Part 50

1.3K 213 48
                                    

Kyle benci karena sudah dua minggu dia tidak menemukan sinyal telpon. Jadi, daripada menunggu sesuatu yang datangnya entah kapan, Kyle memutuskan untuk mencari cara lain untuk mengontak Alaska.

Dia membuat surat.

Terdengar sangat cheesy dan sangat ketinggalan zaman, tapi hanya surat-lah yang benar-benar bisa Kyle andalkan. Memang, membutuhkan waktu berharu-hari, mungkin berminggu-minggu untuk sampai. Tapi setidaknya Kyle tahu suratnya akan sampai.

Jadi, selagi Kyle bertugas jaga di posnya, Kyle mencari selembar kertas dan pulpen dan amplop, lalu mulai menulis.

"Surat untuk pacarmu, Kyle?"

Kyle sudah selesai dengan suratnya ketika James menghampirinya. Malam itu, Kyle sedang bertugas jaga berdua saja dengan James di salah satu pos. Karena Kyle tidak punya teman mengobrol lain, James satu-satunya pilihan.

"Adikku," jawab Kyle pelan.

James mengangguk-angguk. "Siapa namanya?"

"Alaska."

"Namanya bagus."

Kyle hanya tersenyum.

James berdiri bersandar pada sebuah tiang sementara Kyle duduk di kursi. Walaupun Kyle sedang tidak menatap ke arah James, dia tahu James sedang menatapnya.

"Kau benar-benar menyayangi adikmu, ya," James bergumam pelan. "Aku punya adik perempuan, tapi aku bahkan tidak repot-repot memberinya kabar seperti yang kau lakukan."

Kyle ingin bilang bahwa Alaska dulunya pacarnya, tapi James bakal meminta penjelasan dan Kyle sedang tidak mood menjelaskan apa-apa kepada siapa-siapa, jadi dia hanya mengangkat bahu.

"Dia masih kecil?"

"Seumurku," jawab Kyle.

"Kalian kembar?"

Kyle mengangkat bahu lagi. "Sepertinya."

James mengucapkan wow tanpa suara. Jelas sekali bahwa ia tertarik.

"Apa kalian mirip? Seperti....kembar identik?"

Kyle menggeleng.

"Apa dia memiliki rambut hitam?"

Kyle menggeleng.

"Apa dia memiliki mata biru sepertimu?"

Kyle menggeleng lagi. "Matanya abu-abu."

"Oh," James mengangguk-angguk. "Apa dia cantik?"

Sekarang, Kyle mengangguk.

"Cantik seperti apa?"

"Cantik seperti....dia tetap cantik walaupun dia tidak berusaha untuk tidak terlihat cantik," Kyle mengangkat bahu.

James terlihat semakin tertarik. "Coba deskripsikan dia lebih detail."

"Bagaimana, ya," gumam Kyle. "Sulit untuk mendeskripsikan Alaska. Karena saat kau melihat Alaska, kau bakal kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikannya. Sulit untuk mengatakan bahwa dia ini atau dia itu, karena dia Alaska."

James tampak tidak mengerti. "Lalu?"

"Lalu apa? Dia cantik, dia memiliki senyum seperti anak kecil, dia memiliki bakat untuk membuat siapapun kehilangan kata-kata saat sedang berdebat dengannya, dia memiliki tawa yang mengundang siapapun untuk ikut tertawa, dia keras kepala, dia sarkastik," Kyle berhenti untuk mengambil napas, "dan dia adikku."

Mereka terdiam selama beberapa saat.

"Kau tampak tidak suka kalau dia adikmu," James terkekeh.

Kyle tersenyum kecil. "Memang."

For Them, We Were.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang