13. HAMPIR MEMBUNUH?

5.7K 159 30
                                    

Cowok dengan jaket kulit berwarna hitam, dipadukan dengan Jeansnya berwarna senada, membelah jalanan malam dengan motor sportnya. Mata elangnya menyorot tajam dibalik helm tersebut. Jaketnya sedikit mengembang akibat angin menerpa begitu kencang.

Sudah lama Damian tidak kearea ini, area jalanan yang agak sepi tempat ia sering melakukan balapan dulu. Kira-kira, sekitar enam bulanan Damian meninggalkan balapan dan teman-teman tongkrongannya. Hal itu sengaja ia lakukan, karena sang papa melarangnya kembali ke jalanan, pria itu takut dengan emosi Damian yang naik turun.

Musuh terbesar Damian adalah dirinya sendiri. Bukan hanya ia yang dirugikan akibat perubahan moodnya yang sekejap berubah-ubah, orang lain juga ikut rugi karena itu. Jujur, Damian lelah begini terus. Ia ingin menjadi manusia normal seperti sebelum kejadian sadis itu.

Motornya berhenti tepat diarea perkumpulan anak geng motor. Mereka yang menyadari kehadiran Damian, langsung mendekat dan ber-tos ria dengan lelaki itu.

"Udah lama gue gak liat lo, bro." Ucap Bumbum, lelaki dengan jaket merah bertubuh gempal.

"Buset, keluar dari goa lo malah makin cakep ya, Dam." Imbuh Gara, lelaki tampan dengan style rambut gondrong.

Damian hanya memasang wajah datar. Sudah ia duga reaksi teman-temannya akan begini.

"Mana Henza?" Bukannya menanyakan kabar teman-temannya, Damian malah memilih bertanya keberadaan Henza, rivalnya yang menantang dirinya balapan setelah sekian lama.

"Lo tega bener ya Dam, bukannya nanyain keadaan kita, malah nanya si jurig itu!" Ucap Orion dengan dramatis. Damian hanya berdecih geli melihat tingkah temannya itu, moodnya sedang tidak baik jadi ia malas membalas perkataan mereka.

Mata Damian menangkap keberadaan Henza yang berdiri tak jauh dari dirinya sambil memasang wajah sinis. Henza berjalan mendekat, lalu menepuk punggung Damian. "Gue pikir lo akan nolak seperti sebelum-sebelumnya."

Damian menepis tangan Henza, tak suka. "Gue gak ada waktu, buruan naik ke motor lo!"

"Ckk, sok ngartis lo!"

Henza menuruti ucapan Damian, ia menaiki motornya dan memakai helmnya. Dua remaja yang menjadi rival itu kompak saling memandang tajam. Tangan mereka menggeber motor hingga suaranya terdengar berisik diarea balapan ini.

Seorang perempuan berpakaian seksi, berjalan dan berhenti ditengah kedua motor tersebut. Ia mulai menghitung mundur.

Tiga ... dua ... satu!

*
*
*

Sialan! Henza mengumpat kesal tatkala ia kalah lagi dengan Damian dalam balapan ini. Henza memukul stang motornya kesal, matanya menatap sinis kedatangan Damian.

"Santai, nza ... Gue kesini cuma mau minta hadiah gue." Ujar Damian menampilkan senyuman kemenangan.

"Gue akan kirim!" Henza muak menatap wajah Damian lama-lama.

"Oh iya, kemungkinan kita akan bertemu lagi sebagai rival. Gue harap lo latihan banyak biar bisa ngalahin gue." Wajah Damian terlihat mengejek, hal itu membuat Henza tidak tahan untuk memukuli cowok itu.

"Anyway, balapan selanjutnya cewe lo taruhannya." Ucap Damian hanya candaan belaka, ia mengedipkan matanya kearah wanita yang berada disamping Henza

Bugh

Henza meninju wajah Damian kepalang emosi. Lelaki itu terlalu muak dengan Damian yang terus-terusan meledeknya, apalagi membawa pacarnya segala.

Kedua tangan Damian mengepal kuat, matanya menajam menatap Henza.

DAMIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang