Part 33

1.5K 218 78
                                    

Damon mengantar Alaska sampai Haggerstone—tepatnya, sampai flat Kyle di dekat Haggerstone Park. Walaupun muncul sebesit pikiran bahwa Alaska menghabiskan malamnya di tempat Kyle, tidak terbesit sedikitpun pikiran negatif tentang itu.

Tapi kalau benar, Damon siap menghajar Kyle lagi. Ya, Damon tahu, Kyle baru saja meghabiskan 3 bulannya di sekolah militer. Ya, Damon juga tahu bahkan sebelum masuk militer juga Kyle sedikit lebih kuat darinya. Walau begitu, seandainya Kyle macam-macam, Damon bakal tetap menghajarnya.

Setelah mengantar Alaska, Damon kembali ke Middlesex. Ia tidak punya kelas lagi sepanjang sisa hari itu, tapi ia tidak mau melewatkan kesempatan untuk mengobrol dengan Annabeth lagi. Ia juga ingin meminta maaf soal menyinggung-nyinggung masalah aksen itu.

Damon memarkir mobilnya di parkiran, kemudian berjalan menuju perpustakaan. Di koridor, sebuah tangan menahan lengannya.

"Hai, Damon," sapa Lacey ramah.

Damon tersenyum. "Hai," sapanya balik. Damon menoleh ke samping, dan mendapati Annabeth sedang berjalan ke arah tempatnya dan Lacey mengobrol. Ia lalu kembali menatap Lacey. "Uh, ada apa?"

"Hanya ingin bertanya. Kau sudah makan siang?"

Damon menoleh lagi ke arah Annabeth. Annabeth semakin mendekat. Ketika Damon berpikir bahwa Annabeth akan lewat begitu saja, Annabeth malah berbelok ke kiri—ke arah perpustakaan.

"Damon?"

Damon mengerjapkan matanya. "Sudah," gumamnya. "Aku sudah makan. Dan, uh, aku ada tugas research di perpustakaan, jadi, eh, aku harus pergi."

Damon memaksakan seulas senyum sebelum pergi dari hadapan Lacey. Ia awalnya berjalan, kemudian berjalan cepat, dan akhirnya berlari kecil agar sampai di perpustakaan lebih cepat. Ketika Damon membuka pintu perpustakaan, ternyata perpustakaan sepi.

Meja-meja panjang tempat membaca hanya diisi beberapa orang saja. Seorang pria asia, seorang wanita berambut pirang, seorang pria berkacamata, seorang wanita berambut merah, dan seorang wanita berambut cokelat. Tidak ada Annabeth.

Damon melangkah masuk, matanya mencari-cari sosok Annabeth si sepenjuru ruangan. Damon menyusuri rak sastra pertama kali karena rak itu letaknya paling dekat dengan pintu, tetapi Annabeth juga tidak ada. Damon menyusuri rak-rak lainnya, ia masih tidak menemukan Annabeth.

Lalu Damon putus asa, jadi ia hanya berdiri di entah rak apa, sembari menghela napas.

"Hei."

Seseorang menepuk pundaknya, membuat Damon terkejut setengah mati. Damon hampir saja bersumpah serapah. Yang lebih parah, ia hampir berteriak seperti perempuan.

Damon menoleh, tidak menyangka akan mendapati Annabeth di belakangnya dengan alis berkerut. Mungkin ekspreksi kaget Damon terpampang dengan sangat jelas di wajahnya, karena perlahan-lahan kerutan di dahi Annabeth menghilang, digantikan seulas senyum tipis.

"Kau mengikutiku," gumamnya.

Damon tidak menyangkal. "Ya."

"Karena kau pikir aksenku menarik?"

"Karena aku pikir kau menarik."

Annabeth lalu tersenyum. Senyumnya tidak seperti Alaska—karena senyum Alaska sangat lucu dan kekanakan dan terlihat seperti anak kecil yang bersemangat melakukan sesuatu. Senyum Annabeth seperti senyum menantang—seperti senyum cowok di wajah cewek.

Damon sudah menduga Annabeth memang bukan cewek pendiam atau pemalu. Dia hanya benci aksennya.

"Aku tidak akan menciummu di antara rak-rak buku misteri favoritku ini hanya karena kau pikir aku menarik, kalau itu yang ada di pikiranmu," kata Annabeth. Mungkin itulah kalimat terpanjang yang pernah ia ucapkan kepada Damon.

For Them, We Were.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang