"Kyle harus sering mengompres bagian tulang yang patah dengan es. Tapi jangan perban bagian tulang yang patah, karena—"
"Akan meningkatkan kemungkinan terjadinya pneumonia atau pneumotoraks," Katya memotong dengan tidak sabar. "Ya, aku tahu. Ada lagi?"
Baik Kyle dan Dr. Lockwood sama-sama menatap Katya sembari mengerjapkan mata. Kemudian, Dr. Lockwood berdehem dan melanjutkan. "Aku sudah memberikan obat pereda nyeri yang bisa diminum tiap rasa nyerinya datang. Lalu ada saleb jika terjadi pembengkakan. Kurasa itu saja." Dr. Lockwood melepas kacamatanya. "Cobalah untuk bernapas normal walau sakit."
Kyle mengangguk.
"Dan batuk," Katya menambahkan. "Untuk mengembangkan paru-paru."
Dr. Lockwood menatap Katya dengan takjub, lalu mengangguk. "Batuk akan sangat sakit, tapi itu bagus untuk menghindari infeksi paru-paru atau kebocoran paru-paru."
Kyle terlihat bosan. "Ada lagi?"
Dr. Lockwood menggeleng. "Sepertinya ibumu sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan," katanya.
Kyle tersenyum kecil. "Ya, ibuku kebetulan dulunya dokter spesialis," gumamnya. Katya sedikit terkejut karena Kyle tahu tentang profesinya dulu, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.
"Pantas," Dr. Lockwood bergumam. "Oke, Kyle. Selain yang tadi kukatakan, kau juga harus banyak istirahat. Jangan banyak bergerak juga. Intinya, aku memperbolehkanmu pulang bukan karena aku mengizinkanmu untuk kembali ikut latihan di pangkalan militer."
Sekarang Katya menatap Kyle dengan kening berkerut. "Kau yang meminta untuk pulang lebih cepat?" tanyanya. "Kukira kau bilang Dr. Lockwood yang membolehkanmu pulang."
Sepertinya tatapan Katya terlalu tajam, karena Kyle langsung meringis. "Aku bosan di rumah sakit," sahutnya.
Katya ingin memarahi Kyle karena Kyle harusnya memang tetap tinggal di rumah sakit sampai ia benar-benar diperbolehkan untuk pulang, tetapi tentu saja itu hak Kyle untuk meminta pulang. Cowok seperti Kyle mana mungkin betah tidur-tiduran saja di kasur dan tidak melakukan apa-apa.
"Kau tidak akan kembali ke pangkalan militer sebelum benar-benar sembuh," tegas Dr. Lockwood. "Aku sudah mengirimkan surat ke atasanmu. Ayahmu yang meminta. Jadi, kau tidak perlu khawatir lagi. Kau juga akan tetap pergi ke Kenya."
Seperitnya Kyle ingin protes, tapi Kyle tidak membantah. Ia malah bertanya apakah mereka boleh pulang, yang lalu dijawab Dr. Lockwood dengan anggukan kecil.
"Semoga cepat sembuh, Kyle."
Kemudian Katya dan Kyle meninggalkan ruangan Dr. Lockwood. Katya membantu Kyle berjalan ke mobil Katya di parkiran, karena Kyle belum bisa berjalan normal. Jalannya masih tertatih, dan agak membungkuk. Mungkin karena berdiri tegak membuat dadanya sakit.
Setelah sampai, Katya duduk di kursi pengemudi, sementara Kyle di sebelahnya. Barang-barang bawaan Kyle Katya letakkan di jok belakang.
Hari itu, ketika Katya dapat kabar bahwa Kyle sudah boleh pulang, Katya menawarkan diri untuk menjemput Kyle dan mengantarkan Kyle ke flatnya di Haggerston. Alaska tidak bisa karena dia sedang ada ujian, dan Zayn juga tidak bisa karena Zayn ada latihan di Cobham seperti biasa.
Lagipula, Katya senang-senang saja harus menjemput Kyle. Pertama, karena Katya ingin hubungannya dengan Kyle semakin membaik dan kedua, karena Kyle bukan orang yang menyebalkan untuk diajak mengobrol.
"Jadi, bagaimana keadaanmu?"
Kyle mengangkat bahu. "Masih sama, kurasa," gumamnya. Kyle menyalakan radio, dan karena tidak ada lagu yang menurutnya bagus, ia mengambil salah satu CD dari tumpukan CD milik Zayn di dalam laci, lalu memutarnya. Ternyata lagu-lagu Guns n Roses.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...