36. MINTA MAAF

4.7K 137 4
                                    

Hai guys, aku update lagi nih🤣

Udah lama nggak absen, absen disini dengan nama kota kalian 😁

Btw, aku akan update chapter 37 jika vote menembus 20 vote.

Tumben kan?🤣 Aku lagi membuktikan cara author lain agar readersnya mau nge-vote. Ampuh atau nggak ya🤔 liat aja nanti hehe, Abisnya dapat vote susah banget 🤣 makanya aku coba dulu.

Happy reading, semua 😘

*
*
*

Keisya sudah kembali kerumahnya, dirinya di antar oleh Gavin pagi tadi. Sebisa mungkin Keisya mencoba ceria seperti biasanya, kendati hatinya masih sakit mengingat kejadian yang ia alami.

Untuk menenangkan pikirannya, Keisya akan membuat susu hangat. Entah kenapa dirinya sangat menginginkan itu, padahal dari dulu dirinya tidak menyukai susu. Apa itu bawaan bayinya?

Mengingat soal bayi, Keisya berencana mengecek keadaan bayinya dirumah sakit nanti, setelah keadaannya pulih kembali. Semoga bayi itu tetap sehat walaupun ibunya terluka secara fisik dan mental.

Keisya meraba perutnya, sadar ada perubahan dalam bentuk tubuh wanita itu. Keisya mendadak resah, bagaimana ia bisa menyembunyikan kehamilannya jika perutnya semakin membesar nanti? Cepat atau lambat semua orang pasti akan tahu.

"Kei ..."

Keisya tersentak kaget, hampir saja menumpahkan susu yang ia pegang. Keisya menunduk, ia tidak berani menatap wajah laki-laki yang memanggilnya tadi. Tubuhnya seolah membeku, Keisya menyembunyikan rasa takutnya dengan menggigit bibir, dan ia juga menyembunyikan tangannya yang bergetar. Keisya tidak mengerti, mengapa reaksinya seperti ini jika dihadapan Damian.

Mungkin Keisya bisa menyembunyikan luka dengan senyuman dan kepura-puraan wanita itu. Namun, Keisya tidak bisa menyembunyikan atau menahan rasa traumanya dengan Damian.

"Kei ..." Nada suara Damian rendah, tidak seperti biasanya.

"I-iya, kak?"

Bodoh jika Damian tidak menyadari tingkah laku Keisya. Karena dirinya juga sering mengalami itu.

"Gue mau minta maaf."

Keisya sedikit tidak percaya dengan ucapan laki-laki itu. Keisya menatap wajah Damian, upaya menemukan kepura-puraan diwajah lelaki itu, namun tidak ada. Damian tulus dengan ucapannya.

"M-minta maaf soal apa?"

"Soal gue yang udah ninggalin lo di gang sepi tadi."

Mengingat kembali soal itu, membuat kepala Keisya pusing. Bayangan dirinya dirudak paksa tiba-tiba saja berputar. Keisya tidak sanggup, dan ia langsung ambruk ke lantai.

"Enggak, enggak, tolong jangan sentuh aku ..." Keisya meracau tak jelas, bayangan itu membuatnya serasa kembali berada disana.

"Siapapun tolong aku, toloooong!" Keisya menjerit, badannya bergetar hebat, juga airmata yang sudah menumpuk hendak pecah.

Tentu Damian terkejut. Ia lantas berjongkok, dan berusaha menenangkan adik tirinya itu.

"Kei, lo kenapa!?" Damian panik saat Keisya mengambil pisau. Maniknya membulat kala melihat wanita itu hendak memotong urat nadinya.

"Sadar Keisya!" Damian berusaha merebut pisau itu dari Keisya. "Lo sakit, hah?! Lo mau mati main pisau itu! Jangan gila, Kei!" Damian sangat marah, ia tidak ingin Keisya bernasib sama seperti dirinya.

DAMIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang