1. Awan Disana!

538 32 11
                                    

Happy reading!

Sepasang kembar, Mawar Azhara dan Melati Azhara sejak tadi bersembunyi di toilet sekolah yang lokasinya ada di ujung bangunan. Mereka tadinya telat pulang karena Melati kehilangan sebelah antingnya, jadi harus dicari dulu. Saat antingnya sudah ketemu di salah satu bilik kamar mandi, terdengarlah kericuhan yang seperti berasal dari depan sekolah.

Di luar sedang ricuh sekali tawuran. Sesuatu yang tidak asing lagi bagi warga SMA Harapan Bangsa II. Saat ini lawannya adalah SMA Garuda Merdeka, tetangga mereka sendiri. Dua sekolah yang hanya berjarak dua ratus meter itu sedang bersitegang sejak bertemu di pertandingan futsal dua hari yang lalu. Tidak ada yang tahu pasti apa yang memulai ketegangan ini. Semuanya berasumsi kalau penyebab utamanya adalah SMA Harapan Bangsa II yang tidak terima dikalahkan 1-4 oleh sang tetangga. Tapi lagi, itu hanya asumsi, karena sebelumnya kedua sekolah sudah sering bertemu di pertandingan tapi tidak pernah sampai terjadi tawuran seperti hari ini.

Sejak jam setengah lima sore saat semua guru dan kebanyakan murid sudah pulang, para jagoan SMA Harapan Bangsa II sudah bersiap di depan gerbang. Niat awalnya mereka lah yang akan menyerang ke Garuda Merdeka, ternyata lawan mereka datang dengan sendirinya.

Seseorang tampak berjalan paling depan, memimpin lebih dari dua puluh orang di belakangnya. Beberapa dari mereka membawa barang yang sekiranya dapat dijadikan senjata. Mulai dari kayu, pipa, helm, hingga sebilah besi yang entah didapat dari mana. Sang pemimpin, Awan Mahendra, berjalan dengan menggenggam pipa sepanjang hampir satu meter yang ditemukannya di halaman belakang sekolahnya tadi. Kancing baju cowok itu dilepas hingga ke area di tengah dadanya, lengan kemeja pendeknya digulung beberapa kali, dan jangan lupakan tatapan tajamnya yang paling memperlihatkan amarah dibandingkan orang lain di belakangnya.

Di sisi SMA Harapan Bangsa II, keadaannya hampir sama. Hanya mereka membawa senjata yang lebih penuh persiapan. Seakan mereka sudah lama merencanakan pertemuan ini. Tak jarang dari mereka yang membawa senjata tajam. Entah bagaimana cara mereka membawanya ke dalam sekolah tadi pagi. Yang jelas senjata seperti itu tidak akan cukup untuk disembunyikan di dalam tas sekolah.

"Punya nyali juga si bajingan jalan paling depan," cibir seseorang dengan temannya saat melihat Awan seperti tak ada takut sedikitpun.

"Maju sini lo yang bisik-bisik tadi!" teriak Awan, membuat semua orang sedikit tersentak dengan suaranya yang seperti memenuhi telinga.

"Gaya-gayaan ngomong pake gue-lo. Iki Suroboyo, su! Gak mau adaptasi ya tinggal balik aja ke asalmu sana!"

"Mulut mulut gue, punya kuasa apa lo mau ngatur?" balas Awan tak terima cara bicaranya dikomentari.

Awan lalu berjalan dengan santainya ke arah kerumunan lawannya dan menatap tajam salah seorang di antara mereka dengan jarak hanya sejengkal. "Udah siap masuk rumah sakit kayak dua temen lo?"

Tepat setelah kalimat terakhir yang Awan ucapkan, tawuran yang sebenarnya barulah pecah. Bentrokan itu tidak lama terpusat di satu titik, karena beberapa menit kemudian ada beberapa orang yang lari dan dikejar oleh yang lain. Ada yang berlarian ke dalam sekolah, ada yang menyebrang jalan hingga hampir tertabrak motor, tapi ada juga yang masih dengan semangatnya menangkis dan membalas pukulan demi pukulan yang diarahkan. Awan masuk golongan yang terakhir bersama belasan orang lainnya. Cowok itu sudah mendapatkan beberapa luka gores di lengannya, tapi seperti belum menyerah juga, Ia tak ada sedikitpun niat untuk melarikan diri. Ia malah tambah membabi buta melawan orang yang jumlahnya mulai tak sebanding dengan komplotannya yang tersisa empat orang.

PRIIIITTT!!!

Suara tiupan peluit terdengar dari seberang jalan. Kalau dari seragamnya, sepertinya yang datang adalah dua satpam SMA Garuda Merdeka. Mungkin tahu dengan keributan yang warga sekolahnya ciptakan, kedua satpam itu merasa bertanggung jawab untuk melerai.

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang