Part 60

1.6K 207 157
                                    

Bonus lagu! Diresapi ya liriknya :)

***

London, setahun kemudian.

Hari itu, Damon baru saja membagikan undangan pernikahannya dengan Annabeth.

Setelah melamar Annabeth satu tahun yang lalu dan mendapat respon positif, Damon langsung merencanakan pesta pernikahan mereka. Damon dan Annabeth sama-sama ingin membuatnya simpel, jadi, hanya orang-orang terdekat mereka yang dapat undangan.

Kebetulan, hari itu orang tua Alaska—Mr. dan Mrs. Malik—sedang ada di London karena ingin bertemu paman dan bibinya Alaska. Alaska sendiri tidak ada di London. Dia sedang ada di Paris, terakhir Damon tahu, karena pekerjaannya yang mengharuskannya pergi ke sana.

Alaska bekerja di United Nation Department of Human Rights sejak 6 bulan lalu. Pekerjaannya mencari dan membantu kasus-kasus pelanggaran HAM di Eropa. Kebetulan, dia sedang tugaskan ke Paris, Prancis, selama kira-kira 3 bulan.

Damon sudah mengirimkan surat undangan berupa e-mail kepada Alaska. Dan Alaska sudah menjawabnya, menyatakan bahwa apapun yang terjadi, dia akan datang. Dia bahkan menawarkan diri menjadi best man-nya Damon. Walaupun dia perempuan.

Damon mengetuk pintu rumah kediaman Malik di samping rumahnya. Tidak sampai semenit kemudian, pintu dibuka.

Ternyata, ayahnya Alaska.

"Damon! Sudah lama tidak bertemu," katanya dengan senyum lebar. Terakhir kali Damon ingat, ayahnya Alaska hampir membunuhnya karena sudah menculik Alaska ke Manchester. Rasanya seperti puluhan tahun lalu. "Ada apa? Kau mau masuk?"

Damon sedang tidak sibuk, jadi sepertinya, masuk dan mengobrol sebentar bukan hal yang terlalu buruk. Sudah lama sekali ia tidak mengobrol dengan ayahnya Alaska. Bagaimanapun, ketika Damon kecil, ayahnya Alaska berperan banyak sebagai ayahnya juga.

"Boleh," kata Damon pada akhirnya. Lalu ayahnya Alaska mempersilahkannya masuk dan menyuruhnya duduk. "Sebenarnya, aku hanya ingin memberikan ini."

Damon menyodorkan undangannya.

"Kau akan menikah?" ayahnya Alaska mengerutkan dahi.

"Iya, Sir. 2 minggu lagi."

Ayahnya Alaska mengangguk-angguk. "Dengan....siapa namanya?"

"Annabeth, Sir."

Lagi-lagi ayahnya Alaska mengangguk. "Damon, kau berminat untuk tinggal sebentar sambil minum kopi? Aku hanya ingin....entahlah. Mengobrol. Karena sepertinya, aku agak ketinggalan banyak."

Damon mengangguk. "Ya, tentu."

Ayahnya Alaska memberi isyarat pada Damon untuk menunggu, sementara ia pergi ke dapur. Kira-kira 3 menit kemudian, ia membawa dua cangkir kopi yang masih berasap karena panas. Ia meletakkan cangkir itu di hadapan Damon sebelum duduk di kursinya.

"Oke, ini sejujurnya sedikit mengejutkanku," kata ayahnya Alaska sembari menyesap kopinya. "Aku baru kembali dari Swiss dan tahu-tahu saja kau sudah mau menikah. Kau baru lulus kuliah tahun lalu, sama seperti Alaska, kan?"

"Ya, Sir, benar."

"Dan kau sekarang bekerja di mana?"

"Di kepolisian lokal, Sir, sebagai ahli analisis."

Ayahnya Alaska mengangguk-angguk. Ia lalu tersenyum tipis. "Oke, langsung ke intinya saja, ya. Kupikir tadinya, kaulah yang bakal menikahi Alaska."

Damon tertegun.

"Karena sejak kalian kecil, aku sudah melihat bahwa kalian saling peduli satu sama lain. Kalian sama-sama keras kepala waktu itu, kalian saling bertengkar, tapi, kalian tetap peduli terhadap satu sama lain dalam situasi apapun," ayahnya Alaska tertawa getir. "Kupikir....kau menyayangi Alaska."

For Them, We Were.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang