Part 27

1.7K 220 21
                                    

Alaska tidak menyangka ia menangis ketika Kyle pergi.

Alaska bersikeras untuk mengantar Kyle sampai bandara, walaupun Kyle bilang tidak perlu. Alaska mengantar Kyle sampai dalam, menemani Kyle selagi menunggu pesawatnya, lalu melambai ketika Kyle sudah harus pergi.

Kyle memberinya satu pelukan panjang sebelum ia pergi. Kyle mengatakan padanya bahwa semuanya bakal baik-baik saja, bahwa Kyle bakal baik-baik saja, bahwa Alaska bakal baik-baik saja, dan bahwa mereka bakal baik-baik saja. Kyle juga berjanji akan menelpon tiap ia dapat kesempatan.

10 menit setelah Kyle pergi, Alaska meninggalkan bandara. Wangi tubuh Kyle masih menempel di jaket Alaska, bahkan ketika Alaska menangis tersedu-sedu di mobilnya. Beruntung Kyle tidak melihatnya menangis, karena pasti itu bakalan canggung.

Alaska menyentuh kunci flat Kyle yang ia pasangkan tali agar bisa dikalungkan di lehernya, agar ia tidak menghilangkannya. Rasanya memang masih terlalu dini untuk merindukan Kyle, tapi Alaska sudah merindukannya.

Aneh juga mengingat mereka baru kenal selama beberapa bulan, tapi rasanya seperti sudah selamanya. Mungkin karena Kyle selalu mengisi hari-hari Alaska dan membuatnya merasa seperti benar-benar hidup. Atau mungkin hanya karena Kyle selalu membuatnya bahagia.

Alaska akhirnya menyetir mobilnya ke Haggerstone—ke tempat Kyle. Ia naik ke lantai 3 flat bobrok Kyle, lalu membuka pintu menggunakan kuncinya.

Tempat itu masih bersih. Tentu saja, karena kemarin mereka sudah membersihkan seluruh flat. Tempat itu terasa sepi, kosong, tidak hidup. Juga terasa seperti Kyle.

Alaska menutup pintu depan, lalu menguncinya. Ia meletakkan tas dan jaketnya di sofa sebelum masuk ke dalam kamar Kyle dan merebahkan tubuhnya di atas kasur Kyle. Kasur Kyle berbau seperti Kyle, hanya saja baunya lebih kuat. Mungkin karena Kyle selalu mandi sebelum tidur.

Alaska menarik selimut Kyle, mencoba untuk mencari-cari aroma Kyle yang tersisa.

Kyle sangat wangi, dan Alaska menyukai wanginya. Perpaduan antara sabun cowok, cologne, dan mint. Alaska bahkan tidak tahu apakah Kyle memakai parfum atau tidak. Sekalipun tidak, sepertinya Kyle akan tetap sewangi ini.

Alaska sedang menelusuri bagian bawah bantal dengan tangannya ketika ia menemukan secarik kertas.

Lalu, Alaska membukanya.

Hai, Alaska.

Alaska tersenyum. Ia membayangkan Kyle ada disana, mengatakan hai kepadanya dengan senyum sejuta dolar miliknya yang bakal membuat siapa saja jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Alaska membayangkan Kyle bersandar di daun pintu, tatapannya jatuh pada Alaska seolah-olah memang Alaska-lah yang hanya bisa dilihatnya.

Alaska menghela napas. Ini baru hari pertama. Bahkan belum bisa benar-benar dibilang sebagai hari pertama. Tapi, rasanya sudah berat saja. Bagaimana dengan hari-hari selanjutnya?

Kau akan terbiasa, Alaska meyakinkan dirinya sendiri.

Lalu Alaska menghela napas sekali lagi. Ia menatap secarik kertas itu dengan senyum, kemudian meletakkan kertas itu dalam genggamannya.

"Hai juga, Kyle."

***

Damon benar-benar menikmati liburan musim panasnya walaupun teknisnya, ia hanya berdiam diri di rumah sembari bermain video game yang baru dibelinya. Berbeda dengan Alaska yang hampir selalu terlihat suntuk dan muram.

"Kyle belum menelpon," begitulah kira-kira rangkuman percakapan mereka selama seminggu ini. Walaupun Damon sudah bosan dan muak, ia tetap mendengarkan segala keluh kesah Alaska, karena mungkin, itu bisa membantunya merasa sedikit lebih baik.

For Them, We Were.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang