4. Mawar

317 25 10
                                    

Happy Reading!


MAWAR AZHARA

Ini masuk bulan kedua aku kerja di tempat baru. Sebelumnya sudah lima tahun lebih sejak aku lulus MA dan bekerja jadi admin di salah satu klinik swasta. Mendapatkan pekerjaan itu sudah keberuntungan bagiku yang hanya bermodal ijazah MA. Lingkungan kerjanya juga nyaman sekali. Aku sama sekali tidak pernah merasakan yang namanya lingkungan kerja toxic seperti yang sering orang bicarakan akhir-akhir ini. Tapi akhirnya aku memilih untuk resign setelah ada kesempatan untuk bekerja di suatu Multinational Company. Pertimbangan terbesarku adalah gaji, tentu saja. Abah dan Umma semakin berumur. Aku tidak ingin mereka terlalu lama menghabiskan waktu untuk mencari uang. Jadi biar aku saja. 

Akhir-akhir ini Abah juga sering sakit. Pernah satu kali Abah sampai harus dirawat inap selama tiga hari. Mungkin karena Abah kelelahan, ditambah lagi pikirannya yang kacau karena Melati tidak pulang selama beberapa bulan terakhir. Kembaranku itu sifatnya berubah drastis setelah masuk tahun kedua kuliahnya. Dia jadi sering keluar malam dengan alasan mengerjakan tugas. Aku tidak tahu sebanyak apa tugas anak kuliahan, tapi frekuensinya keluar malam terlalu sering menurutku. Lagian, kalaupun dia memang keluar untuk mengerjakan tugas kampus, kenapa jarang sekali dia keluar membawa tas kuliahnya. Saat keluar, Melati seringnya mengenakan jenis pakaian yang tidak kuharapkan menempel di tubuhku sama sekali. Mungkin boleh dibilang seksi dan minim bahan ya. Perubahannya terlalu drastis. Di awal perkuliahan dia masih mengenakan baju yang tertutup walau tidak berkerudung. Kami sekeluarga tentu tidak diam saja, sudah berbagai cara kami lakukan untuk menasehatinya tapi tidak ada satupun cara yang mempan.

Ah, sudahlah. Aku hanya bisa berdoa semoga Melati di masa depan bisa sadar.

Oh ya, di perusahaan ini aku diterima sebagai admin gudang sparepart. Gajinya cukup besar lah untuk ukuran lulusan MA sepertiku. Bahkan kalau dibandingkan dengan tempat kerjaku sebelumnya, gaji yang sekarang hampir menyentuh tiga kali lipatnya. Ini sudah di atas ekspektasiku. Walaupun dari segi lini usaha yang berbeda, secara jobdesk sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pekerjaanku sebelumnya. Bahkan sekarang rasanya lebih mudah karena keadaan sistem perusahaan ini sudah sangat teratur. Jadi semuanya dapat mudah kumengerti. Apalagi di minggu pertamaku bekerja, aku langsung diikutkan pelatihan mengenai berbagai program komputer yang akan kugunakan nantinya. 

Tugasku sehari-harinya hanya duduk di depan komputer, menerima nota pengambilan barang, melakukan pengecekan nota, mencatatnya di sistem, lalu meminta bantuan pekerja lain yang memang bertugas mengambil sparepart. Sederhana sekali. Makanya aku sepertinya akan betah kerja disini. Yang membuatku bimbang untuk bertahan hanya sebuah nama yang sering tercetak di nota pengambilan barang. Nama yang tercetak berjajar atas-bawah dengan posisi Mechanical Engineer Plant Head.

Awan Mahendra
Mechanical Engineer Plant Head

Pasti bukan Awan yang itu. Harusnya Awan baru lulus kuliahnya dua atau tiga tahun yang lalu, gak mungkin lah dia mendadak duduk di kursi Plant Head. Aku juga tidak yakin itu adalah Awan yang dulu kukenal karena aku tidak pernah bertemu dengan si pemilik nama. Biasanya orang yang ke warehouse adalah karyawan level teknisi dan staff, level di atasnya biasanya hanya bertugas untuk tanda tangan sebagai penanggung jawab. Jadi aku berharap semoga ini bukan Awan yang dulu pernah kukenal.

"Bu, saya mau ambil sparepart." Seseorang memecah lamunan singkatku. Orang itu menyodorkan selembar kertas yang berisi informasi barang apa saja yang akan diambil. 

Kertas itu lalu kuambil dan teliti tapi perhatianku langsung tertuju pada bagian bawah kertas. Ada yang salah dari nota ini. Tanda tangannya tidak lengkap. Di kertas itu hanya ada tanda tangan Plant Head yang terisi, sementara pemohonnya dikosongi.

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang