42. Ayah

458 44 19
                                    

Happy Reading!

"Hari ini aku aja yang temenin Rendra sekolah gimana? Jadi kamu gak perlu berangkat pagi, Maw." 

Mawar menghirup nafas sekaligus rasa pahit yang dirasakannya saat mendengar tawaran Melati tadi. Ia sudah berusaha sekuat mungkin untuk membiarkan Melati kembali mengambil peran sebagai ibu untuk Rendra, tapi selalu saja Mawar merasakan tak rela. Mawar sadar yang dirasakannya ini salah, seharusnya Ia bisa ikhlas kalau akhirnya Rendra kembali bersama ibu kandungnya.

"Mas, anterin aku sama Rendra ya!"

Permintaan Melati justru membuat dua orang yang duduk bersebelahan itu kompak memandangnya.

"Atau kami naik ojek aja ya?" lanjut Melati setelah menyadari tatapan sepasang suami istri itu.

"Bareng aja."

"Beneran gak papa, Mas?" tanya Melati memastikan kesanggupan iparnya.

"Iya."

"Maw, gak masalah?"

Dengan berat hati Mawar menganggukkan kepala. Lagi-lagi ini demi Rendra. Memang lebih baik Rendra berangkat bersama Awan. Setidaknya, keamanan dan kenyamanannya lebih terjamin.

Sejak dua jam yang lalu Awan berangkat bersama Melati dan Rendra. Sejak itu juga Mawar tak bisa duduk tenang. Ia baru saja sampai di bakery dan fikirannya langsung tertuju pada sang suami. Akhir-akhir ini banyak berita gila tentang perselingkuhan seseorang dengan iparnya. Sebisa mungkin fikiran buruk itu Mawar tepis. Menurutnya, Awan tidak mungkin berbuat seperti itu. Untuk pertama kalinya, Mawar malah berdoa agar Melati setia pada Andika. Lebih baik begitu.

Siang ini Mawar tengah duduk menghadap layar yang menampilkan laporan penjualannya sebulan terakhir. Sekalipun laporan itu menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, Mawar berekspresi datar. Ia malah lebih sering melirik bagian sudut kanan bawah monitornya, di ujung taskbar yang menunjukkan tanggal dan waktu. Jam masih menunjukkan pukul setengah dua belas siang, masih setengah jam lagi menuju waktu istirahat di tempat Awan. Setengah jam lagi baru Mawar bisa menelfon Awan tanpa khawatir mengganggu pekerjaannya.

"Mbak, ada tamu tuh."

Lamunan Mawar buyar saat mendengar suara Disti di arah pintu. Rekannya itu masih berdiri disana dengan senyum aneh, membuat Mawar memicingkan mata curiga. Siapa juga tamu yang datang siang-siang bolong begini? 

Tebakan Mawar langsung tertuju pada Ibu mertuanya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya untuk menghampiri tamu yang Disti maksud. 

Begitu keluar dari ruangannya, senyum Mawar terukir saat melihat beberapa orang yang tengah berdiri di tengah ruangan sambil memperhatikan kue yang ada di display case. Oh, senyum Mawar bukan untuk mereka semua, tapi salah satu di antaranya. 

"Nah ini nih majikannya Awan dateng," ujar salah seorang di antara mereka yang diikuti tawa dua orang lainnya. 

Sementara Awan hanya tersenyum mengabaikan perkataan rekannya. Ia lebih peduli untuk menyambut salam istrinya.

"Lagi sibuk?" 

Mawar menggelengkan kepala. Ia malah senang sekali karena tadi niatnya ingin menelfon, ternyata orangnya malah datang langsung.

"Aku tadi ada meeting sama vendor di hotel deket sini. Aku sengaja mampir buat beliin orang kantor oleh-oleh. Tolong kamu bantu pilihin ya," jelas Awan tanpa ditanya.

"Alah alesan. Kangen dia itu, Mbak," timpal seorang bernama Jerry.

"Berisik."

"Kita aja sampai lupa dikenalin."

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang