju. Hubungan kami tidak seperti itu. Astaga." Alaska mendesah. Ini bakal benar-benar memalukan. "Lagipula, Kyle sibuk. Dia banyak pekerjaan." Seperti meninju wajah seseorang di fight club misalnya.
"Ayolah," ayahnya duduk di sebelah Alaska di atas sofa ruang tengah, kemudian melingkarkan tangannya di pundak Alaska. "Anggap saja dad butuh seorang anak laki-laki untuk diajak bicara. Dad kan tidak punya anak laki-laki."
Alaska memutar matanya. "Dad bisa bicara dengan Damon."
"Itu berbeda."
"Berbeda bagaimana? Memangnya, dad anggap Damon perempuan?"
Alaska bisa mendengar ibunya tertawa kecil di dapur.
"Ayolah, Alaska," kata ayahnya lagi. Alaska baru sadar ayahnya adalah pemohon yang baik. "Dad hanya ingin tahu Kyle. Itu saja."
"Ah, sekarang dad sangat protektif dengan teman-temanku."
Ayahnya tersenyum. "Kau kan tahu."
Alaska berdecak. "Tidak bisa, ya, dad undang saja Damon untuk makan malam? Dia pasti sangat senang."
"Damon kan sudah sering makan disini sejak umur kalian 6 tahun."
Alaska menghela napas lagi. "Baiklah, akan kutanya apakah Kyle bisa."
***
"Nanti malam?"
Kyle keluar dari toko bunga Mrs. Hunt sembari membawa berkas hasil temuannya kemarin malam. Ia sudah memberitahu Damon tadi pagi untuk menemuinya di Brawn, café terdekat dari toko bunga Mrs. Hunt.
"Ya. Ayahku ingin bertemu denganmu."
Kening Kyle berkerut. "Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"
"Justru karena kubilang kau menolongku kemarin malam dia malah ingin bertemu denganmu." Kyle dapat mendengar Alaska menghela napas. "Kalau kau bisa, tolong datang saja. Sepertinya dad tidak akan berhenti merecokiku kalau dia belum bertemu denganmu."
Kyle menyetop sebuah mobil sebelum menyebrang.
"Baiklah, aku akan datang."
"Baiklah. Pakai sesuatu yang rapi. Kutunggu di rumahku jam 8."
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...