2. DUKA BERUJUNG AMARAH

8.2K 257 87
                                    

Hallo semua, jumpa lagi sama Author pecinta keju

Absem dulu disini, cantik

Kalian berasal dari mana?

Inisial crush kalian siapa?

Sebelum membaca, vote dulu maniezz

Kalau boleh meminta komennya sekalian juga dong, hehehe 🙏😂

NAH, SELAMAT MEMBACA. HATI-HATI JANGAN MENGUMPAT, DOSANYA NANTI NAMBAH LO🤣

TAHAN EMOSI, SABAR, GAK BOLEH MARAH SAMA FIKSI🤣

Happy Reading readers tercinta, semoga suka ya🌷

°°°°°°

Sudah beberapa kali Damian menghela nafas pendek, berharap itu mampu menetralkan detak jantungnya yang seolah ingin meledak. Ia frustasi, menangis dan ketakutan. Maniknya menatap penuh harap dibalik kaca ruang inap sang ibunda yang sedang berjuang melawan maut. Dokter dan tenaga kesehatan disana juga sedang berjuang, upaya menyelamatkan nyawa pasiennya.

"Bunda ... tolong selamat demi Damian. Jangan pergi ninggalin Damian seperti kak Dean dulu ..." Air matanya mengucur deras. Ia menjambak rambutnya pertanda frustasi.

Bagaimana ia bisa baik-baik saja? Sedangkan ibunya disana diambang Kematian?!

Dokter pun keluar dengan sorot mata tersirat akan kesedihan dan perasaan bersalah.

Belum sempat sang dokter berkata, Damian sudah lebih dulu menerobos masuk, memastikan kondisi bundanya didalam.

Jiwa Damian seolah melebur, kendati pijakannya terhenti dengan raganya untuk terasa lemas. Tangisnya pecah begitu saja, ia menggeleng tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Raga ibunya telah ditutupi kain putih sepenuhnya.

"BUNDA ..." Damian berteriak, menangis memeluk jasad ibundanya dengan erat. Dirinya telah kehilangan seseorang lagi setelah sang kakak.

"ENGGAK, BUNDA GAK BOLEH NINGGALIN AKU! ENGGAK BOLEH!!"

"BUNDA TOLONG JANGAN PERGI, JANGAN TINGGALIN DAMIAN."

"ENGGAK, ENGGAK, ENGGAK!" Damian meracau dengan tangisnya yang terdengar pilu.

"Jangan pergi bun, Damian gak mau sendirian lagi!"

"Aarggghh, bunda jangan pergi!"

"TUHAN TOLONG JANGAN AMBIL BUNDA AKU! KEMBALIKAN BUNDA, AKU MOHON!!"

Seiring tangisannya yang perlahan memudar, Damian merasakan sesuatu menariknya menuju kegelapan. Suara berisik menyapa telinganya, mereka mencela Damian dikala lelaki itu terluka parah.

Damian tidak mampu menahan rasa sakit yang menjelajahi dada, hati, pikiran dan psikisnya. Hingga pada akhirnya ia lebih memilih keluar dari kesadarannya, dan memejamkan mata seraya menjatuhkan raganya yang berantakan itu dilantai dingin rumah sakit.

*
*
*

Sudah beberapa hari berlalu sejak pemakaman sang bunda, remaja lelaki itu masih enggan keluar dari kamarnya. Perutnya sudah meronta-ronta meminta makanan, kendati ia mengabaikannya karena sekarang ia tidak berselera untuk memakan apapun.

Dilara kesedihan, Damian hanya membutuhkan sebuah pelukan sekarang ini. Namun pelukan siapa yang harus ia rasakan kali ini? Selama ini hanya pelukan bundanya yang membuat kesedihannya Perlahan sirna. Ralat, mungkin ada seseorang lagi.

DAMIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang