21. Teh

543 52 23
                                    

Happy Reading!

"DASAR BRENG---"

Cup!

Makian Mawar belum sempat keluar karena mulutnya sudah lebih dulu dibungkam. Kedua matanya sontak membulat ketika merasakan kecupan yang tiba-tiba mendarat di bibirnya. Tubuhnya malah beku untuk sesaat begitu merasakan lumatan lembut yang memang belum pernah dirasakannya.

Tapi...

Apa-apaan laki-laki satu ini? 

Mawar sedang di puncak emosi malah berani sekali menciumnya. Memang sudah sah, tapi bagi Mawar, ciuman pertamanya nanti hanya pantas untuk laki-laki yang dia harapkan menjadi yang terakhir. Minimal, bukan orang yang selalu saja mengingatkannya kalau hubungan mereka itu cuma sementara.

"Wan," lirih Mawar setelah sedikit mendorong bahu Awan menjauh.

Di jarak yang masih dekat itu, Awan malah tersenyum tipis dan berkata lirih, "you're my first kiss, Mawar. Kamu bisa berpikir sendiri apa aku berani berbuat lebih dengan wanita lain kalau sekedar ciuman saja, kamu pertamaku."

Dia serius kah mengatakan itu? 

Mawar balas menatap lekat manik mata suaminya, memang Ia tidak menemukan kebohongan disana. Tapi Awan terlalu sulit ditebak.

"Kita pulang ya?" ajak Awan, menggenggam sebelah tangan Mawar yang tersemat cincin, "masalah Icha, besok gue yang selesaikan. Gue jahit mulut sialannya itu kalau lo mau."

"Nggak, Wan," tolak Mawar sambil melepas tangannya yang tadi digenggam, "aku mau disini dulu. Aku butuh menenangkan diri."

Awan menghela nafas sebentar. 

"Berapa lama?"

Sebagai respon, Mawar menggeleng singkat. Bahkan mulai ada sedikit keraguan dalam dirinya untuk kembali ke rumah itu. Perkataan Affisya sore itu benar-benar membebani pikirannya. Ia berhasil membuat Mawar merasa seperti tak memiliki harga diri. Ditinggalkan oleh suaminya sendiri di malam pertama mereka sebagai pasangan sah. Dan apa yang Affisya katakan tadi, Mawar disuruh menebak apa yang merela lakukan malam itu. 

Mawar sendiri tidak menyangka Affisya seperti itu. Saking percayanya dengan sifat manis Affisya selama ini, Ia bahkan mulai menganggapnya sebagai teman walaupun baru beberapa kali bertemu. Tapi sejak kejadian sore tadi, Mawar mulai berburuk sangka dengan berpikir kalau kontraknya yang diputus dengan sangat mendadak dulu juga bagian dari akal-akalan Affisya. 

"Okay kalau lo mau tinggal disini, Mawar. Tapi janji ya, untuk sementara. Kalau nanti lo udah baikan, cepat pulang."

"Aku gak bisa janji pulang cepat, Wan."

"Kalau gitu, cukup janji kalau lo akan pulang."


~


Sudah lewat pekan kedua dan Mawar belum mau pulang. Sore ini Awan menyempatkan waktu lagi untuk mengunjungi rumah Abah. Niatnya mau mengajak Mawar dan Rendra mengunjungi adiknya. Awan sadar belakangan ini Mawar semakin dekat dengan Kanaya, siapa tau dengan berkunjung kesana bisa membantunya sedikit lupa dengan omong kosong yang pernah Affisya katakan. Sayangnya Mawar menolak untuk ikut. Ia hanya memperbolehkan Awan untuk mengajak Rendra. Awan berangkat bersama Rendra ke apartemen kediaman Kanaya dan suaminya yang masih di dalam kota. 

Sejak dulu Awan selalu dibuat heran dengan perasaan senang yang selalu muncul setiap berinteraksi dengan Rendra. Tapi hari ini berbeda, interaksinya dengan Rendra terasa hambar membuatnya kurang bersemangat. Seakan ada yang kurang kalau hanya bersama Rendra.

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang