FH-59

696 40 1
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ.

...........

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

Ambil yang baik buang yang buruk

Happy Reading!🩶





• Masalah sekecil apapun akan terasa besar ketika masuk ke hati yang sempit, dan masalah sebesar apapun akan terasa sangat kecil ketika masuk pada hati yang lapang •

_ Al-habib Umar Bin Hafidz


...........




Di dalam sebuah Rumah sakit terdapat seorang pria yang tengah terbaring lemas di atas bangkar seusai menjalankan operasi. Ia adalah Muhammad Alby. Pria yang terkena tembakan tepat di bahu nya, yang cukup membuat Alby banyak kehilangan darah.

Alby berhasil di selamatkan oleh para dokter dan perawat di Rumah sakit tersebut, karena Alby di bawa ke Rumah sakit dengan cepat dan langsung mendapatkan pertolongan pertama.

Ei. Pria itulah yang telah membawa Alby ke Rumah sakit. Ia sangat panik dan fikiran nya begitu berantakan saat pertama kali melihat Alby yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai yang keras dan dingin.

Sungguh ia sangat menyesal karena tidak dapat menyusul mengikuti Alby dengan cepat. Dan membawa kembali adik perempuan nya Ayana.

Ei saat ini tengah memperhatikan Alby yang tetap terpejam dengan tenang di atas bangkar tersebut tanpa berniat untuk membuka matanya.

Keadaan Ei saat ini sangat lah kacau. Ia sangat khawatir dan tidak tahu harus berbuat apa. Dengan Alby yang terbaring lemas di Rumah sakit dan adik nya Ayana yang masi di bawa kabur oleh pria lain.

"Ya Allah.." Hela Ei dan membuang nafas nya perlahan.

"Mas..sampean ga mau buka mata?" Tanya Ei memperhatikan Alby yang tetap tertidur dengan wajah teduh dan tenang nya.

Cukup lama Ei terdiam seorang diri di ruangan tersebut hingga tak terasa azan isya pun berkumandang. Ei dengan langkah goyah pun berjalan menuju Musholla Rumah sakit untuk melaksanakan kewajiban nya dan berdo'a untuk kesembuhan Alby dan di mudahkan dalam pencarian adik nya Ayana.

Setelah menyelesaikan solat isya dan berdo'a. Ei menyempatkan dirinya terlebih dahulu untuk mengambil keperluan Alby yang berada di Rumah dan meminta pertolongan terhadap orang kepercayaan nya untuk mencari adiknya.

Cukup lama Ei melakukan hal tersebut hingga ia memutuskan untuk kembali ke Rumah sakit menjaga Alby. Ei sengaja tidak memberitahukan apa yang tengah terjadi saat ini kepada abah Zayyn. Karena jika ia beritahu tentu saja kondisi abah Zayyn seketika akan memburuk dan jatuh sakit.

Tetapi saat Ei memasuki ruang rawat inap Alby betapa kejut dirinya saat tidak menemukan sosok Alby yang seharusnya tengah terbaring di atas bangkar tersebut.

Dengan raut wajah panik Ei mengedarkan pandangan nya ke seluruh sudut kamar tersebut. Tetapi Alby tetap tidak di temukan.

Ei dengan cepat hendak berlari ke luar kamar dengan niatan untuk mencari Alby. Tetapi seketika langkah nya terhenti saat melihat robekan kertas yang menempel di nakas samping bangkar yang bertuliskan.

" Terimakasi, sy harus mencari Ayana, tidak perlu khawatir kondisi sy baik-baik saja. Titipkan salam kepada abah."

~Alby.


"Ya Allah.." Lirih Ei tak percaya dengan apa yang ia baca dan langsung menelfon seseorang untuk meminta bantuan.

Sedangkan di sisi lain di sebuah hotel yang megah dengan tingkat lantai hingga puluhan dengan kokohnya  menjulang tinggi memecah langit-langit malam kota Surabaya.

Dan di salah satu kamar tersebut terdapat seorang perempuan yang tengah tertidur dengan wajah teduh nya.

Ia adalah Ayana Sophie. Hingga tak terasa Ayana telah bangun dan mengerjapkan mata nya berulang kali untuk melihat kondisi sekitar.

"H-hotel?" Gumam Ayana melihat sekeliling kamar tersebut.

Ayana cukup lama memperhatikan kamar dengan nuansa klasik tersebut dan memperhatikan dirinya di bayangan kaca besar.

Tetapi dirinya saat ini telah membaik. Ayana menyadari bahwa luka di pipinya telah di obati dan ia di berikan infus cairan vitamin agar tidak drop.

Terlalu hanyut dalam fikiran nya cukup membuat Ayana lupa apa yang telah terjadi. Ia berulang kali berusaha mengingat apa yang telah terjadi kepada dirinya dan seketika ingatan pahit nya kembali menerjang dirinya.

Bagaikan tersambar petir fikiran yang terlintas di kepala nya hanyalah Muhammad Alby. Yaitu suami nya yang terakhir kali ia lihat tengah tergeletak tak sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir.

Ayana dengan wajah kembali panik menuju pintu kamar tersebut dan hendak membukanya. Tetapi dirinya lagi-lagi salah. Ia telah terkunci dan di kunci di kamar tersebut seorang diri.

Ayana tak mengenal kata lelah. Ia terus menggedor pintu kamar tersebut dengan keras dan brutal dan meneriaki nama Arlan untuk membukakan pintu.

Bagaikan berbicara dengan dinding. Hening. Ayana tak mendapatkan jawaban sama sekali.

Ayana semakin gila dan frustasi di buatnya. Fikiran nya saat ini hanyalah suami nya Alby.

Ayana begitu geram dan jijik terhadap Arlan. Ia tak menyangka bahwa Arlan akan senekat dan segila ini untuk mendapatkan dirinya.

Ia berjanji jika ia kembali melihat wajah Arlan, ia akan menendang wajah pria tersebut dan menggaruk nya hingga terluka.

Kesabaran Ayana saat ini benar-benar habis. Ia berulang kali mengucapkan kalimat istighfar agar tidak terbawa suasana dan melakukan hal yang di larang agama.

"Ya Allah.. hiks tolong..." Lirih Ayana frustasi memandang pintu yang terkunci rapat tersebut.




•••••••

Masya Allah..

Maaf ya, chap nya pendek. Ga tega soalnya lihat Ayana Alby kesiksa😭

Kalau ada typo tandain ya😸

Jangan lupa vote, follow buat liat chap selanjutnya!🫶















FII HIFZILLAH (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang