"Mau apa, Kyle?"
Kyle menatap Alaska dengan perasaan bersalah. Satu sisi lega karena Alaska membukakan pintu, sisi lain gugup karena walaupun Alaska membukakan pintu, ia belum tentu mau mendengarkan penjelasan Kyle. Atau permohonan maaf Kyle.
Kyle sejujurnya masih kurang paham kenapa seminggu lalu Alaska tiba-tiba datang ke flatnya, membawakan makan malam dan kue, lalu mereka duduk dan mengobrol tentang banyak hal, dan tiba-tiba Alaska meninggalkannya.
Walaupun semuanya masih membingungkan, satu hal yang sangat Kyle yakin adalah bahwa kalau Kyle tidak melakukan sesuatu untuk meminta maaf dan menjelaskan semuanya, Kyle akan kehilangan Alaska. Dan Kyle tidak yakin ia siap.
Tiba-tiba Alaska berjalan masuk dan menutup pintu. Untungnya refleks Kyle bagus. Ia bergerak cepat untuk menahan pintu agar tidak tertutup.
"Aku ingin bicara denganmu," kata Kyle.
"Bukankah aku sudah bilang aku tidak ingin bicara padamu?"
"Kumohon?"
Alaska membiarkan pintu terbuka. "10 detik."
"Alaska..."
"Sembilan."
Kyle mendesah keras. "Ingat malam itu? Dimana kau tiba-tiba datang ke flatku dan membawakan makanan dan tiba-tiba juga kau meninggalkanku karena kau bilang kita tidak akan berhasil? Lalu kau mengabaikanku selama seminggu ini?"
Alaska hanya menatapnya.
"Well, ada bagusnya kau mengabaikanku selama seminggu, karena seminggu ini aku habiskan untuk memikirkan apa-apa saja yang bisa menyebabkan kita tidak akan berhasil." Kyle mengeluarkan secarik kertas lusuh dari kantong jaketnya. "Dan aku punya daftarnya disini. Apa aku masih punya waktu?"
Karena Alaska diam saja, Kyle tahu ia punya waktu.
Kyle membuka daftarnya, kemudian membacanya keras-keras. "Yang pertama, kita tidak akan berhasil karena aku akan pergi jauh, selama 6 bulan 2 minggu. Ya, aku akan pergi, karena aku diterima. Mereka mengirimkan suratnya kemarin pagi."
Alaska mengangguk. "Selamat."
Kyle mengabaikannya. "Dan bukan hanya itu. Selain karena aku akan pergi jauh selama 6 bulan 2 minggu, aku juga tidak akan diperbolehkan untuk mengontakmu setiap saat. Jadi kita tidak bisa berkomunikasi setiap saat. Yang kemudian, membawa kita pada alasan kedua."
Alaska masih diam saja.
"Kedua, kita tidak akan berhasil karena kita akan kurang komunikasi. Aku tidak akan tahu apa yang sedang kau lakukan, siapa yang mencoba mendekatimu, atau siapa yang mungkin sedang bercumbu denganmu. Dan kau tidak akan tahu apa aku masih hidup atau tidak, dan yang lainnya."
Kyle melihat perubahan mimik di wajah Alaska. Alaska hampir tersenyum, yang merupakan pertanda bagus.
"Dan yang ketiga, kita berbeda. Kau dan aku sepenuhnya berbeda. Kita hidup di lingkungan yang berbeda, dan cara yang berbeda. Kau dibesarkan dengan cara yang berbeda dengan caraku dibesarkan. Dan dengan begitu, mungkin, hanya mungkin, aku tidak pantas untukmu."
Kyle melipat kembali kertasnya dan memasukkannya ke dalam kantong.
"Sudah? Hanya itu?"
Kyle mengangguk. "Hanya itu."
Alaska ikut mengangguk. "Terima kasih sudah memperjelas," katanya sarkatis. Sebelum Alaska menutup pintu untuk yang kedua kali, Kyle menahannya lagi.
"Tapi, pergi jauh selama 6 bulan 2 minggu tidak akan membuat kita tidak berhasil. Walaupun, teknisnya, itu bisa. Tapi aku akan menemukan cara," kata Kyle. "Aku akan menemukan cara untuk membuat, setidaknya, jarak itu tidak terlalu mengganggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...