56. Bapaknya

418 95 44
                                    

SELAMAT MENGSABTU!


AWAN MAHENDRA

Egois, brengsek, gak tau diri, menjijikkan, gak punya malu, bodoh, terserah semua orang mau menilai seperti apa. Malam ini gue sadar, semua cacian itu sangat pantas gue dapatkan. Bahkan Ayah yang dari dulu paling menentang keputusan gue untuk tinggal di rumah lain setelah menikah, malam ini malah ngusir gue dari rumahnya. Dan jangan lupa saat Ayah bilang gak sudi menganggap gue sebagai anaknya. Ayah bilang gak kenal gue lagi. 

Gue pantas dimaki, ditampar, diusir, dan katakan perlakuan kasar apalagi yang sepantasnya gue terima.

Ah... itu baru Ayah.

Yang paling menyakitkan adalah saat gue lihat Mawar hancur. Ini yang gue takutkan. Ini yang menjadi alasan untuk gue ambil keputusan dengan merahasiakan semuanya dari Mawar. Gue gak sanggup lihat dia terisak menangis bersimpuh di lantai. Bayangan tentang kejadian malam ini yang selalu gue takutkan akan terjadi. 

Dengan merahasiakan semuanya, gue pikir semua akan berjalan mulus apalagi saat gue berhasil balik mengancam Melati sebelumnya. Sayang tingkat kenekatan Melati sudah beda level. Dia malah mengungkapkan segalanya di depan semua orang terdekat gue. 

Tau apa yang begitu perih sampai tamparan keras Ayah jadi tak berarti? Itu adalah berbagai penolakan yang Mawar lakukan waktu gue berusaha menenangkannya.

Didekati dari manapun, selalu saja tangannya menepis sentuhan gue. Sesak rasanya saat Mawar beringsut mundur, menghindari gue yang ingin sekali mendekapnya, menenangkannya.

Lalu asumsinya yang mengira gue mengajaknya menikah demi mendapatkan Rendra. Salah, semua itu salah. Memang awalnya gue memilih Mawar salah satunya adalah karena rasa sayang gue untuk Rendra, tapi itu bukan alasan utamanya. Mawar lah alasan utamanya. Cantik dengan semua ketulusannya, siapa yang tidak tertarik? Ok, gue ngaku, awalnya gue baru sekedar tertarik, tanpa sedikitpun memiliki rasa cinta untuknya. Tapi dengan semua kelebihan yang dia punya, gue yakin cinta itu bisa tumbuh kemudian. Lalu bisa dilihat sendiri, Mawar berhasil bikin gue jatuh cinta lagi setelah semua sakit yang dia rasakan di awal pernikahan. 

Gue masih ingat saat Mawar dengan begitu bahagianya bercerita tentang pertemuan kami di masa SMA dulu. Awal dari semua kisah kami yang rumit. Keputusannya bercerita malam itu bikin gue merasa jadi lelaki paling beruntung sedunia. Bayangin, wanita yang selama ini gue tunggu ternyata istri gue sendiri! Setelah dulu dia bikin gue jatuh cinta di pertemuan pertama, dia masuk lagi ke hidup gue sebagai orang baru dan lagi-lagi bikin gue jatuh cinta.

Sayang, malam ini Mawar kayaknya udah terlalu kecewa dengan ulah suaminya yang egois ini. Ungkapan penyesalannya bikin gue tersiksa. Dia bilang, sia-sia menunggu belasan tahun untuk laki-laki macam gue. Nggak, gak sia-sia karena pada akhirnya dia berhasil bikin gue jatuh cinta berkali-kali pada satu orang yang sama. Dia mengutuk dirinya sendiri bodoh karena nunggu gue bertahun-tahun dan berakhir seperti malam ini. Nggak, dia gak bodoh, dia gak bisa menyimpulkan seperti itu karena ini bukan akhir kami. Gue pastikan dia bahagia setelah malam ini.

Lemas sekali saat Mawar melontarkan kalimat paling menyakitkan malam ini. Dia bilang, menyesali pertemuan kami tiga belas tahun yang lalu. 

Apa itu artinya dia menyesali semuanya? Dia menyesali semua pertemuan kami berikutnya?

Entah apa yang akan seperti apa nasib pernikahan kami kedepannya. Yang jelas, gue gak keberatan untuk mati-matian sampai kembali mendapatkan Mawar.

"Pa?"

Panggilan Rendra barusan bikin gue menyudahi lamunan yang ternyata udah bikin gue sampai gak sadar kalau udah lewat tengah malam. Dari rumah Ayah tadi, gue emang sengaja bawa pulang Rendra ke rumah. 

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang