42. SETELAH INSIDEN PEMBUNUHAN

3.6K 103 3
                                    

Hallo guys, jumpa lagi sama aku❤️

Gimana puasa kalian? Lancar nggak? Menurut kalian, bulan puasa tahun ini ratenya berapa sih?!

Fyi, cerita Damian mungkin akan tamat sampe chapter 60an. Jadi sabar sabar ya nunggu endingnya 😭

Vote kalau kalian mau Damian menyesal😊

HAPPY READING 💐

*
*
*

"Kak! Kakak mau kemana?! Kakak belum sembuh total kata suster!!" Keisya berusaha menghalangi Damian yang mencoba pergi dari rumah sakit. Setelah siuman, dan luka tusuk diperutnya pun sudah dijahit. Bukannya beristirahat, Damian malah beranjak dari tempat tidur untuk pergi dari tempat ini.

Keisya yang mendapat kepercayaan untuk menjaga Damian oleh Daniel, lantas menyuruh cowok itu untuk tetap beristirahat. Bukan apa-apa, Damian baru selesai dioperasi. Jika jahitannya terkoyak maka akan merepotkan. Namun bukan Damian jika tidak keras kepala. Ia bahkan membentak Keisya dan menolak wanita itu.

"Lo bisa minggir gak sih!!? Kurang sakit dorongan gue, hah?!" Teriak Damian kepada Keisya yang sedang menahan lengannya. Keisya menggeleng, ia mencoba sabar menghadapi Damian.

"Ini rumah sakit kak, nggak sepantasnya kakak teriak-teriak begini."

"Gue nggak peduli bangsat!! Lo minggir sekarang!! Minggir!"

"Papa nyuruh kamu untuk tetap disini kak. Kamu kan baru selesai operasi, nanti jahitan kakak koyak." Keisya berdiri dihadapan cowok itu, menghalangi jalan Damian yang hendak berjalan keluar ruangan. Damian jengah, ia mendorong kembali tubuh Keisya ke samping hingga wanita itu terjatuh.

"NGGAK USAH PEDULI SAMA GUE!"

Seolah tak peduli tempat, Damian menjambak rambut Keisya hingga perempuan itu memekik kesakitan. Bukan hanya itu, Damian juga menekan dagu Keisya dan memaksa perempuan itu untuk menatap matanya.

"Lo udah liat semuanya, kan? Gue bunuh orang, Kei. Lo pikir gue nggak bisa bunuh lo?! Jangan pancing gue sekarang!" Damian menekankan setiap katanya. Cowok itu langsung beranjak keluar dari ruangan dengan pikiran kacau.

Keisya mengepalkan tangannya. Ia berdiri, sembari mengatur nafas. Damian sangat kasar, setiap perbuatan dan omongan lelaki itu selalu menyakiti hati dan fisiknya. Keisya meraih ponselnya yang sudah diisi daya. Ia hendak menelpon Daniel.

Telepon pun tersambung, "iya Keisya?"

"H-halo pa ... Maafin Keisya. Keisya nggak bisa ngehalangi kak Damian untuk pergi dari rumah sakit."

"Gapapa, Kei. Terimakasih udah jaga Damian disana. Dia jadi urusan papa sekarang."

*
*
*

Satu jam setelah Daniel mendapat kabar dari Keisya bahwasanya Damian pergi dari rumah sakit. Detik itu juga pria itu turun langsung untuk mencari putranya. Dan sekarang, Daniel sudah menemukan cowok itu, dan membawanya ke Villa tempat biasanya Damian di isolasi jika emosi lelaki itu tidak baik. Daniel sudah memutuskan untuk sedikit menjauhi Damian dari Keisya untuk sementara, sampai mental putranya membaik.

Daniel sudah membereskan semuanya. Segala bukti di TKP sudah ia hilangkan. Mayat Dhanu juga sudah ia singkirkan secara cepat. Damian akan tetap aman. Daniel juga harus berlapang dada, menerima fakta jika putranya sekarang adalah seorang pembunuh.

Membawa sebuah obat untuk mengontrol mood, Daniel membuka knop pintu kamar Damian. Ia melihat putranya yang duduk termenung diatas tempat tidur. Saat pandangannya tertuju pada Daniel, emosi lelaki itu langsung meluap-luap.

DAMIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang