Happy Reading!
"Aku jadinya hari ini di rumah aja, Wan. Tadi aku udah bilang anak-anak kalau mau libur sehari," kata Mawar begitu mereka berdua selesai dengan sarapannya.
Senyum suaminya mengembang mendengarnya, memang itu yang Awan inginkan. Mawar benar-benar jarang sekali ambil libur sejak menjalankan usahanya.
"Mau aku bawain apa nanti malem?"
"Kamu pulang malem, Wan?"
"Paling agak telat dikit, ada yang harus aku selesaikan."
Meskipun kecewa, Mawar harus menerima akhirnya.
"Gimana? Mau aku oleh-olehin apa?"
Setelah sekilas berfikir, Mawar teringat sesuatu yang sudah lama diinginkannya, "terang bulan boleh, Wan? Aku pengen yang cokelat."
"Boleh. Itu aja?"
"Iya."
Awan segera menghabiskan segelas air putihnya. Setelah mengusap mulutnya dengan tisu, Ia lalu bangkit dan berjalan memutar menghampiri Mawar yang duduk di seberang meja. Mawar juga ikut bangkit untuk menyalami suaminya.
"Aku berangkat, ya?" ucap Awan setelah mengecup kening wanitanya.
"Hati-hati di jalan, Wan."
Awan mengangguk tersenyum. Ia lalu mengedarkan pandangan ke sekitar dapur. Bi Dul, sosok yang dicarinya sekarang tengah mencuci piring bekas mereka makan tadi.
"Bi, titip Mawar ya," pesan Awan masih dari tempatnya berdiri.
Bi Dul yang merasa terpanggil langsung menyudahi aktivitasnya. Setelah mengusap tangannya dengan serbet, Bi Dul segera menghampiri kedua majikannya. Senyumnya tak bisa disembunyikan. Bi Dul sangat bersyukur sepasang suami istri itu sekarang sudah lebih baik. Sangat jauh bahkan jika dibandingkan dengan saat pertama kali beliau menginjakkan kaki di rumah ini.
"Bapak tenang saja. Ibu pasti saya jaga baik-baik."
Mendengar kesanggupan itu, Awan bisa tersenyum lega.
Setelah sekali lagi mengecup kening istrinya, Awan beranjak dari ruangan itu sambil membawa tas kerjanya. Mawar mengikutinya sampai ke depan rumah.
Beberapa saat Mawar melambaikan tangan saat mobil suaminya mulai berjalan melewati gerbang dan kemudian menghilang dari pandangan. Mawar tak lantas masuk ke dalam rumah. Ia masih menunggu Bi Dul yang tengah menutup gerbang. Agak siangan nanti rencananya Ia ingin ikut Bi Dul ke pasar untuk belanja mingguan.
~
Seperti perkataannya minggu lalu, begitu jam kerja hari ini selesai, Awan menyempatkan datang ke kantor Affisya. Meskipun Ia sama sekali tidak berjanji, kedangannya ini dianggap Awan sebagai cara untuk menghargai pertemanan mereka selama delapan tahun terakhir. Meskipun akhir-akhir ini Affisya membuat masalah besar dengan terlalu ikut campur urusannya dengan Mawar, Awan tidak bisa mengesampingkan kebaikan-kebaikan Affisya sebelumnya. Lagi pula berkat masalah yang Affisya timbulkan, Awan jadi mulai sadar dengan perasaannya untuk Mawar.
"Cha?" sapa Awan begitu membuka pintu ruangan tanpa mengetuknya.
Affisya duduk di mejanya yang ada di ujung ruangan pribadinya. Mejanya sudah bersih, hanya menyisakan monitor yang merupakan salah satu fasilitas kantor. Di meja itu dulu ada dua bingkai foto. Satu foto Affisya, Awan, dan seluruh angkatan MT-nya. Satu foto lagi foto hanya berisi mereka berdua saat menjadi satu tim di satu event penilaian tahunan, presentasi mereka menjadi salah satu yang terbaik tahun itu. Kedua bingkai foto itu sudah tidak ada di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Rahasia
RomanceDari dulu aku mengagumi Awan, tapi tidak setelah kami menikah. Awan tidak sesempurna yang selama 12 tahun kukenal dari jauh. Awan sekarang tidak lebih dari seseorang yang dingin, angkuh, acuh, dan tidak berperasaan. Sepertinya perpisahan adalah yang...