27. DAMIAN DAN RASA SAKITNYA

5.6K 145 9
                                    

Hai, jumpa lagi sama aku😚 apa kabarnya kalian semua yang baca ini?

Sebelum baca, jangan lupa vote dulu ya (Gapapa ngemis hehe)

Happy Reading man-teman!

*
*
*

“Apa karena aku punya gangguan mental? apa karena aku tak sanggup melawan emosiku? Apa karena moodku yang berubah-ubah? Aku juga ingin sembuh. Bipolar ini membunuhku."

Damian Xavier Cairo—

*
*
*

Gavin tak tahu, kenapa dirinya sekhawatir ini dengan kondisi Keisya. Padahal dokter sudah mengatakan jika pasien sudah melewati masa kritisnya, hanya tinggal menunggu untuk siuman saja.

Sangking khawatirnya, Gavin bela-belain untuk menginap dirumah sakit, bersama Ayunda yang keadaannya juga kacau. Wanita paruh baya itu sepertinya tidak nyenyak tidur seharian. Ayunda juga tidak ingin makan sewaktu Gavin menawarkan untuk sarapan, katanya, ia bisa makan dengan tenang jika sang putri sudah bangun.

Gavin hanya bisa memandangi Keisya dari balik kaca pembatas yang gunanya untuk melihat pasien yang dirawat dari luar. Gavin sebenarnya ingin masuk, tapi ia memilih menunggu diluar sebab Keisya sudah ditemani Ayunda sepenuhnya.

Ia tak tahu pasti kenapa Keisya bisa masuk rumah sakit. Meskipun begitu, ia sudah menduga satu hal yang mungkin menyebabkan Keisya terluka. Jika dugaannya benar, ia mungkin takkan tinggal diam.

Gavin akan sangat marah jika ada orang yang melukai Keisya ...

"Cepet sadar Kei, gue capek nahan kangen sama suara lo."

*
*
*

Siang ini, Daniel sudah mendapati kabar dari Ayunda jika Keisya akhirnya siuman. Jujur, Daniel merasa bersalah dengan kedua wanita itu. Ia kurang bertanggung jawab sebagai kepala keluarga. Selama ini, fokus Daniel hanya pada putra kandungnya Damian, hingga ia melupakan jika Keisya juga anaknya yang perlu ia perhatikan.

Memakai sepatunya, Daniel bersiap untuk berangkat ke kantor siang ini, ia sudah terlalu banyak meninggalkan pekerjaan. Namun, sebelum berangkat Daniel menyempatkan diri untuk mengecek keadaan Damian diruang makan. Cowok itu sedang berusaha memakan makanannya, meskipun tidak berselera.

"Apa papa bisa meninggalkanmu disini? Papa harus ke kantor, ada kerjaan mendadak." Ucap Daniel pada putranya.

Sepertinya Damian tidak terlalu memperhatikan papanya, cowok itu terlihat melamun sembari mengaduk-aduk makanannya tanpa minat.

"Tolong jangan berbuat ulah kali ini, cukup kejadian semalam yang jadi terakhir. Papa udah siapin obat penenang di laci kamar," Tanpa menghiraukan Damian, Daniel tetap melanjutkan ucapannya. "Untuk sekarang, demi keselamatan orang-orang rumah, papa akan bawa kamu ke vila nanti sore. Kamu nginap disana untuk beberapa hari kedepan."

Ucapan Daniel sontak membuat Damian seketika mendongak. Alis lelaki itu menukik tajam, cukup terpancing dengan ucapan papanya. "Kenapa harus aku yang nginap sana?"

"Karena kamu yang bermasalah disini," balas Daniel tajam.

"Aku di isolasi gitu?"

"Bukan diisolasi Damian, maksud papa, kamu nginap disana agar Keisya tidak ketakutan saat pulang kerumah nanti. Pasti dia trauma sama kamu, lagipula ini juga untuk mencegah kamu berbuat hal yang sama. Kamu juga harus tau kalau kamu itu–"

DAMIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang