FH-56

640 40 1
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ.

...........

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

Ambil yang baik buang yang buruk

Happy Reading!🩶

• Dunia itu tempatnya singgah, bukan tempatnya bermukim. Jadi nikmatin indahnya dan bersabar terhadap pahitnya •

_Hubabah Ummu Sallim Jindan

...........

Setelah menyelesaikan solat Tahajjud dan berdo'a. Alby pun berjalan menghampiri Ei yang tengah terduduk seorang diri di depan supermarket yang telah tutup.

Dapat di lihat dengan jelas wajah panik dan lelah dari kedua pria tersebut.

"Kita lapor polisi saja ya mas." Ucap Ei saat melihat Alby yang datang menghampiri nya.

"Jika bisa saya akan melakukan nya, tapi dari waktu Ayana menghilang belum dua puluh empat jam." Sahut Alby frustasi.

"AsstaghfiruAllahaladzim, ya Allah.." Lanjut Alby mengusap wajah nya kasar.

Alby menarik nafas nya dalam-dalam dan terus beristghfar kepada sang Illahi untuk meminta pertolongan dan di mudahkan dalam mencari sosok istri kecil nya Ayana.

Sungguh penampilan Alby saat ini sangatlah berantakan. Ia terus mengusap wajah nya berkali-kali.

Ia merasa bersalah karena telah lalai menjaga istri nya.

Ei yang melihat Alby sangat lelah dan frustasi pun berkata.

"Duduk dulu mas." Titah Ei kepada Alby sembari menunjuk salah satu kursi plastik berwarna hitam.

Alby pun mengangguk faham dan mengikuti perintah Ei. Ia menatap bulan  yang sangat bersinar menampilkan dirinya di langit-langit malam.

"Kamu di mana Ayana?" Lirih Alby pelan terus menatap bulan indah tersebut.

"Setelah solat subuh kita liat cctv sekitar," ucap Alby kepada Ei.

Ei yang merasa ucapan Alby benar pun mengangguk setuju. Jujur ia sangat takut jika adik perempuan nya sampai kenapa-napa.

Karena Ei sangat tahu sifat Ayana yang masi begitu labil. Tidak pernah berfikir panjang dalam mengambil suatu hal.

Sedangkan di sisi lain. Lebih tempat nya di Villa di mana Ayana di tahan. Ada seorang perempuan dengan hijab pashmina yang sedang berbicara kepada seorang pria.

Siapa lagi jika bukan Dinda dan Arlan. Mereka saat ini tengah terduduk di ruang bawah sembari menunggu Ayana yang sadar dari tidur nya seusai menangis dan memberontak untuk di keluarkan.

"Hati gua sakit liat kondisi Ayana." Gumam Arlan memandang ke arah luar dan memperhatikan pepohonan hutan yang sangat lebat.

"Ck, Ayolah. Kamu mau depetin Ayana kan?" Sahut Dinda dengan kesal.

FII HIFZILLAH (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang