"Rendra pulang, yuk!" ajak Awan sambil mengulurkan tangan berharap Rendra menyambutnya. Tapi Rendra seperti sudah nyaman sekali berada bersama Melati. Memang dasarnya hubungan ibu dan anak pasti akan saling merasakan ikatan mereka. Apalagi Melati terlihat sekali sangat berjuang untuk merebut perhatian Rendra.
Mawar sejak tadi diam saja. Tapi di balik diamnya, Mawar sedih bukan main. Sepertinya sudah semakin dekat waktu bagi mereka untuk merelakan Rendra kembali ke ibu kandungnya.
"Boleh gak Rendra disini aja, Pa?"
"Kan besok Rendra sekolah."
"Nanti malem deh Papa jemput. Rendra masih pengen disini sama Bunda Melati," rengek anak itu.
"Mas, Abah mau bicara sama kalian berdua," potong Abah. Awan dan Mawar mudah untuk menebak apa yang akan Abah bicarakan. Selama berjalan menjauh mengikuti Abah, Awan sesekali melirik Mawar yang masih saja diam. Ia sangat berharap Mawar bisa sabar dengan semua keputusan yang harus mereka terima.
"Mas Awan, Mawar, mungkin sudah waktunya," gantung Abah.
Awan mengangguk berat, sulit untuk ikhlas. Sementara Mawar masih saja diam tanpa respon apapun. Meskipun begitu, tatapan matanya menjelaskan semua perasaannya.
Abah sepertinya juga menyadari perasaan putrinya. Dengan gerakan matanya, beliau seperti memberi kode agar Awan menenangkan Mawar. Awan yang paham langsung meraih lalu mengusap punggung tangannya yang lemas. Mawar menoleh, semakin menunjukkan ekspresinya yang membuat dada Awan penuh sesak.
Belum membalas apapun perkataan Abah tadi, Mawar setengah berlari ke arah Rendra, bersimpuh lalu memeluk anak itu erat sekali.
Saat mendekatinya, Awan baru bisa dengar kalau Mawar menangis dalam pelukan itu. Bertahun-tahun kalian menjaga seseorang dengan penuh kasih sayang, rela melakukan apapun demi sosok ini, bahkan nyaris masuk ke dunia gelap untuk memenuhi kebutuhannya. Sampai akhirnya kalian lupa bahwa sosok yang kalian jaga adalah hak orang lain, akan ada masanya sosok itu kembali kepada takdirnya. Itu yang Mawar rasakan.
Tak ada yang menyesalkan Mawar menangis begitu pilu, mendekap Rendra yang polos tak mengerti apapun. Anak yang dipeluknya hanya bisa memandangnya bingung sambil sesekali mengusap punggung Mawar yang naik turun.
"Bunda jangan nangis," tenang Rendra setelah beberapa saat membiarkan wanita itu terisak.
Mawar sedikit menarik diri dan mendongak memandang wajah menggemaskan yang selalu membuatnya bangga. Walau berat, Mawar memaksa menunjukkan senyumnya. Tangan mungil Rendra lalu bantu mengusap basah di wajah Mawar. Perlakuan manis yang membuat wanita itu semakin mudah untuk mengulas senyum.
"Rendra senang tinggal disini?" tanya Mawar memastikan.
Anak itu mengangguk yakin. Semua perhatian yang Melati berikan mudah sekali meluluhkannya.
"Rendra boleh kok menginap lagi. Tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Jangan nakal."
"Itu aja, Bunda?"
"Sebelum tidur harus..." gantung Mawar, berharap Rendra melanjutkan.
"Gosok gigi sama cuci kaki sampai bersih."
"Lagi?"
"Pipis dulu biar gak ngompol."
"Lagi?"
"Baca doa biar gak diganggu temennya Papa."
"Rendra... Kapan Bunda ngajarin kayak gitu?"
Anak itu malah tertawa sendiri. Meskipun salah, tawa menggemaskan Rendra malah mengundang Mawar semakin melebarkan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Rahasia
RomanceDari dulu aku mengagumi Awan, tapi tidak setelah kami menikah. Awan tidak sesempurna yang selama 12 tahun kukenal dari jauh. Awan sekarang tidak lebih dari seseorang yang dingin, angkuh, acuh, dan tidak berperasaan. Sepertinya perpisahan adalah yang...