"Jadi....Kyle itu kakakmu?"
Hari itu Sabtu, sehari setelah Kyle kembali ke Catterick. Alaska tidak jadi menghabiskan waktunya dengan Kyle karena tampaknya, Kyle selalu sibuk pergi ke fight club-fight clubnya. Alaska tahu, karena ketika Alaska berkunjung ke flat Kyle, wajah Kyle memar-memar.
Alaska tidak tahu apakah berkelahi seperti itu membuat Kyle merasa sedikit baikan atau tidak, tapi kalau seandainya iya, Alaska tidak bisa bilang bahwa ia tidak suka Kyle pergi ke fight club. Setidaknya, itu sedikit lebih baik daripada membunuh.
Sekarang, Alaska sedang makan siang bersama Damon di restoran cina dekat rumah. Kebetulan, siang itu adalah siang yang cerah dan sangat tepat untuk mengobrol santai seperti ini. Walaupun topiknya tidak terlalu santai.
"Begitulah," Alaska kemudian menjawab. "Bukan benar-benar kakakku, sih, karena teknisnya, kita kembar. Bisa saja aku yang kakak. Tapi tetap saja, dia saudaraku."
Damon mengerjapkan matanya. "Wow."
"Ya, wow."
"Kau punya kembaran," kata Damon takjub.
"Ya. Kebetulan, dia juga pacarku," Alaska menggerutu, sedikit sarkatis. Tapi, Damon pasti sudah terbiasa jadi dia tidak menanggapi.
"Benar-benar tidak enak," gumam Damon.
Alaska menghela napas. Ia lalu meletakkan kedua sikunya di atas meja dan bertopang dagu. "Benar-benar tidak enak," Alaska setuju.
"Dan sekarang Kyle sudah kembali ke Catterick?"
Alaska hanya mengangguk.
"Apa itu membuat perasaanmu lebih baik?"
"Aku....tidak tahu," sahut Alaska. Ia membenamkan wajahnya di telapak tangannya. "Aku tidak tahu harus merasa seperti apa, Damon. Semuanya membingungkan. Dan terlalu cepat. Terakhir yang aku tahu, aku senang Kyle adalah pacarku. Lalu tiba-tiba kenyataan itu datang, dan aku merasa seperti dia telah direnggut dariku."
"Dia tidak direnggut darimu. Lagipula, lihat sisi positifnya. Dengan begitu, kau kan jadi tidak bisa kehilangan Kyle," Alaska mendengar Damon berkata.
"Aku juga selalu bilang begitu pada diriku sendiri," gumam Alaska. "Awalnya berhasil. Tapi semakin dipikirkan, rasanya jadi semakin tidak enak." Alaska menghela napas dalam. "Sudahlah. Aku tidak ingin membicarakannya lagi."
Damon mengangguk. Ia lalu menyandarkan punggungnya ke belakang, kedua tangannya ada di belakang kepalanya. "Kau ingin membicarakan apa, kalau begitu?"
Senyum Alaska merekah. "Cewek yang sedang kau taksir itu?"
Damon menurunkan tangannya, dan ia langsung memposisikan tubuhnya setegak mungkin. Seperti siaga. "Cewek apa?"
"Annabeth," kata Alaska riang. Alaska suka sekali melihat wajah malu-malu nya Damon, karena kadang-kadang wajah percaya diri-nya Damon agak membosankan. Wajah itu juga bisa membuat mood Alaska sedikit meningkat. Singkatnya, menggoda Damon membuat mood Alaska meningkat. "Bagaimana dia?"
Damon meletakkan tangannya di dagu seolah berpikir. Perlahan-lahan, sebuah senyuman kecil muncul di wajahnya.
"Dia menarik," jawabnya.
"Hanya menarik?"
"Baru itu yang kutemukan."
Alaska ikut tersenyum. "Wah, wah. Kalau melihat senyum di wajahmu itu, sepertinya dia lebih dari sekedar menarik. Apa dia berbeda dari Lily?"
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...