Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Keisya berjalan keluar dari gerbang sekolah. Ia berusaha menghindari Damian yang mungkin akan mengajaknya untuk ke apartemen lagi seperti hari lalu. Wanita dengan kuncir kuda, dan tas ransel berwarna coksu menghampiri halte bus.
Tubuh cewek itu terlihat lebih berisi. Mungkin Keisya tidak sadar kandungannya memasuki bulan kedua. Semoga saja bayi ini bisa bersamanya sampai lahir nanti, Keisya tak sabar ingin melihat wajahnya.
"Bumil gembul sendirian aja, nggak takut digoda kakek-kakek nih?" Seorang laki-laki dengan motor sport tiba-tiba saja datang menghampiri Keisya. Ledekan dari Gavin membuat Keisya mencibir kesal. Masih geli dengan panggilan Gavin padanya. Padahal Keisya tidak gembul, masih sama seperti dua bulan yang lalu. Seenaknya Gavin memanggilnya, ralat, mungkin meledeknya begitu.
Membuang muka, Keisya berusaha untuk tidak mempedulikan lelaki itu. Melihat tingkah Keisya, Gavin tak bisa menahan senyumnya. Keisya amat menggemaskan sekarang.
"Ciaah! ngambek nih ceritanya?" Bibir Keisya mengerucut. "Muka lo yang gembul itu jelek kalau lagi ngambek. Mending senyum aja. Btw, gue baru sadar kalau lo gemuk Kei, nggak unyu-unyu lagi."
"Ish, nyebeliinn!"
"Hahahaha!"
Gavin tergelak puas. Mengganggu wanita hamil mungkin jadi hobinya sekarang. Apalagi jika menyangkut berat badan, wanita manapun akan ngamuk jika di singgung soal itu.
Senyuman Gavin luntur begitu melihat sebuah luka memar yang tak sengaja terlihat saat poni yang menutupinya tersibak angin. Darah lelaki itu meluap, ingin sekali mencincang orang yang menciptakan luka di dahi wanita itu. Namun, Gavin berusaha meredamnya. Ia takkan bertanya pada Keisya, karena Keisya pasti tidak nyaman. Makanya ia memilih pura-pura tak melihat apa-apa. Mungkin Gavin akan membuat perhitungan pada cowok itu saat tidak ada Keisya.
"Udah dong marahnya. Bumil gembul mau pulang 'kan? Sini sama abang aja."
Keisya tak bergeming. Masih tetap pada pendiriannya untuk mendiami lelaki itu sampai Gavin mengubah panggilannya.
"Nanti gue belikan es krim, deh."
Wajah Keisya berubah menjadi ceria. "Serius Gavin? Aku mau!" Pertahanan Keisya runtuh seketika.
"Iya, makanya naik. Nanti kita mampir di kedai es krim." Ujar Gavin sudah seperti orang yang hendak menculik anak dengan iming-iming eskrim. Keisya tersenyum antusias, lantas melangkah hendak naik ke motor Gavin. Namun, sebuah tangan mencekal lengannya dan menarik dirinya menjauh.
"Lo pulang sama gue!" Tegas Damian. Matanya menyorot tajam kearah Keisya, lalu beralih ke arah Gavin.
"Lo datang-datang udah kayak setan aja. Lepasin tangan Keisya sebelum gue hajar muka lo!" Ucap Gavin yang baru saja turun dari motornya. Ia menatap Damian tak bersahabat. Bukannya melepaskan pegangannya, Damian malah mempererat cengkeramannya sehingga Keisya meringis kesakitan.
"Bangsat!"
Gavin sudah tidak tahan lagi. Secara cepat tangan lelaki itu mendarat di wajah Damian. Hal itu membuat Damian teepaksa melepaskan pegangannya di tangan Keisya. Ia meringis merasakan ngilu dirahangnya. Ia tak terima, lantas membalas dengan memukul hidung Gavin hingga cowok itu tersungkur.
Suara pekikan Keisya terdengar begitu Damian membalas serangan Gavin padanya secara bertubi-tubi. Cowok itu berkali-kali memukul wajah Gavin seolah ingin menghancurkan wajah itu.
"Bajingan sampah! Gue nggak maafin ulah lo ke Keisya. Lo kasarin cewek, lo sama kayak banci!!" Padahal sedang digebuki, Gavin masih sanggup mencerca Damian.
Seolah tak memperdulikan rasa sakitnya, Gavin berusaha lepas dari Damian, dan berhasil. Lalu membalikkan posisi hingga ia berada diatas Damian. Tanpa aba-aba, Gavin meninju wajah lelaki itu hingga babak belur.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMIAN
Teen Fiction⚠️ CERITA INI MENGANDUNG KEKERASAN SEKSUAL, MENTALHEALTH, SELFHARM, CACIAN DAN KATA-KATA KASAR. TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA! Sudah end, belum direvisi! Awalnya kehidupan Keisya Amanda hanyalah kehidupan remaja pada umumnya. Ia gadis yang ceria, dan s...