50. SIKAP GAVIN BERUBAH

3.4K 135 16
                                    

"Gimana Kei, kamu mau kan sekolah di luar negeri? Papa akan ngurusin keperluan kamu disana, tempat tinggal semuanya sudah papa siapkan. Kamu tinggal sekolah, dan memulai hidup baru."

Keisya diam sejenak. Pergi keluar negeri mungkin bukan ide yang buruk, namun Keisya merasa berat untuk menyetujuinya. Ia melirik Ayunda, ibunya itu tersenyum meyakinkan.

"Pikirkan baik-baik, Kei." Ucap Ayunda. Ia memang berat jika Keisya ke luar negeri dan meninggalkannya. Namun, jika sudah begini keadaannya, keamanan Keisya jauh lebih utama. Luka-luka ditubuh anaknya yang ia lihat semalam membuat ia meringis. Membayangkan bagaimana Keisya menahan siksaan Damian, Ayunda sangat marah sekali.

"Oke. Aku mau keluar negeri. Tapi–"

"Tapi apa, Kei?" Potong Ayunda.

Keisya menatap kedua orangtuanya penuh harap. "Kasih aku waktu seminggu saja disini. Keisya ingin memperbaiki kekacauan ini walaupun cuma sedikit. Kei nggak mungkin bisa pergi begitu aja jika murid-murid disekolah masih menganggap Kei buruk. Keisya juga mau berpamitan sama seseorang."

Keisya sudah memikirkan ini satu harian. Ia tak ingin dianggap lari dari masalah oleh banyak orang. Keisya harus memperbaiki, atau spek up kejadian sebenarnya agar tidak ada yang salah paham. Walaupun kecil kemungkinan orang-orang percaya dengannya, Keisya tak masalah.

"Baiklah, papa juga akan bantu kamu nanti."

"Terimakasih pah."

Daniel mengeluarkan ponselnya, memencet tombol pesan hendak memberikan instruksi kepada seseorang.

"Sebarkan rekaman itu besok."

*
*
*

SMA Nusa Bangsa gempar dengan pengakuan Keisya yang mengatakan bahwa dirinya telah dijebak. Keisya berbicara lewat mic, disaksikan banyak pasang mata. Meskipun gugup setengah mati, Keisya berhasil menyuarakan kejadian sebenarnya meskipun kebanyakan orang tidak percaya.

Mita yang menyaksikan itu dari kejauhan hanya berdecih sinis. Ia sama sekali tak menduga Keisya berani angkat bicara didepan murid-murid yang membenci cewek itu. Ia sama sekali tidak takut dengan nama baiknya tercoreng apa tidak. Toh, tidak ada yang mempercayai Keisya.

"Bego banget sih lo, Kei. Percuma juga lo spek up nggak akan ada yang percaya." Gumam gadis itu.

Keisya turun dari panggung. Ia berjalan setengah berlari ke kamar mandi. Nafasnya terengah-engah. Tubuhnya panas dingin dan jantungnya berdetak tak normal. Keisya tak pernah se-cemas ini berbicara didepan umum. Namun sekarang, kecemasan itu selalu datang ketika ia berhadapan dengan orang-orang banyak. Itu sangat menakutkan.

"Kuat, Keisya kamu harus kuat." Keisya membasuh wajahnya di wastafel. Tangannya gemetaran. Reaksi tubuhnya benar-benar membingungkan. Apa ia terkena gangguan kecemasan?

Keisya keluar dari kamar mandi. Ia berusaha menetralkan ekspresinya. Mengambil ponsel di saku roknya. Keisya terkejut saat sebuah grub khusus siswa Nusa Bangsa banyak men-tag nomornya. Sebuah rekaman suara, mereka ingin Keisya memutar rekaman suara tersebut.

Rekaman itu berputar. Keisya mendengarnya dengan seksama. Isi rekaman itu ada suara percakapan Mita dan Damian tentang rencana mereka yang berhasil menjebaknya.

"Keisya!"

Suara itu berasal dari Michelle. Gadis cantik itu berlari ke arah Keisya dan langsung memeluknya erat. "Pasti berat banget buat lo beberapa hari ini. Tapi kebenaran udah terkuak kok, lo tenang aja." Michelle melepas pelukannya dan menatap Keisya dengan sendu. "Rekaman itu udah tersebar, jadi orang-orang nggak bisa nyalahin lo lagi.'

Keisya ikutan lega. Siapapun yang menyebar rekaman itu, ia sangat berterimakasih padanya.

*
*
*

DAMIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang