Good morning, Mr. Ackerley.
We would like to welcome you to the Department of Criminology and Sociology, one of the oldest and most distinguished academic departments of its kind in the United Kingdom.
Congratulations.
Damon menatap surat di depannya sambil melongo. Hanya ada satu hal yang berputar-putar di otaknya.
Berhasil!
"Mom," Damon masuk ke dalam rumah, kemudian berlari untuk memanggil ibunya. "Mom!"
"Damon, ada apa?"
Damon melihat ibunya berlari keluar kamar, hanya memakai handuk di badan dan kepalanya. Damon mengalihkan pandangan, kemudian tersenyum.
Damon mengangkat surat itu. "Aku berhasil."
Ibunya menatapnya sembari menggeleng-geleng. "Middlesex?" tanya ibunya. Damon mengangguk. "Kriminologi?"
Damon mengangguk lagi.
"Oh, Damon," ibunya tersenyum, kemudian ia berjalan mendekat untuk memeluk Damon. "Sepertinya aku akan menangis."
Damon memeluk ibunya. "Uh, sepertinya ini akan canggung. Pelukan handuk," gumamnya, lalu ibunya tertawa. "Jangan menangis, mom."
Ibunya melepaskan pelukannya, kemudian menyeka sudut matanya yang sedikit berair.
"Apa Alaska juga masuk?"
Damon mengerjapkan matanya. "Benar juga. Aku belum tahu," gumamnya. Ia berpikir sebentar. "Sepertinya aku harus ke rumah Alaska. Dah, mom!"
Damon mencium pipi ibunya sebelum berlari secepat yang ia bisa menuju rumah Alaska. Ia membuka pagar dengan terburu-buru, dan menabrak ibu Alaska. Untung ibu Alaska tidak jatuh. Kalau dia jatuh, Damon yakin ayah Alaska bakal memenggalnya.
"Damon! Kenapa buru-buru sekali?"
Damon meringis. "Maaf, Mrs. Malik. Kau baik-baik saja?"
"Ya, baik-baik saja," ibunya Alaska meluruskan jinsnya. "Kenapa buru-buru sekali?"
"Apa Alaska ada?"
"Ya, dia di—"
"Oke, terima kasih!"
Damon tahu ia seharusnya meminta maaf lagi kepada ibunya Alaska, tetapi ia benar-benar semangat untuk menyampaikan kabar bahagia ini kepada Alaska. Firasat Damon mengatakan Alaska juga diterima, yang merupakan kabar baik.
Artinya, mereka akan satu sekolah dari sekolah dasar sampai universitas. Benar-benar tidak terpisahkan.
Damon berlari menaiki tangga. Ia hampir menginjak pumkin yang sedang tidur di anak tangga kelima, dan hampir menabrak Alaska yang mungkin saja membuat mereka berdua terjungkal dan terguling sampai bawah.
"Damon!" Alaska memekik. "Kau hampir membuatku gelinding!"
"Maaf, maaf," Damon meringis.
"Oke, oke," Alaska menuruni anak-anak tangga dengan cepat, membuat Damon harus mengikutinya kembali ke bawah. "Apapun yang kau inginkan, bisakah tidak sekarang? Aku benar-benar harus pergi."
Damon sedikit kecewa. "Kemana?"
"Ke suatu tempat."
"Dengan?"
"Temanku."
Damon mendengus. "Maksudmu Kyle."
Alaska menatap Damon dengan mata disipitkan. "Oke, aku memang akan pergi dengan Kyle," katanya. Ia mengambil kunci mobil di atas meja, kemudian keluar melewati pintu depan. "Dan aku akan kembali nanti sore. Jadi, kita bisa bicara saat itu saja, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
For Them, We Were.
Romance-Book 3- Kalau dihitung, ada banyak sekali daftar orang yang ingin Kyle bunuh. Tapi dalam sekian banyak daftar itu, Kyle membuat skala prioritas. Pertama, Bianca Anderson. Kedua, Jeff Callison. Ketiga—dan yang paling ia ingin bunuh, adalah seorang p...