6. Awan

430 29 12
                                    

Happy Reading!


AWAN MAHENDRA

"Pagi, Yah!"

Ayah yang sudah duduk lebih awal sambil menyesap teh malah mengangkat sebelah alisnya. "Tumben ceria banget. Mimpi apa tadi?"

"Mimpi basah," jawab gue santai sambil meletakkan tas pada kursi kosong di sebelah. 

"AWAN!"

Hanya merespon dengan kekehan, gue langsung ambil lah nasi ke piring berwarna putih susu yang sudah Ibu siapkan, lanjut dengan Capcay kesukaan, dan tempe goreng yang hampir tak pernah absen setiap harinya. Sambil menunggu lauk utama datang, gue membuka ponsel yang sejak subuh tak tersentuh sama sekali. Beberapa notifikasi muncul disana. Kebanyakan dari grup WhatsApp pekerjaan, sisanya sepertinya tidak terlalu penting, hanya orang iseng yang entah dapat nomer gue dari mana.

Tak disangka, tepat setelah itu muncul pesan dari Miss Mawar. Dia mengirimikan sebuah gambar, oh bukan, video. Tanpa menunda lagi, gue buka pesan itu dan memutar video yang baru saja dia kirimkan.

Muncul wajah Rendra yang sepertinya baru mandi, juga sudah berpakaian lengkap berwarna merah muda. Dia dengan gemasnya menghadap ke kamera.

"Om Leo... ini hari pertama Rendra masuk sekolah!" kata bocah itu sambil memegang sendiri ponsel Ibunya yang tengah merekam.

Memang menggemaskan sekali anak satu ini. Jadi tidak perlu heran kenapa gue jadi begitu dekat dengannya. Sejak Miss Mawar mengenalkan kami sekitar tiga tahun yang lalu, gue dan Rendra seperti memiliki ikatan khusus. Tiba-tiba gue jadi lebih bersemangat kalau tau ibunya akan membawa Rendra di saat pertemuan rutin kami. Dia juga hampir setiap hari mengirimkan foto dan video tentang keseharian Rendra. Seperti pagi ini. Di bawah video tadi Mawar mengirimkan pesan juga.

"Leo, maaf ya ganggu pagi-pagi. Rendra maksa banget buat ngasih tau kamu kalau dia sekarang udah pakai seragam TK."

Seperti biasa, Ibunya akan meminta maaf seperti itu. Padahal gue sama sekali tidak keberatan dengan semua tingkah Rendra. Untuk bocah berumur lima tahun yang sudah lama kehilangan sosok Ayah, wajar kalau Rendra membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari banyak orang.

Tak pikir panjang, gue melakukan hal yang sama. Merekam diri gue dengan kamera depan, masih di meja makan.

"Rendra semangat ya sekolahnya! Nanti om kasih buku mewarnai!" Setelah mengatakan itu sambil mengepalkan tangan, gue kirim lah video tadi ke Miss Mawar. Berharap video itu akan membuat Rendra lebih termotivasi untuk sekolah.

"Siapa, Wan?" 

Ah, sampai lupa kan kalau di meja juga ada Ayah. Ibu kemudian juga bergabung sambil membawa semangkuk semur daging yang sejak tadi aromanya sudah menggoda hidung. Akhirnya mereka berdua kompak menatap ke arah gue.

"Temen Awan, anaknya sekarang hari pertama masuk TK."

Hari ini memang pertama kali Rendra masuk TK. Gue awalnya memaksa untuk mengantarnya untuk hari pertama saja. Tapi tentu ibunya langsung menolak tawaran itu. Kata Miss Mawar, takut Rendra akan menjadi lebih manja dan akhirnya minta diantar setiap hari. Dan itu sebenarnya tidak masalah sama sekali.

"Temenmu aja anaknya udah TK, kamu malah belum nikah!"

PLAK!!!

Tamparan realita mulai dilayangkan oleh Ayah, bung! 

Ibu lalu tak mau kalah dengan mengatakan, "adek kamu juga udah sering nyinggung-nyinggung masalah anak kedua. Padahal masnya bawa cewek ke rumah aja belum pernah."

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang