40. ANAK YANG GIGIH

3.6K 96 1
                                    

"Terkadang ada satu hal yang membuat seseorang menjadi yang paling jahat."

BAB INI MENGANDUNG ADEGAN YANG MUNGKIN AKAN MEMBUAT KALIAN TIDAK NYAMAN!

*
*
*

Flashback 10 tahun yang lalu ...

Dua anak kembar berusia delapan tahun masih disekap digubuk tengah hutan. Sudah dua hari mereka kedinginan, kelaparan, kelelahan bahkan kesakitan. Jiwa mereka seolah lebur, meminta tolong pun tak ada gunanya.

"A-abang?" Damian kecil memanggil saudara kembarnya. Tangan anak itu diikat oleh rantai. Seluruh tubuhnya penuh luka, tulang-belulangnya seolah patah. "Abang, abang, Mian mau pergi dari sini, Mian mau ketemu bunda papa ..." Lirihnya. Ia lelah menangis. Ia hanya bisa berharap adanya pertolongan.

Keadaan Deandre jauh lebih memprihatinkan. Anak itu tergeletak tak berdaya dilantai, tulang kakinya patah karena siksaan yang tak kunjung berhenti. Mustahil Deandre bisa berjalan, dan membawa pergi adik kembarnya dari neraka ini.

Namun, Deandre berusaha berpikir keras. Ia harus menyelamatkan Damian, ia tak mau saudaranya mendapatkan giliran siksaan seperti dirinya. Deandre mengerang kesakitan tatkala dirinya memaksa menyeret tubuhnya sendiri untuk mendekat kearah saudara kembarnya.

Tangan kecil Deandre berusaha melepaskan rantai yang melilit tangan Damian. Anak sekecil itu berjuang demi menyelamatkan saudaranya yang mungkin masih bisa diselamatkan. Cukup lama Deandre berkutat dengan rantai itu. Keadaan juga semakin mencekam kala suara petir dan derasnya hujan terdengar.

"A-adek ... Adek pergi sekarang ... Sebelum paman datang ..." Ucapnya saat rantai itu berhasil dibuka.

"Mian mau pergi sama Dean ..."

Deandre menggeleng lemah, "enggak, Mian sendiri aja. Dean udah nggak sanggup lagi ..." Air mata Deandre luruh. Hati anak itu sakit. Ia ingin ikut, namun kondisinya tidak memungkinkan. Yang ada dia akan menyusahkan Damian nanti.

Damian terisak, ia tak mungkin tega meninggalkan saudaranya dineraka ini. "Abang Dean harus ikut aku! Kita sama-sama pergi ketemu bunda papa! Biar nanti kita bisa main pasir lagi ..." Lirih Damian.

"Enggak, Mian aja yang pergi. Nanti Mian datang kesini kalau udah ketemu pertolongan." Suara Deandre melemah. Wajah pucatnya terlihat menghawatirkan. Sepertinya anak itu sedang menahan nyeri di kakinya yang membengkak.

"Adek, sekarang pergilah ... Sebelum paman datang."

"Per-gi Mian ... lari dari sini. Ka-lau ketemu bunda papa, ba-ru selamatkan abang."

Mau tak mau Damian harus tetap pergi dari sini. Anak itu harus keluar dari hutan dan mencari bantuan untuk menyelamatkan Deandre. Damian perlahan bangkit, namun ia kembali ambruk karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Mian pasti bisa ..." Ucap Deandre memberi semangat. Dalam kondisi seperti ini pun, Deandre masih tetap dalam posisinya sebagai abang. Sebab ia lahir duluan, baru disusul Damian selang dua belas menit.

Damian berhasil bangkit. Sebelum pergi, ia menoleh menatap Deandre, entah kenapa ia merasa ragu meninggalkan saudara kembarnya itu.

Deandre tersenyum pilu. Bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu. "Mian cepat pergi."

Damian mulai berjalan meski tertatih-tatih. Ia sudah keluar dari gubuk tersebut. Hujan deras langsung menghujam tubuh kecilnya, suara petir turut terdengar disepanjang langkah Damian yang terpatah-patah.

Tubuhnya lemas, kedinginan dan juga nyeri, namun ia paksaan untuk tetap berjalan. Ia harus keluar dan lepas dari jeratan pamannya. Ia juga harus menyelamatkan Deandre yang menunggunya digubuk.

DAMIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang