Part 10

1.9K 260 38
                                    

"Dua bulan bulan lagi prom dan....lihat. Mereka mencalonkanmu sebagai kandidat."

Debbie menunjuk ke sebuah mading. Disana terpampang 8 buah foto—4 foto perempuan dan 4 foto laki-laki. Dan salah satunya adalah foto Alaska.

Alaska bahkan tidak tahu darimana mereka dapat foto itu.

"Kenapa aku?"

Debbie menyipitkan matanya. "Selain karena kau cantik, pintar, dan sahabatnya Damon?" Ia menggeleng-geleng. "Tidak tahu."

"Damon juga dicalonkan?" Alaska bergumam sendiri.

"Tentu saja," Debbie memutar bola matanya. "Damon itu Prince Charming, Alaska. Apakah selama ini kau buta? Lihat badannya itu. Kalau dia memasang harga 100 pound untuk menyentuh badannya, kurasa bukan hanya aku yang akan mencari sumbangan di pinggir jalan."

Sekarang Alaska yang memutar bola matanya. Alaska tahu cewek-cewek selalu menatap Damon seperti itu. Seperti Damon adalah cowok paling menarik dan paling indah yang pernah ada. Selama Alaska kenal Damon, Alaska tidak pernah melihat Damon dengan cara yang seperti itu.

Baginya, Damon adalah teman yang baik. Itu saja yang penting.

"Aku tidak mau dicalonkan," gerutunya ketika mereka berjalan melewati koridor yang ramai menuju kantin. Alaska duduk di mejanya yang biasa, lalu Debbie di hadapannya. "Aku bahkan tidak mau membayangkan aku memakai gaun. Rasanya mengerikan."

Debbie menghela napas. "Kurasa kau terlalu banyak melakukan hal-hal cowok," katanya. "Tapi kau tidak bisa begitu terus. Kau sudah besar. Sudah sepatutnya kau tahu soal urusan cewek. Seperti hal yang paling basic—masalah make up dan cowok."

"Aku bisa pakai make up," Alaska protes.

"Cowok juga bisa kalau cuma bedak dan lip balm," Debbie memutar bola matanya lagi. "Ayolah, Alaska. Belajarlah untuk jadi cewek. Kau bisa lihat contohnya pada....ibumu. Dia cantik dan anggun. Paling tidak, kau sepertinya lah."

Alaska diam saja. Ia sangat berbeda jika dibandingkan dengan ibunya. Di usia ibunya yang hampir 39, ibunya terlihat 10 tahun lebih muda. Mungkin faktor wajahnya yang cantik, gayanya yang simple tapi anggun, dan kebaikan hatinya yang memang tidak dibuat-buat.

Kadang-kadang Alaska berharap ia bisa seperti ibunya.

"Jadi....aku harus apa?"

Debbie tersenyum. "Kau harus punya teman kencan."

"Aku bisa ajak Damon—"

"Uh, uh, tidak," Debbie menggeleng-geleng. "Kalau kau ingin pergi bersama Damon, kau harus membuatnya mengajakmu."

"Aku akan jadi pilihan terakhir seandainya Damon tidak dapat teman kecan," gumamnya.

"Kau harus jadi pilihan pertama."

"Apakah itu penting?" Alaska menghela napas. "Karena menurutku sih tidak."

"Penting. Pokoknya, itu yang pertama. Yang kedua, kau harus punya gaun yang cantik. Kenapa? Karena kau akan naik ke panggung, dan orang-orang akan melihatmu. Dan ketiga...."

"Ketiga?"

"Nanti kuberitahu."

***

Damon menatap foto wajahnya di mading.

Sampah, gerutunya dalam hati.

Damon tidak begitu menyukai prom dan tetek bengeknya. Tapi kali ini, sepertinya ia benar-benar harus datang. Yah, mungkin ia akan mengajak Alaska. Karena sepertinya, Alaska juga dicalonkan. Sama seperti dirinya.

For Them, We Were.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang