Astaga astaga astaga.
Alaska sampai di rumah sektar jam 2 pagi. Ayah ibunya sudah tidur, dan mereka membiarkan pintu depan tidak terkunci. Karena Alaska sudah meninggalkan notes di meja makan, ia tidak perlu mengendap-endap seperti maling.
Alaska memiliki malam paling menyenangkan selama seminggu terakhir ini. Damon benar. Alaska memang butuh keluar rumah. Buktinya, dengan Damon membawanya jauh-jauh ke Chingford Green, Alaska sudah merasa sedikit baikan.
Tapi, ia langsung tidak merasa baikan ketika ia menyalakan ponselnya, dan mendapati sebuah nomor telah mencoba menghubunginya sebanyak tiga kali. Dan meninggalkan sebuah pesan suara.
Jantung Alaska berdebar sangat cepat ketika ia menekan tombol play.
"Hei."
Itu Kyle.
"Maaf karena tidak mengabarimu selama 10 hari. Aku agak, uh, sibuk. Dan semuanya terasa lebih berat sekarang. Aku hanya ingin mendengar suaramu. Dan teknisnya, aku sudah mendengar suaramu barusan, jadi," Alaska mendengar Kyle terkekeh. "Akan kutelpon lagi nanti."
Alaska meletakkan ponselnya.
Ia tidak percaya Kyle baru mencoba menelponnya ketika ia sedang mematikan ponselnya. Ia tidak percaya karena ia menghilangkan kesempatan untuk berbicara dengan Kyle karena ia pergi keluar bersama Damon.
Alaska tidak tahu apa yang ia rasakan.
Alaska tidak yakin ia merasa menyesal. Karena sebenarnya, ia merasa senang. Ia merasa jauh lebih baik sepulang perjalanan agak-jauh-nya dengan Damon tadi.
Tapi, itu membuat Alaska melewatkan satu panggilan dari Kyle.
Apakah itu sepadan?
Pumkin tiba-tiba naik ke atas tempat tidurnya dan bergelung di dekat kaki Alaska yang terlipat. Alaska menatap Pumkin, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh kepala kucing itu.
Pumkin sudah bertambah besar sejak pertama kali Alaska mengambilnya dari pinggir jalan. Bulunya yang berwarna abu-abu putih juga bertambah lebat. Menatap Pumkin seperti ini membuat Alaska tambah teringat Kyle.
Cara Kyle menatap Pumkin menunjukkan kalau Kyle menyukai Pumkin—menyukai binatang. Lucu juga melihat Kyle dengan badan sebesar itu, menyukai Pumkin yang kecil sekecil ini.
Alaska menarik napas dalam-dalam. Sepertinya ia harus berhenti mengasihani diri sendiri seperti ini. Sekolah dimulai sebentar lagi. Dan Alaska belum mempersiapkan apa-apa. Alaska bahkan belum memutuskan apakah ia akan tinggal di rumah atau di asrama atau menyewa flat dekat Middlesex atau di tempat Kyle.
Karena kelelahan, Alaska jatuh tertidur.
***
Setelah mengantar Alaska pulang, Damon pergi ke Fightzone.
Memang, masalahnya dengan si Alpha sekitar sebulan lalu harusnya bisa membuatnya jera dan tidak pergi ke FIghtzone lagi. Tapi, hey, Damon tidak belajar kick-boxing selama 10 tahun hanya untuk bermain Battlefield di rumah pada malam minggu. Walaupun teknisnya hari itu sudah terbilang pagi—jam 2, ketika Damon sampai di Fightzone.
Fightzone masih ramai. Atmosfernya masih tetap sama, sama-sama mengerikan, tapi juga membuat penasaran. Damon kebagian untuk melawan seorang laki-laki yang usianya mungkin lima atau enam tahun di atasnya. Laki-laki itu setinggi Damon—badannya lebih besar dari badan Damon.
Damon berakhir kalah. Ia kehilangan 20 pound, dan membawa pulang banyak memar di wajahnya yang bakal membuat ibunya menjerit ketika menatapnya.
Tapi, Damon tetap pulang. Selain karena Damon tidak ingin meninggalkan ibunya sendirian di rumah, Damon tidak tahu harus pulang kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...