Satu minggu lagi Kyle berangkat ke Kenya.
Semua dokumen yang dibutuhkan untuk pergi sudah siap. Latihan dan pelajaran juga sudah dipersiapkan dengan baik. Kyle sudah siap secara fisik, tetapi secara mental.....sepertinya belum terlalu.
Seperti yang Alaska pernah bilang, 11 bulan bukan waktu yang sebentar. Kyle akan melewatkan banyak sekali hal dalam 11 bulan itu. Dan membayangkan tidak bertemu dengan Alaska selama itu membuatnya merasa uring-uringan.
Kyle ingin sekali tetap tinggal di London, selain karena Alaska yang memintanya, sebagian dari dirinya juga tidak ingin pergi. Kenya terdengar sangat jauh dan berbahaya. Bahaya di London tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan bahaya di sana.
Tapi, ini adalah resiko dari keputusan yang diambil Kyle dari awal sekali. Kyle sudah memutuskan untuk bergabung dengan angkatan darat, dan inilah yang harus dijalaninya secara ikhlas dan penuh tanggung jawab. Sudah terlambat untuk menyesal dan untuk mengubah tujuan.
Hari itu Sabtu. Kyle pergi ke pangkalan militer pagi harinya. Lalu siangnya, ia dan Alaska menonton pertandingan ayah mereka di Stamford Bridge. Hasil akhir yang cukup memuaskan: 3-0 untuk kemenangan tuan rumah, Chelsea.
Sorenya, mereka makan malam di rumah orangtuanya di City of London. Ibu Kyle memasak sesuatu yang berisi sayur-sayuran, daging panggang, dan lasagna. Mereka mengobrol topik-topik ringan dengan santai, yang membuat suasana menjadi tambah menyenangkan.
Lalu, untuk pertama kalinya, Kyle menginap di rumah orangtuanya. Ia tidur di kamar tamu di depan kamar Alaska. Awalnya ia tidak bisa tidur. Jadi ia memutuskan untuk pergi ke kamar Alaska. Tapi, ketika ia berdiri di depan kamar Alaska hendak membuka pintu, ia mendengar Alaska sedang berbicara dengan seseorang.
Sepertinya Damon.
Karena Kyle tidak ingin mengganggu, Kyle kembali ke kamarnya. Ketika ia naik ke atas kasur, ternyata ada Pumkin. Kucing itu sedang tidur, tepat di tengah-tengah tempat tidur Kyle. Kyle jadi merasa serba salah. Akhirnya, ia jadi tidur di sofa.
Kyle lalu memejamkan mata, dan tanpa sadar, tidur selama 7 jam tanpa bangun. Itu, adalah tidur paling lama yang pernah Kyle dapatkan tanpa obat tidur selama 12 tahun terakhir ini. Di sofa pula. Mungkin, Kyle harus tidur di rumah orang tuanya saja agar dapat tidur seperti ini.
***
Damon tidak tahu sampai berapa lama lagi ia akan terus duduk di perpustakaan seperti orang anti-sosial, sembari menatap Annabeth dari kejauhan, kadang-kadang menegurnya kalau keberaniannya sedang banyak. Dan responnya selalu sama-Annabeth biasa saja.
Pernah satu kali Annabeth menunjukkan respon yang positif, yaitu sehari setelah Damon mengantarnya pulang. Tapi setelah itu, sepertinya respon Annabeth kepadanya datar-datar saja. Mungkin, sekarang adalah saat yang tepat untuk menyerah.
Selama dua hari itu Damon tidak pergi ke perpustakaan. Ia mulai bergaul dengan teman-teman lainnya lagi di kantin. Ia bahkan setuju untuk pergi ke pesta seseorang bernama Jack dari fakultas yang sama dengannya besok malam.
Damon harus mendapatkan hidupnya kembali.
Masih banyak sekali hal yang harus Damon lakukan selain duduk diam di perpustakaan seperti orang dungu. Damon selalu benci perpustakaan, karena bau buku-buku tua membuat kepalanya pusing. Jadi, ia akan berhenti menyiksa diri mulai dari sekarang.
Untuk pertama kalinya dalam 12 tahun, Damon merasa benar-benar memiliki jarak dengan Alaska. Selain karena mereka sama-sama sibuk kuliah, Alaska selalu menghabiskan waktu senggangnya bersama Kyle. Apalagi, Alaska bilang Kyle akan pergi ke Kenya seminggu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...