"Jadi ayahmu yang kau maksud sumber terpercaya?"
Damon menerima lemparan es batu yang sudah dilapisi lap oleh Kyle, kemudian menekannya ke sudut bibirnya yang biru. Tidak adil rasanya karena wajah Kyle tampak baik-baik saja, sedangkan Damon....yah, tidak terlalu baik.
"Yap."
"Dia polisi?"
Damon mengangkat bahu. "Semacamnya."
Kyle hanya mengangguk, dan tidak bertanya lagi.
"Uh, oke. Aku punya makanan, kalau kau mau makan. Nyalakan saja televisinya. Kalau mau mandi, ada handuk di balkon. Bajuku di lemari kamar. Kalau mau tidur, pakai saja tempat tidurku. Anggap saja rumah sendiri. Aku pergi."
Damon menatap Kyle dengan mata disipitkan. "Jangan buat aku menyesal tidak jadi menginap di rumah Alaska," gerutunya. "Mau kemana?"
"Menjemput."
Kyle, masih dengan kemeja biru dongkernya, mengambil kunci mobil di atas meja kaca ruang tengah, kemudian pergi.
Sebenarnya ada bagusnya juga Kyle pergi, karena Damon jadi sendirian. Walaupun akhir-akhir ini hubungan mereka tidak terlalu buruk, bukan berarti Damon berubah jadi menyukai Kyle. Menurutnya, Kyle tetap brengsek.
Damon membuka kulkas Kyle untuk mencari makanan, lalu ia menemukan bahan-bahan untuk membuat sandwich jadi ia membuat sandwich. Setelah makan Damon mengambil handuk di balkon dan mandi. Setelah mandi, Damon masuk ke kamar Kyle. Ia membuka lemari, dan mengambil satu kaus di tumpukan teratas.
Setelah merasa bersih, Damon naik ke atas kasur. Tapi kasur Kyle berantakan sekali. Terdapat tumpukan buku di atas kasur, gelas dan cangkir kopi yang kosong di meja nakas, majalah, dan benda-benda lain. Damon tidak berniat beres-beres, jadi ia hanya menyingkirkan semuanya dan menurunkannya ke atas karpet sebelum tidur.
Baru dua detik ia memejamkan mata, ponselnya berbunyi.
"Halo?"
"Hai, Damon."
"Hai, Alaska. Ada apa?"
"Kau sudah di rumah?"
Damon mengubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk. "Aku tidak pulang," gumamnya. "Wajahku tidak memungkinkan."
"Sekarang kau dimana?"
"Di tempat Kyle."
Alaska menghela napas lega. "Kyle baik-baik saja? Karena aku menelponnya sejak tadi, tapi dia tidak mengangkatnya."
Sebenarnya Damon ingin menjawab dengan sesuatu yang sarkatis, karena ternyata Alaska menelponnya hanya untuk menanyakan Kyle. Tapi tentu saja ia menahan diri. "Sepertinya ponselnya tertinggal," katanya kemudian.
"Kyle tidak disana?"
"Tidak. Dia pergi setengah jam lalu."
"Apa dia bilang dia mau kemana?"
"Tidak."
"Maaf, aku cuma..." Alaska tertawa getir. "Aku cuma khawatir. Kejadian tadi bukan sesuatu yang biasa kulihat sehari-hari di dunia nyata, tahu. Omong-omong, apa kau baik-baik saja?"
Setelah Alaska bertanya tentang Kyle pada Damon, setelah Alaska lebih mengkhawatirkan Kyle ketimbang Damon, setelah Alaska lebih ingin tahu tentang Kyle daripada tentang Damon, Damon tidak yakin ia baik-baik saja.
"Aku baik."
"Kapan kau pulang?"
"Besok pagi, sepertinya. Harus sudah ada di kamar sebelum ibuku sadar aku tidak pulang semalaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...